Sebelum manusia mengenal aksara, sejarah disampaikan lewat lisan dari satu individu ke individu lainnya. Penyampaian sejarah pun berubah ketika manusia telah mengenal aksara, sejarah dicatat lewat sebuah tulisan yang mampu dilihat secara fisik. Tahun berganti tahun, kini manusia mampu mendokumentasikan sebuah realitas lewat sebuah karya audio visual yang biasa disebut film dokumenter.

Film dokumenter adalah sebuah film non-fiksi yang menceritakan sebuah peristiwa nyata dengan tujuan mempertahankan catatan sejarah. Berbagai peristiwa dapat diabadikan lewat sebuah film dokumenter, begitu juga dengan perjalanan musik. Musik selalu bergerak dinamis mengikuti selera masyarakat dan perkembangan teknologi.

Tahun 2015, ada dua film dokumenter tentang musik yang mencuri banyak perhatian pecinta musik dunia seperti Montage of Heck tentang Kurt Cobain dan Amy tentang Amy Winehouse. Keduanya adalah seorang musisi terkenal yang meninggal ketika tengah menikmati masa keemasannya. Selain kedua musisi tersebut, tahun ini ada beberapa film dokumenter lainnya yang sayang untuk dilewatkan. Berikut catatannya.

1. Montage of Heck (Brett Morgen)

Film dokumenter yang menceritakan mendiang Kurt Cobain ini sudah lama ditunggu-tunggu para fans Nirvana di seluruh dunia. Sutradara Montage of Heck Brett Morgen mengerjakan film ini selama delapan tahun dengan mengumpulkan dokumen dan arsip pribadi Cobain dari keluarganya. Film yang didukung Frances Bean Cobain ini pertama kali diputar pada 24 Januari 2015 di Festival Film Sundance. Berbagai tanggapan positif untuk film ini salah satunya dari Majalah Rolling Stone, “The most intimate rock doc ever”.

2. Amy (Asif Kapadia)

You can write a million things a day, but its hard to write something you’re proud of,” ujar Amy via website resmi film Amy. Amy Winehouse adalah salah satu musisi jazz yang berhasil meraih banyak penghargaaan di bidang musik. Di tengah kejayaannya, Amy mengembuskan nafas terakhirnya di usia 27 tahun pada tahun 2011. Selang empat tahun, Asif Kapadia (Senna) berhasil menghidupkan kembali sosok Amy Winehouse lewat film dokumenternya, Amy.

3. They Have to Kill Us First (Johanna Schwartz)

If you kill me I won’t be able to play anymore. But as long as I’m alive, I will do it. They have to kill us first,” ujar Fadimata “Disco” Walett Oumar dalam film dokumenter They Have To Kill Us First. Film ini bercerita tentang perjuangan musisi menentang kelompok ekstrimis islam di Mali. Mereka melawan kelompok yang telah melarang musisi untuk bermain musik dengan cara merusak stasiun radio, membakar alat musik, hingga menyiksa musisi. Tahun 2015, perjuangan musisi Mali kian tersebar luas berkat karya Johanna Schwartz ini.

4. All Things Must Pass (Colin Hanks)

All Things Must Pass adalah film dokumenter yang bercerita tentang Tower Records. Toko yang sempat menjadi toko musik terbesar di dunia dengan 200 toko yang tersebar di 30 negara. Dari sebuah toko kecil di Sacramento, Amerika Serikat, Tower Records tumbuh menjadi bagian penting di industri musik dunia. Namun seiring berjalannya waktu, toko musik yang didirikan Russ Solomon ini terpaksa harus gulung tikar karena bangkrut pada tahun 2006. Mengapa Tower Records bangkrut? Pertanyaan inilah yang mendasari anak Tom Hanks, Colin Hanks yang lantas membuat film dokumenter ini.

5. Salad Days (Scott Crawford)

Pergerakan musik punk di Washington DC pada periode tahun 1980-1990 adalah cerita utama di balik film dokumenter Salad Days. Dekade 80’an di ibu kota Amerika Serikat tersebut banyak menghasilkan band punk antara lain: Bad Brains, Minor Threat, Government Issue, Scream, Void, Faith, Rites of Spring, Marginal Man, Fugazi, dan masih banyak band lainnya yang bergerak di jalur independen. Skena musik punk sebagai budaya pop diulas habis di film garapan Scott Crawford ini.

Selain film dokumenter di atas tadi, sebenarnya masih banyak film dokumenter tahun 2015 lainnya yang patut ditonton seperti Stretch and Boobito: Radio That Changed Lives, 808, Danny Says, dan The Drop. Namun, ini perihal pilihan saya mengenai peristiwa penting yang berkaitan dengan nilai sejarah di belantika musik dunia. Akhir kata, Steven Spielberg pernah berkata, “I think documentaries are the greatest way to educate an entire generation that doesn’t often look back to learn anything about the history that provided a safe haven for so many of us today”.