Kematian, satu kata yang memiliki penafsiran berbeda pada setiap individu. Entah itu hal yang harus dihindari, atau justru ditunggu? Bagi Jolie/Delorians, kematian merupakan keberuntungan dalam lagunya yang berjudul “A Fortunate Stroke of Serendipity”. Lagu dengan unsur kematian gak berarti harus lagu dengan nada yang mengecam atau bahkan lagu religi, kan? Hal itu dibuktikan oleh Delorians dimana ia mengemas lagu ini dengan alunan melodi yang terdengar “surgawi”.
Lagu yang berasalkan dari pengalaman pribadinya ini bercerita tentang Delorians sebagai lelaki yang menyatakan kepada pasangannya, bahwa ia akan mencintai sang kekasih bahkan di kehidupan setelah kematian. Selain itu, ia juga berusaha meyakinkan pasangannya bahwa kematian di atas dunia yang berdarah tidak semenakutkan itu. Bahkan, menurut Delorians, kematian jauh lebih suci daripada hidup dalam kemunafikan. Ditambah lagi dengan keyakinan bahwa dunia di masa depan akan hancur akibat rasa kemanusiaan yang sudah mulai menghilang. Hal ini bisa kita rasakan melihat situasi dunia saat ini yang dengan mudahnya dapat ditemukan banyak isu sosial yang disebabkan oleh manusia yang semakin kehilangan rasa kemanusiaannya. Delorians akhirnya menggambarkan betapa pahitnya dunia dengan penggalan lirik:
“Cause world ain’t any longer,
Worth to live in,”
Delorians memulai karirnya di dunia musik semenjak SMA pada sebuah band beraliran jazz yang beranggotakan teman-teman sepermainannya. Solois indie multi genre asal Jakarta ini mulai menulis dan mengunggah musiknya di platform digital dan telah merilis single pertamanya yang berjudul “Fantasies” pada Januari 2020 lalu. Tidak berhenti sampai situ, Delorians juga merilis dua single lainnya yaitu “Medium Dancing Beat” dan “Goodbye Nothing”. Lagu yang ditulis berdasarkan pengalaman dan pemikirannya sendiri ini dideskripsikan sebagai jenis musik sunny pop atau dream pop yang ia buat dari kamar tidurnya. Sebagai seorang pendengar, gue setuju dengan jenis musik yang ia deskripsikan. Lagunya bisa membuat pundak gue ikutan bergoyang menikmati lagu ini di kamar, seakan-akan menikmati vibes seiring lagu ini diputar.
Setelah denger lagu ini untuk yang pertama kalinya, ternyata “A Fortunate Stroke of Serendipity” lolos dengan mulusnya di telinga gue yang gak bisa menikmati lagu ‘gaduh’. Lagu ini easy listening, sounds angelic, and it just fits perfectly in my ears.
Awalnya, gue berasumsi bahwa lagu ini sekadar musik yang enak didengerin dengan lirik yang cliché. Ternyata, asumsi gue dipatahkan ketika mulai membaca liriknya dan berusaha mengerti pesan yang Delorians coba sampaikan. Bagi gue, semakin sulit gue memahami sebuah lirik, semakin “seru” lagu itu buat gue kulik. Cara masing-masing individu menginterpretasikan pesan sebuah lagu tentu berbeda, namun Delorians sendiri menegaskan kepada pendengarnya untuk bersikap dewasa dalam menginterpretasikan pesan dari “A Fortunate Stroke of Serendipity”.
Dilihat dari segi visual, artwork “A Fortunate Stroke of Serendipity” memiliki tone warna yang soft dan ilustrasi yang simple. Namun, artwork ini tetap terkesan menarik dengan keberadaan ilustrasi langit, awan, serta sosok manusia yang seakan-akan sedang terjatuh ke lautan yang dalam.
“Let me drown deeper into the sea of prayers and my dreams,”
Laut yang dimaksud berdasarkan lirik tersebut ialah lautan doa-doa serta mimpinya. Apabila diperhatikan, sosok manusia tersebut terjatuh dengan posisi wajah yang mengarah ke ilustrasi langit, dengan artian ia tetap bisa melihat sisi indah bahkan saat sedang terjatuh.
Bagi Delorians, musik merupakan satu-satunya media yang dapat ia gunakan untuk mengekspresikan kegelisahannya secara radikal tanpa adanya sebuah batas. Pengalaman dan pemikiran Delorians tentang bagaimana ia memandang sebuah “kematian” bisa lo temukan di seluruh platform musik digital mulai dari Spotify, Apple Music, Deezer, sampai TikTok!