Setelah berkiprah di antara banyaknya prahara dunia musik, Dongker akhirnya mantap merilis “Ceriwis Necis” pada 24 Mei 2024 kemarin. 17 lagu, 17 video, serta 17 balaclava adalah angka yang cukup untuk Dongker menjelaskan diri mereka. Berbicara tentang “Bagaimana kekuasaan mengintimidasi ruang personal yang rapuh” Band ini hadirkan 65 menit berisi ragam kisah sentimental.
Saya sendiri merupakan pendengar Dongker jalur “Bertaruh Pada Api”. Lagu fenomenal serta penuh emosi yang mentah sekiranya menjadi impresi pertama saya kepada band ini. Naiknya lagu “Bertaruh Pada Api” pada kancah skena saat itu seakan sebuah oase pertanda punk yang terus menari dan berevolusi. Jika runut kita melihat perjalanan Dongker, sebenarnya band yang terbentuk di Fakultas Seni Rupa & Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) ini hadir oleh genre fastcore. Melalui EP “Upaya Memaki” (2019) dan “Menghibur Domba di Atas Puing” (2020), Dongker terlihat nyaman membawakan karya musik penuh teriakan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu mengikut popularitas Dongker yang makin naik daun, representasi punk itu pun ikut dipertanyakan? Dan saya rasa kehadiran “Ceriwis Necis” adalah langkah paling nyeni untuk menjawab semua keraguan tersebut.
“Kami selalu aktif bersama komunitas kami dan bekerja sama dengan berbagai kolektif atau seniman dari berbagai daerah dengan semangat gorong-gorong. Album ini merupakan rangkuman cerita gorong-gorong yang dialami Dongker selama 3 tahun kebelakang”
– Arno Zarror
Dari antara 17 spektrum cerita gorong-gorong, Dongker hadirkan banyak sekali warna kehidupan yang berpadu artistik. Dari sinilah “Ceriwis Necis” yang bergantung oleh nilai kolaborasi melahirkan banyak ekspektasi. Entah sejauh mana harapan itu terpenuhi, tapi saya rasa album ini terdengar pada suara serupa tanpa progresi nada yang sama.
Penyampaian ragam cerita disajikan Dongker dengan sangat kreatif. Penggunaan lirik berbahasa inggris hingga terompet yang bergema padu bersama distorsi tebal oleh Raka Soetrisno (Kinder Bloomen) & Made Dharma (Sunlotus & Deadly Weapon) mendefinisikan corak Dongker yang baru.
“Ceriwis Necis adalah proyek pertama saya yang melibatkan banyak orang dalam prosesnya, baik secara teknis ataupun secara personal. Album ini menjadi karya pertama Dongker maupun saya pribadi yang sangat jujur”
– Delphi Suhariyanto
Sebagai sebuah karya yang jujur, trek-trek pada lagu ini tersaji begitu valid dalam mewakili setiap perasaan emosional yang dialami personilnya. Dalam pengalaman saya, mendengar “Ceriwis Necis” seakan menonton sebuah kartun satir yang menyindir pahit manisnya kehidupan.
Perasaan emosional yang tersampaikan melalui padanan kata ciri khas Dongker adalah salah satu kekuatan utamanya. Hal ini sangat terlihat pada cara mereka mengemas “Kau Si Lagu Sedih” dalam balutan pop. Menceritakan tentang pengalaman Delphi menemani kawannya saat istrinya meninggal, lagu ini hadirkan dimensi emosional lainnya. Repetisi pada reff sebanyak tiga kali tak membuatnya terasa membosankan, bahkan kehadiran materi ini justru menjadi kejutan bagi telinga saya. Sebuah warna yang menarik ditemui pada band pengusung genre punk.
“Narasi pada lirik Ceriwis Necis kami buat dengan harapan pendengar kami meluas, semakin banyak orang yang menyanyikan lagu Dongker dan menambah jaringan pertemanan kami sehingga hasil akhir dari musik Ceriwis Necis memiliki warna yang beragam”
– Dzikrie Arethusa
Dalam perspektif lainnya, kolaborasi yang didalami oleh dongker melahirkan sebuah keunikan lainnya. Dalam kesadaran Dongker, komposisi musik “Ceriwis Necis” diharapkan melahirkan para pendengar baru. Argumen ini semestinya bisa menjelaskan, mengapa haluan musik Dongker semakin terdengar kurang “Dongker” bagi sebagian orang. Dari sini juga saya melihat sebuah band yang bukan hanya sekedar ekspresif, tetapi sadar akan kehadiran kolektif.
Akan tetapi kesadaran Dongker pada kolektif tidak hanya berhenti pada musik, melainkan juga pada sisi visual. Penghadiran nilai abstrak pada video, balaclava, hingga cover pada album menjadi beberapa bumbu manis diantaranya. Secara khusus pada cover album yang disusun oleh Aurora Arazzi. Dengan penghadiran objek keseharian yang dipotong, ditumpuk, dan dipindai sekiranya menjadi penggambaran penuh bagi album “Ceriwis Necis.”
Akhirnya, album “Ceriwis Necis” adalah sebuah tanda pengenalan selanjutnya kita kepada Dongker. Band yang berteriak akan satir dari kehidupan ini menurut saya telah menghadirkan kisah sentimental dalam jejak-jejak eksplorasinya. Wujud representatif berbagai kolektif pun turut menjadi nilai plus yang saat ini jarang ditemui.
Setelah dirilisnya album ini Dongker merencanakan 2 agenda besar. Tur Indonesia di bulan Juni-Juli & Showcase Album di bulan November nanti. Sedangkan versi fisik akan dirilis 2 kali: kaset oleh Greedy Dust & Copyright Reserved pada bulan September & vinyl oleh Disaster Records pada bulan November.
Bagi kamu yang sudah tak sabar menunggu, kini “Ceriwis Necis” buah tangan Dongker telah tersedia di berbagai platform muszyik favorit kamu.