Indonesia, negara kepulauan dengan wilayah laut yang mencakup 2/3 dari total wilayah kedaulatannya, menyimpan sejuta cerita mulai dari cerita tentang biota laut endemik yang tidak terdapat di tempat lain di belahan dunia manapun, hingga keindahan terumbu karangnya yang menarik orang-orang dari seluruh dunia untuk turut tenggelam menikmati suguhan kerajaan bahari yang disembunyikan oleh samudra Indonesia sendiri.

Tidak hanya sebatas keindahan, faktanya laut Indonesia mengambil andil dalam kehidupan rakyat-rakyatnya yang menyelenggarakan hajat hidupnya dari hasil sumber daya yang ditawarkan oleh lautannya. Di sisi lain, rupanya lautan Indonesia merekam pula berbagai kisah-kisah kelam yang kadang tidak terdengar gaungnya.

Gaung inilah yang akhirnya terdengar oleh The Panturas. Dalam album perdananya yang dirilis oleh La Munai Records, The Panturas rasanya menjelma menjadi perpanjangan lidah dari kisah-kisah kelam lautan Indonesia yang belum sempat terceritakan. Menjadikan album yang bertajuk Mabuk Laut ini bukan hanya sebagai rilisan kreatif yang memanjakan telinga serta memaksa kaki untuk menghentak mengikuti irama surf rock, namun sekaligus sebagai auto kritik atas kondisi lautan Indonesia yang semakin memprihatinkan.

7 Sudut pandang yang ditawarkan oleh kapal layar yang dikemudikan oleh Abyan Zaki Nabilio (vokalis, gitaris), Rizal Taufikurrohman (gitaris), Surya Fikri Asshidiq (drummer), dan Bagus Patria (bassist) melalui 7 lagu dalam album terbarunya ini terasa sangat segar, namun sekaligus mengajak pendengar untuk lebih membuka mata kepada kondisi laut di Indonesia. Misalnya melalui salah satu lagunya yang berjudul “Fisherman Slut”, The Panturas menceritakan tentang perdagangan manusia ditengah laut. Perdagangan manusia yang dimaksud adalah bagaimana para nelayan berlayar sambil membawa pekerja seks komersial untuk menemani mereka. Melaut.

The Panturas juga mengajak serta Oscar Lolang untuk turut mengarungi gelombang dalam lagu “Arabian Playboy” yang termasuk dalam album perdananya ini. Bagi yang penasaran bagaimana rasanya menunggang ombak sambil mendengarkan tuturan tak terceritakan oleh Laut Indonesia, Mabuk Laut sudah bisa di dapatkan di berbagai record store indie di Indonesia.

 

(ditulis oleh: Vincentius Franto)