Siapa yang tidak suka dengan Rock n Roll? Kebebasan, seks, alkohol, drugs, pesta-pesta, dan segala hiruk-pikuknya sangat kental sekali dengan muda-mudi yang ingin mencari kesenangan sesaat. Rock selalu menjadi fundamental bagi genre lain, yang membuatnya selalu menjadi spesial. Sungguh munafik jika anda menyebut diri anda bukan seorang penikmat rock. Menurut saya, bagaimanapun perasaanmu pada suatu waktu, rock akan selalu cocok untuk menemanimu dalam keadaan apapun. Bahkan di beberapa kota, para muda-mudi rela berdesak-desakan di akhir pekan hanya demi menikmati alunan musik rock.

Saya pribadi juga salah satu penyuka musik rock. The Beatles, The Smiths, The Cure, Pink Floyd, dan The Rolling Stones seringkali memenuhi playlist Spotify saya. Di Indonesia sendiri, band-band rock banyak bertaburan, salah satu yang selalu memikat saya adalah band asal Jakarta yang bernama Indische Party. Indische Party? Loh bukan nya itu Tiga Serangkai? Betul, nama ini diambil dari tiga serangkai yang kata aslinya adalah “Partij” lalu diganti dengan “Party”.

Pertama kali saya menemukan band ini adalah ketika mereka sedang tampil di acara Indonesia Morning Show, dan mulai dari sana, saya jatuh cinta. Di sini saya tidak akan banyak bicara mengenai diri saya sendiri, melainkan saya akan membahas tentang Indische Party. Band yang mengusung aliran Rock 60s Revival ini beranggotakan Japs Shadiq, Kubil Idris, Tika Pramesti, dan Jacobus Dimas. Tepat setelah mengumumkan personel barunya, band ini kemudian baru saja merilis single terbarunya yang berjudul “Duka Akhir Kemarau”.

Dibuka dengan alunan gitar yang indah, lagu ini sukses membuat saya seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Lagu ini full dinyanyikan oleh sang pemain drum, Tika Pramesti. Rasa-rasanya, ini comeback Tika bernyanyi full semenjak rilisnya lagu “Ingin Dekatmu” pada tahun 2016 silam. Dengan suara yang mengawang-ngawang, lagu ini memberikan kesan rock 70s Indonesia. Vokal yang manis, gitar yang santai dan pelan-pelan mengawang, dan lirik yang tajam serta jujur membuat kita tenggelam dalam lagunya. Tak perlu diragukan lagi untuk masalah sound, Indische Party selalu juara bagi saya.

“Jangan bertanya bila kau tau jawabnya, biarkan waktu mengurai air mata Hari-hari ku bagai kan tersesat mencari bayangmu, terimakasih yang tak cukup balas kasih mu tak habis seumur hidup di dunia Tak pernah usai rindu ku tak kunjung padam untuk mu ibu lantunkan lagu dan doa”

Penggalan lirik di atas merupakan lirik favorit saya dari lagu ini. Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini, kita sedang mengalami masa-masa yang sulit. Banyak orang harus terpaksa menguatkan diri ketika melihat orang yang dicintai pergi meninggalkan dunia. Melalui lagu ini, saya rasa Indische Party ingin menghibur dan membuat kita kuat di tengah kesedihan yang tak kunjung usai ini. 

Selain lirik, saya juga menyukai art cover nya. Art cover yang menampilkan Tika menggunakan gaun yang entah habis menghadiri pemakaman atau dari mana, tapi ini berhasil membuat kesan vintage melekat kental dengan Indische Party. Ketika pertama kali melihatnya, yang terpikirkan oleh saya adalah sosok Suzanna karena ‘suasananya’ sangat terasa oleh saya. Tika yang terlihat seperti sedang menatap sesuatu yang membuatnya sedih juga sangat cocok sekali dengan vibes yang dibawakan oleh lagu ini.

Meskipun lagu ini terbilang sebuah lagu sedih, namun menurut saya “Duka Akhir Kemarau” juga cocok anda didengarkan sembari melakukan joget-joget tipis di ruang tamu anda. Selaras seperti apa yang Indische Party katakan melalui akun Instagram-nya, “Semoga lagu ini bisa menjadi pelipur lara bagi semua yang tengah diselimuti duka”

“Duka Akhir Kemarau” sudah tersedia di seluruh platform digital, terhitung mulai tanggal 17 July 2021 pukul 12 malam. Selamat mendengarkan!