Judul yang cukup unik memberikan kesan bahwa karya ini bukanlah sembarang EP. Kalian pasti pernah mendengar mengenai kata “brutalisme”, entah melalui media atau perkataan mulut ke mulut. Brutalisme sendiri memiliki dua pengertian, dimana kata ini digambarkan sebagai suatu bentuk kebrutalan (perbuatan kurang ajar/biadab) serta dapat diambil dari pemahaman mengenai arsitektur brutalisme.

Dalam proses pembuatan EP ini, Alfariizi terinspirasi dari konsep arsitektur brutalisme dimana struktur bangunannya mengedepankan kesan mentah serta apa adanya, tetapi menimbulkan penggambaran yang kuat. Penggunaan bahan mentah dan efek oksidasi dari konsep arsitektur brutalisme itu sendiri sama halnya seperti pembuatan lirik yang ada di EP ini, dimana keduanya sama-sama menunjukkan kesan mentah dan apa adanya. Karakteristik dari arsitektur brutalisme yang mengkombinasikan material tebal dan kokoh dengan material transparan juga mirip dengan melodi-melodi yang hadir dalam lagu-lagunya, alunan melodi rock ditambah dengan sentuhan khas lo-fi membuat EP ini terdengar seimbang. Penggambaran yang ditampilkan oleh sang musisi disini bermaksud untuk menghadirkan feedback yang jujur dari para pendengarnya. Genre yang ditampilkan dalam EP berjudul ‘Brutalisme di Bandung Barat’ ini memiliki nuansa bedroom pop,hiphop, serta dibalut dengan alunan gitar ala rock.

Mengawali karir musik independen pada tahun 2017, Ghazy Alfarizi atau yang lebih dikenal sebagai Alfariizi mengeluarkan EP keduanya setelah debut EP pertamanya pada kuartal awal tahun 2020. EP ini tercipta berkat kejeniusan seorang Alfariizi dengan sedikit berkaca dari karya-karya ciptaan Mac Demarco, The Strokes, J.Cole, dan MF DOOM. Selain itu, dengan peluncuran EP keduanya ini, ia berusaha keras untuk menciptakan diskografi yang dapat meng-capture the sounds of the youth. ‘Brutalisme di Bandung Barat’ sendiri berkisah mengenai pengalaman seorang remaja yang jauh dari kenyamanan rumah dan mencoba untuk hidup mandiri sembari mencari pengalaman baru yang berisikan cinta, nafsu, kesuksesan, kegagalan, serta penemuan jati diri. Well, lets say that the experience of living on your own is another level of growth.

Potret Alfariizi
(Dok. Pribadi Alfariizi)

Intro Two

Instrumental track yang dibawakan oleh Alfariizi menurut saya sangatlah cocok dalam menciptakan vibes untuk lagu-lagu selanjutnya. Single berisikan percakapan antara dua orang yang diiringi oleh nada-nada merdu ini cukup dikatakan sebagai pembuka yang gemilang. Kenapa namanya ‘Intro Two’? Karena ini merupakan sebuah lagu sekuel dari  “Intro” yang merupakan lagu pembuka rilisan EP Alfariizi sebelumnya.

Saltshack’s Signature

Yap, ‘Saltshack’s Signature’ mungkin terlihat rumit untuk dibaca. To be honest, kala itu ketika saya memutar track ini di salah satu streaming platofrm, saya merasa bahwa judul single ini memiliki makna filosofis mendalam. Persepsi saya sedikit berubah ketika Alfariizi menceritakan bahwa lagu ini merupakan pengertian dari “Gudang Garam Signature” yang sering ia hisap. Ia memosisikan rokok kegemarannya sebagai penyelamat dan cara baginya dalam mengatasi kegalauan dan kepenatan hari-hari yang dijalani oleh seorang Alfariizi. Hal ini terlihat jelas dari liriknya yang berbunyi “This cigarette right now is the best thing i had on my lips” dan “Oh you’ll never break my heart, let you be the best part of my day”

Love Yourself

Track ini merupakan single yang paling awal dikeluarkan oleh Alfariizi, bahkan sebelum EP ‘Brutalisme di Bandung Barat’ dikeluarkan. Dalam alunan melodinya, ia mencoba menyebarkan vibes positif mengenai betapa pentingnya seorang individu untuk mencintai dirinya sendiri. Dalam artian, di zaman sekarang ini self-love merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang. Nuansa chill pada lagu ini terdengar sangat jelas, hal ini dikarenakan pembawaan rap dan penempatan beat yang catchy seolah-olah mendorong dan memberitahu suasana hati saya secara pribadi untuk menjadi lebih tenang. Alfariizi dalam wawancara melalui voice notes mengatakan bahwa ia ingin membantu banyak orang melalui karya-karya yang ia ciptakan, hal ini disebabkan oleh pemikiran Alfariizi yang menganggap musik dapat menjadi sarana self-healing untuk orang banyak.

