Setelah berhasil menggebrak massa dengan single berjudul “Bleeker” yang lepas tahun 2020 silam, Amerta kembali dengan single berikutnya berjudul “Chevron”. Amerta juga masih membawa spirit seperti sebelumnya, musik metal yang disuguhkan keluar menembus stereotype musik metal yang biasa melekat pada komposisi garang dan tata berat semata. Bedanya, “Chevron” punya intensitas perasaan yang gelap, moody, berat lalu menghentak.
“Chevron” sendiri merupakan nama apartemen di Melbourne, Australia. Lokasi Raja H. Panggabean menghantam riff gitar pertamanya bersama Auliya Akbar guna melahirkan Amerta pada 2017, lima tahun silam. Nama tersebut kemudian mengilhami Raja dan Auliya untuk menjadikannya sebuah judul lagu. Dengan memanfaatkan udara gloomy di kala surya tenggelam yang melingkari kawasan sekitar, “Chevron” diibaratkan sebagai buah ceri di atas kue, simbol kegundahan, dingin dan nostalgik.
“Gue ingin membuat lagu metal yang berat tapi ada kontras dengan melodi dan harmoni. Seperti ada dua dunia yang bertubrukan. Sama seperti kehidupan kami masing-masing yang kadang tenggelam dalam realita kehidupan, tapi bermain musik akan selalu jadi bagian tak terpisahkan yang selalu ada dan membuat kami waras dan bahagia,” ujar Raja H. Panggabean.
Diperkuat dua punggawa baru
Seperti pada lagu-lagu sebelumnya, melalui “Chevron”, nuansa misteri dari Amerta masih terjaga. Warna dua punggawa baru, vokalis Techa Aurelia (Pelteras) dan penyintesis Lody Andrian (Fakecivil), menambah nuansa misteri di lagu “Chevron”. Membuat kegelapan, kesedihan, kepedihan, dan kesuraman semakin terasa di single ini.
Alunan suara mengawang-ngawang yang dikeluarkan jari-jari lentur Lody Andrian, sang penyintesis magis, cukup membuat pendengar merasa berada di dimensi lain. Ditambah dengan sentuhan Ricky Siahaan yang masih duduk di bangku produser, membuat “Chevron” tidak kalah istimewa dari lagu lain milik Amerta.
“Please me, Engulf me, An empty gaze … A fleeting glimpse, Growing blurry
A fleeting glimpse Ceased to breath”
Lirik yang sarat makna akan meratapi hidup yang kelam, gelap, dan suram. Keseluruhan “Chevron” lebih dari cukup untuk membuat para pendengar meluapkan realita kehidupan yang dihadapi. Tentang mengubah kegundahan menjadi kebahagiaan, walau hanya sebuah utopian dream.
Sisi Artistik yang Tak Kalah Kelam
Tidak usah diragukan lagi bagaimana sisi kreatif dari Amerta. Terbukti, pemilihan cover single yang manjur dalam mendukung fantasi “Chevron”. Terlihat seorang perempuan dengan dress hitam yang menunjukan punggungnya, menambah sisi kemisteriusan dalam single ini.
Seorang perempuan yang meratap dengan tatapan kosong seperti ingin ditolong, tetapi sudah jauh kabur dalam pandangan hingga akhirnya kehabisan nafas.
“Chevron” turut dirilis pula dalam balutan sinema klasik berwarna noir. Lody Andrian menangkap potret stimulan fantasi tentang “Chevron”. Menurutnya, single ini adalah sebuah tatapan paranoid ketika memandang apartemen kosong di kawasan urban, tempat yang pernah disinggahi tapi kini menerawang masuk di antara memori, dan kita tidak mau lagi kembali ke sana.
Amerta bekerja sama dengan sutradara Panggih Aryan Saputra, dari KTK Imaji Production untuk menerjemahkan fantasi kelam “Chevron” ke dalam sebuah video musik. Panggih sukses mensintesis cerita fantasi tersebut dengan visualnya yang sungguh noir, kelam, dan gelap. Sekarang, “Chevron” dari Amerta sudah bisa didengarkan di layanan streaming musik favorit kalian.