Unit folk asal Bandung, Amigdala akhirnya merilis EP setelah melalui perjalanan yang terlampau nyaman bersama single “Kukira Kau Rumah” selama setahun setengah. Band yang terbentuk pada desember 2016 silam menelurkan EP pertamanya yang bertajuk “Balada Puan”. EP ini melengkapi penghayatan nada dan kata “Kukira Kau Rumah” yang dirangkum dalam sebuah tema klasik yaitu kisah asmara yang penuh rasa duka. Puan berarti perempuan atau nona, ini berarti lagu-lagu yang dilantunkan dalam EP ini digubah atas cerita lara seorang nona atas tuannya.

“Balada Puan” dirilis pada 7 Juli lalu menjadi sebuah jawaban dari penantian kelanjutan lagu-lagu dari Amigdala. Dibuka dengan “Balada Puan”, lagu yang sekaligus menjadi nama dari EP mereka, lagu ini lebih tepatnya adalah pelengkap dari lagu sebelumnya “Kukira Kau Rumah”. Berisikan dengan musikalisasi puisi dengan nada yang mendayu membuat emosi pendengar terbawa lebih dalam mengikuti alur dari setiap lirik yang memiliki korelasi dengan lagu “Kukira Kau Rumah”.

Dilanjutkan dengan “Belenggu” yang bercerita tentang rasa duka yang terwakili dengan rindu dan pilu diibaratkan binatang jalang yang tidak bisa dilawan yang membuat rasa duka itu terbelenggu di dalam diri.
Rasa ingin mempertahankan sebuah hubungan memang dimiliki oleh setiap pasangan. Namun saat hanya salah satu yang mencoba untuk mempertahankan sebuah hubungan, rasanya itu semua sia-sia. Konflik tersebut tersampaikan lewat “Tuhan Sebut Sia-Sia”.

“Di Ambang Karam” adalah lagu yang menceritakan tentang hubungan yang dijalani dengan mengalir tanpa ada arah dan tujuan, menyebabkan ujung-ujungnya karam dan hilang. EP ini ditutup dengan “Kukira Kau Rumah” yang sudah memiliki video klip dan sudah ditonton lebih dari 1 juta kali di Youtube. Lagu “Kukira Kau Rumah” dirasa cocok menjadi menutup dari album ini karena menjadi lagu awal yang menjadi batu loncatan dari Amigdala. Lagu ini memang dibuat berdasarkan pengalaman seseorang yang terlalu cepat melabuhkan hati. Saat semua sudah mulai nampak, ternyata yang selama ini singgah di hati tidak sungguh-sungguh.

Semua materi dalam EP ini digubah oleh Isa, vokalis sekaligus gitaris, dari puisi ciptaan sang vokalis, Andari, yang dibuat dalam rentang waktu pertengahan 2016 hingga pertengahan 2017. Itu sebabnya mereka begitu senang bila karyanya dilabeli “musikalisasi puisi”. Proses rekaman hingga produksi dilakukan secara independen (home recording) di Bandung.

Alih-alih menyangkal emosi sedih, kecewa, atau gundah hati karena begitu klasiknya rasa-rasa negatif tersebut diangkat menjadi sebuah karya, Amigdala berhasil menyampaikan semua itu dengan gaya diksi yang berbeda. Pendengar yang sudah tidak asing dengan lirik ekspresif ‘kau yang singgah tapi tak sungguh’ tentu bisa mengira lirik-lirik seperti apa yang disajikan di tiga lagu lainnya dalam “Balada Puan”.

EP dirilis secara digital melalui berbagai kanal seperti Spotify, Joox, iTunes, dan lebih dari dua puluh kanal lainnya yang bisa kamu dengarkan untuk menemani suasana duka lara di beranda soremu.