Ilustrasi: Bilal Ahmad Mukmin
Bandung memang tidak ada habisnya dalam memasok band-band gokil untuk menghibur kita semua. Salah satu yang termutakhir adalah Dongker, quartet berkeyakinan 70s punk yang terdiri dari Arno (gitar & vokal), Delpi (gitar), Bilal (bass), dan Dzikrie (drum). Keyakinan 70s punk ala Dongker mengambil referensi dari band-band terdahulu seperti Protex, The Dickies, Modernettes, atau artis-artis lain dari Good Vibration Records. Yang menggembirakan adalah karena kini keyakinan 70s punk dari Dongker akhirnya dapat terejawantahkan dalam EP perdana mereka, yaitu Upaya Memaki.
Di dalam perilisan EP Upaya Memaki, Dongker bekerjasama dengan Greedy Dust Records dan Necros Records. EP Upaya Memaki berdurasi total sekitar enam menit dan dirilis secara fisik hanya dalam format kaset. Dengan mengatasnamakan ketertarikan dan rasa suka pada pendengaran pertama, saya pun tidak ragu untuk segera menemui anak-anak Dongker. Sebuah kesempatan yang menarik bagi saya untuk berdiskusi santai sembari mencoba memaknai EP perdana band ini.
Proses pembuatan EP Upaya Memaki menurut saya cukup menarik. Walaupun secara musik Dongker merujuk kepada 70s punk ala Good Vibration Records yang bertempo cepat dan memiliki chord simpel, tetapi secara lirik mereka lebih dekat dengan anarcho-punk. Sebagian besar lirik Dongker tidak terfokus pada konteks romantisme sederhana yang menjadi ciri khas lirik 70s punk. Dongker menjelaskan bahwa mereka lebih banyak menuliskan lirik-lirik yang memiliki kesan perlawanan, kegelisahan akibat direpotkan oleh isu-isu sosial terdekat.
Kegelisahan inilah yang menjadi inspirasi awal penamaan ‘Upaya Memaki’ sebagai judul EP. Upaya Memaki adalah usaha Dongker dalam melampiaskan rasa muak dan jengkel terhadap realitas sosial yang ada. Setelah mengetahui asal usul nama Upaya Memaki, sekarang mari kita bahas masing-masing lagu di dalam EP ini, cekidot!
Dimulai dengan “Terlalu Bodoh Untuk Bandung”, bercerita bahwa pada masa sekarang ini sudah tidak ada lagi karya yang benar-benar murni dan orisinal. Kita sudah tidak bisa lagi bersikap arogan atas karya yang kita hasilkan. Semua karya yang ada sekarang pasti memiliki referensi terhadap sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Karya yang baik adalah karya yang memiliki banyak referensi, tidak hanya bergantung pada referensi yang bersifat tunggal. Walaupun karya orisinal sudah tiada, tetapi kita masih bisa membuat karya autentik yang dapat kita banggakan.
Selanjutnya adalah “Batas Pedut”, satu-satunya lagu di dalam EP ini yang sudah divisualisasikan menjadi music video oleh Dongker. ‘Pedut’ di dalam lagu ini dapat kita definisikan sebagai omong kosong. Lagu ini menceritakan upaya kita untuk terus berani melawan batasan-batasan yang sebenarnya tidak penting-penting amat untuk dipatuhi. Upaya penolakan untuk bersifat pasif dan mewajarkan sebuah kebodohan.
“Bicaralah Padaku”, lagu yang menjadi favorit saya dalam EP Upaya Memaki. Lagu ini secara singkat, padat, dan jelas bercerita soal nilai kejujuran. Diawali dengan lirik “Bicaralah padaku, dan katakan anjing!!!,” sebuah ungkapan yang menurut saya sangat apa adanya. Kejujuran memang mengajarkan kepada kita bahwa seburuk apapun situasi dan kondisi, hendaklah kita menyampaikan kebenaran. Kebenaran sepahit apapun akan lebih baik daripada kebohongan yang manis sekalipun. Terkadang, kita memang perlu untuk berani mengutarakan isi hati dan pikiran kita sejujur mungkin.
Lagu berikutnya adalah “Kekeringan Citra”, bagaimana anak-anak Dongker mempersepsikan orang-orang yang terlalu mementingkan pencitraan. Jika melihat realita yang ada, memang saat ini banyak orang melakukan pencitraan secara berlebihan. Bagian menarik dari lagu ini adalah pada repetisi kata ‘kering’ secara bertubi-tubi. Hal ini menurut saya memberikan highlight dan merujuk kepada orang yang melakukan pencitraan berlebih, seakan-akan selalu mengalami kekeringan citra itu sendiri.
EP Upaya Memaki ditutup oleh lagu “Merajam Dendam”. Lagu yang menurut saya paling kental dengan impresi perlawanan. Sebuah respon dari Dongker terhadap isu sosial yang pernah dialami dan juga dekat dengan mereka. Pada lirik lagu ini Dongker juga memakai analogi hewan untuk membahasakan keresahan mereka, seperti pada lirik “Kau duduk bersila bagai kera.”
Latar belakang seni rupa dan desain dari para personil cukup memengaruhi bagaimana EP Upaya Memaki ini tercipta. Saya melihat adanya sikap mandiri, oportunis, impulsif, serta ekspresif dari Dongker. Mereka juga menjunjung tinggi autentikasi di dalam proses penciptaan karya dan musik mereka. Autentikasi Dongker mungkin dapat terlihat jelas dari karakter “Big Boss”. Kalian akan menyadari sendiri keberadaan karakter “Big Boss” ini pada artwork dan merch EP Upaya Memaki serta music video “Batas Pedut”.
EP Upaya Memaki menjadi awalan yang bagus dari Dongker sebagai pendatang baru di musik Indonesia, khususnya Bandung. Kita dapat menikmati EP ini sebagai medium pelampiasan rasa jengkel kita, transfer energi yang cukup baik menurut saya. Sebagai penikmat karya mereka, saya ucapkan selamat untuk Dongker, gas pol!!!
Ditulis oleh: Yanuar Banu Herastanto