Bersenang-senang lewat musik merupakan hak bagi setiap orang yang ingin mendengarnya. Pilihan dan jenis musik yang diinginkan tentu kembali kepada selera masing-masing. Pergi ke konser pun merupakan salah satu kegiatan wajib bagi orang-orang yang mengaku sebagai penikmat musik. Namun, belakangan ini ada beberapa orang yang sering mengganggap dirinya lebih baik dibanding penikmat musik yang ada di sekitarnya.
Nyatanya, ada sebutan bagi khusus bagi orang-orang tersebut. Apalagi dalam skena musik yang belakangan ini sering terjadi perdebatan, yaitu skena musik indie. Predikat “polisi skena” menjadi penyebutan bagi orang-orang yang sering berkomentar hingga mengkritisi apapun yang terjadi. Predikat ini tentu tidak bermakna positif karena ada kata yang identik dengan kesan mengatur, dan tentu hal ini kurang disukai oleh para penikmat musik apalagi yang suka datang ke konser.
Fenomena ini ternyata menginspirasi seorang Sir Dandy, musisi sekaligus seniman yang sering sekali membuat lagu yang nyeleneh dan berseloroh tentang kehidupan sekitarnya. Lagu berjudul “Polisi Skena” pun hadir demi memberikan dakwah khas Sir Dandy. Dalam lagu ini yang menjadi bala bantuan adalah Riko Prayitno, musisi senior dan gitaris band Mocca sebagai produser.
Warna musik yang dihadirkan dalam lagu “Polisi Skena” sangat berwarna-warni. Dari detik pertama hingga menit-menit selanjutnya terasa sedang mendengarkan musik lewat Spotify, dengan menyalakan fitur shuffle pada playlist Indienesia. Namun, hal ini tak membuat musik acak-acakan. Lantunan suara khas Sir Dandy dengan nada mengayun di setiap ucapannya, menjadi benang merah yang tetap menjahit lagu ini menjadi lagu yang sangat enak di telinga.
Jangan lupakan lirik-lirik Sir Dandy yang humoris menjadi teman kita dalam menikmati lagu “Polisi Skena.” Awal lagu dibuka dengan lirik “Peradaban diciptakan untuk kemajuan. Bukan untuk kebencian, apalagi perpecahan,” tentu kata pertama dalam lirik ini cukup dikenal di skena musik indie saat ini. Dilanjutkan dengan lirik yang kembali menyentil stereotip skena musik indie, di bagian interlude ada speech yang seakan-akan menggambarkan bila “Polisi Skena” benar-benar hadir di sebuah konser musik. Pada bagian speech ini diisi oleh Jimi Multhazam, pentolan dari band The Upstairs yang suaranya menurut saya khas seperti senior galak di kampus ketika masa orientasi. Ditutup di bagian akhir lagu dengan lirik yang kata-katanya identik dengan skena musik indie lokal yaitu kopi dan senja. Kedua kata ini memang sering menjadi bahan lelucon yang ditujukan kepada para penikmat musik indie.
Pada akhirnya, lagu ini hanya mengingatkan untuk semua penikmat musik dipersilakan tetap bersenang-senang. Kebebasan berekspresi sangat dijunjung tinggi, baik bagi para penikmat musik maupun para musisi dengan karya-karyanya. Tidak perlu saling merendahkan orang-orang yang selera musiknya berbeda, karena selera merupakan hak masing-masing individu yang menurut saya tidak dapat diganggu gugat. Bila anda mulai merasa menjadi “polisi skena” ketika datang ke sebuah gigs, jangan berkecil hati. Mungkin selain menjadi “polisi skena” yang suka mengatur selera musik orang lain, anda bisa daftar ke akademi kepolisian untuk mengatur hal-hal lain.
“Polisi Skena” dapat didengar lewat berbagai layanan musik digital pada 15 Mei 2020 mendatang. Namun video liriknya dapat ditonton lewat kanal YouTube resmi Sir Dandy Official Harrington lewat tautan di bawah ini.