Girls Interlude

Dimulai dengan obrolan singkat bersama temannya, lagu ini menceritakan mengenai topik malam yang pastinya tak jauh-jauh dari kegalauan dan kisah sedih tentang patah hati umur 20-an awal. Cuilan melodi gitar yang repetitif dan suara declined panggilan telfon di ujung lagu bagi saya telah sukses menjadi salah satu faktor pembangun nuansa sedih dalam penyampaian pesan yang ingin ditujukan oleh seorang Alfariizi. Pada fase umur 20-an awal, kebanyakan orang terutama Alfariizi dan temannya berada pada posisi uncertain terhadap kebutuhan akan seorang pasangan di hidupnya. 

Hi, i’m running in place

Diawali dengan lirik dan melodi yang groovy, sang musisi mencoba untuk menyampaikan pesan yang mendalam melalui track ini. Adapun pesan yang disampaikan oleh Alfariizi dalam lagu ini yaitu “jangan pernah lari dari suatu masalah”. Hal ini dikarenakan, lari dari suatu masalah yang seharusnya kita selesaikan merupakan suatu hal yang sia-sia karena lari tidak akan menyelesaikan apapun. Track ini sebenarnya merupakan sebuah prekuel untuk lagu ‘It’s Been a Pleasure’ yang dirilis oleh Cito Gakso yang juga berkolaborasi dengan Alfariizi disini.

Flowrcity

Dari judulnya sudah tertebak, ‘Flowrcity’ bermaksud untuk mendeskripsikan Kota Bandung. Dalam single ini, Alfariizi menceritakan pengalaman pribadinya ketika ia melakukan pencarian jati diri selama masa remajanya di kota ini. Entah kenapa, alunan musik elektronik dan melodi gitar yang ditempatkan pada track ini terdengar sangat merdu bagi saya secara pribadi.

Weeks 2 Japan

EP ‘Brutalisme di Bandung Barat’ ditutup dengan lagu bernuansa melankolis dengan sentuhan alunan melodi pelan yang menenangkan. Alfariizi dalam single ini bercerita mengenai pengalaman pribadi yang ia miliki tentang kandasnya suatu hubungan yang sudah lama terjalin. Kandasnya percintaan tersebut tak disangka-sangka membuahkan suatu karya yang penuh akan emosi dan perasaan yang mengiris hati. Sifat melankolis seorang Alfariizi sangat ditampilkan dalam track ini, terutama pada penggalan lirik “And i know you’re probably better off without me baby, but i can’t dance alone tonight”.

Menilik kembali latar belakang penamaan EP ini, Alfariizi berfokus untuk mengedepankan kata “Brutalisme” dan “Bandung Barat”. Brutalisme sendiri merupakan hasil interpretasi dari pengalaman pribadinya selama ia hidup di ‘Kota Kembang’, sedangkan “Bandung Barat” merupakan sebuah daerah dimana EP ini dibuat dan diproduksi. Saya rasa Alfariizi dalam Extended Play ini mencoba untuk menyampaikan perasaannya yang jujur dari total 7 lagu yang ia rilis, terkadang perasaan jujur dari sang musisilah yang menjadi inti atau senyawa dalam penyampaian karyanya kepada khalayak ramai terutama untuk para penikmat musik di era serba praktis seperti sekarang.

Alfariizi dalam wawancaranya menggambarkan bahwa EP ‘Brutalisme di Bandung Barat’ adalah sebuah “awal”. Dalam artian, ia menganggap bahwa EP ini sebagai batu loncatan baginya untuk meniti karir di dunia permusikan Indonesia. Sang musisi percaya bahwa ‘Brutalisme di Bandung Barat’ dapat menjadi titik awal perjalanannya sebagai seseorang yang berkecimpung di dunia seni, khususnya dunia musik. Frankly, saya merasa excited ketika disuguhkan karya yang unik pada awal Mei tahun 2021. Why is that? Alasannya karena penamaan judul yang terkesan gahar serta alunan melodi yang terdengar mellow telah sukses mencuri hati saya sebagai penikmat musik dengan alunan khas bergaya lo-fi. Agar kalian dapat ikut merasakan emosi yang dituangkan oleh Alfariizi dalam 7 track, EP uji‘Brutalisme di Bandung Barat’ telah hadir di seluruh streaming platform yang tersedia.