Source: nme.com

As a normal human being who (unfortunately) experienced living in 2020, I would say I’m pretty f*cked up. It’s been a rough year for sure… but luckily it has been a year filled with so many great songs (thanks to the pandemic making all musicians quarantined). Kita semua sudah cukup lelah dengan keadaan yang semakin hari semakin tidak menentu, and I don’t blame you if you feel that way. Siapapun yang membaca tulisan ini, Saya harap kalian terus semangat menjalani hari-hari! Thanks for still keeping your sanity! 

Suatu hari salah satu teman menghubungi Saya melalui pesan,

"Taylor Swift launching album baru, ada yang judulnya Betty."

Kenapa begitu? Rupanya karena judul dari lagu tersebut kebetulan sama dengan nama panggilan saya yang biasa dipanggil oleh teman-teman, Betty. Pada malam harinya, dua orang teman menghubungi dengan pesan yang sama, memberitahu hal yang serupa. Seakan-akan hal tersebut mereka sampaikan kepada Saya bak memberitahu ada diskon besar di Sephora. They’re excited.

Sejujurnya Saya bukanlah pendengar dari seluruh karya Taylor Swift (specifically), sebatas tahu lagu saja karena yang kita semua tahu, lagu-lagu miliknya memang memiliki kualitas yang baik dan sangat mudah untuk booming, terlepas dari dirinya yang memang seorang Taylor Swift

Namun album ini berbeda. Sepengetahuan yang Saya miliki (internet trail), pers, penggemar, hingga para orang awam tidak memprediksi datangnya Folklore ini. Nama-nama seperti Aaron Dessner, Jack Antonoff hingga Bon Iver turut “meramaikan” album yang digadang-gadang akan mencetak rekor (lagi) dalam industri musik (fyi, Folklore mendapatkan lebih dari 80 juta streaming dalam sehari).

Album ini hadir pada saat yang tepat. Mengapa dikatakan begitu? We’ve been craving for good songs and as we all know, situasi saat ini, terus menuntut kepala dan badan untuk tetap “waras”. Hadir dengan 16 tracks dan satu bonus track seakan seperti kedapatan early christmas gift! 

The Tracks (which helped me to get through 2020)

Sulit untuk memilih lagu mana yang menjadi favorit. Namun pada akhirnya Saya berhasil menyeleksi beberapa dari 16 lagu yang ada di album ini dan menobatkannya sebagai lagu meditasi batin diri. 

  1. “the last great american dynasty”

Lagu yang bernuansa folk dan contemporary pop ini sebetulnya menceritakan sebuah rumah milik Taylor yang ia beli pada tahun 2013 silam, which known as “Holiday House”. Namun, “the last great american dynasty” merupakan penggambaran Taylor terhadap Rebekah Harkness, pemilik “Holiday House” sebelumnya yang terletak di Rhode Island. 

Rebekah Harkness sendiri merupakan seorang divorcée yang selanjutnya menikah dengan Bill, seorang pewaris dari Standard Oil Company yang lalu meninggal pada tahun 1954. Hidup Rebekah tidaklah jauh dari berbagai cibiran, sama halnya dengan Taylor yang seringkali diserang oleh berbagai pihak, Rebekah kerap disalahkan terhadap hal-hal yang bukan ia perbuat. 

“How did a middle-class divorcée do it?”

Rebekah dituduh telah menghancurkan “the last great american dynasty”. Tuduhan tersebut tentunya tidak lepas dari nuansa seksis, di mana pada saat itu wanita merupakan target yang sangat mudah untuk dijatuhkan, besides if it is her fault or not. Taylor menghubungkannya dengan dunia modern saat ini yang ditunjukkannya pada akhir chorus dan outro lagu ini. Ia mengganti kata rujuk “She” menjadi “I’ yang mengacu pada dirinya sendiri, untuk menunjukkan adanya kisah pararel antara Taylor dan Rebekah. 

Lagu ini cukup menggambarkan kehidupan banyak orang, termasuk Saya sendiri. Ketika pertama kali mendengar lagu ini, Saya cukup paham dengan apa yang sebetulnya ingin Taylor katakan, it’s to free from the toxic society yang terus menerus menekan seseorang. Juga, terkadang sikap bodo amat itu penting untuk diterapkan. the last great american dynasty” juga jelas menunjukan bagaimana beratnya kehidupan banyak wanita, tidak hanya dahulu namun hingga sekarang, menyadarkan Saya bahwa rupanya tidak mudah untuk menjadi seorang wanita.

  1. “my tears ricochet”

“One of the saddest songs in the album”, ucap Taylor dalam Folklore: The Long Pond Studio Session. Saya pun setuju dengan statement yang dinyatakannya, karena “my tears ricochet” sendiri membahas tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam hidup, sejujurnya kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Teman bisa menjadi musuh dalam perang, dua sejoli yang mengikat janji pernikahan dapat bercerai, ketulusan seseorang dapat dibalas dengan keburukan, dan berbagai hal lainnya yang dapat terjadi pada kehidupan. 

Source: qnewshub.com

Penggalan lirik, “And you’re the hero flying around, saving face,” cukup membuat Saya termenung untuk sesaat. Menyadari bahwa seorang Hero seharusnya memberantas kejahatan dan menyelamatkan orang lain, bukan malah menyelamatkan dirinya sendiri. “Save face” sendiri memiliki makna untuk menjaga (suatu) reputasi , sehingga di sini konteksnya adalah seseorang yang sedang menjaga reputasi dengan “berlakon” sebagai pahlawan. 

Banyak sumber menyatakan bahwa kisah dibalik lagu ini menceritakan pengalaman pribadi Taylor tentang pengkhianatan Scott Borchetta terhadapnya saat ia keluar dari Big Machine records for Republic. Namun meski benar atau tidak, Saya yakin bahwa lagu ini memiliki makna dan persepsi yang berbeda di telinga semua orang.  

  1. The Teenage Love Triangle (“cardigan”-”betty”-”august”)

Hal yang menurut Saya unik dan menjadi kesan tersendiri bagi para penikmat Folklore, yakni adanya kesinambungan cerita antara tiga lagu dalam album ini, yakni pada “betty”, “august”, dan “cardigan”.

Here’s the story, singkatnya ketiga lagu ini merupakan point of view dari tiga orang anak muda, yakni Betty, James, dan James’ Side Bitch. Dari ketiga lagu tersebut, dapat dikatakan bahwa Betty merupakan kekasih dari James, dan James sendiri rupanya sempat memiliki hubungan dengan seseorang lainnya yang dihabiskannya saat liburan musim panas. Namun, rupanya James ingin berusaha kembali pada Betty yang tersakiti, dan meninggalkan “teman” musim panasnya. 

Beberapa nama disinggung dalam ketiga lagu ini seperti Betty, James, dan Inez yang surprisingly merupakan nama ketiga anak dari Ryan Reynolds dan Blake Lively. Cute right?

  • “august”

Lagu ini merupakan point of view dari the person James cheated on Betty (I realize using “James’ Side Bitch” is too cruel for him/her..) Taylor menempatkan lagu ini pada track kedelapan, sesuai dengan urutan bulan Agustus yang berada pada bulan kedelapan dari dua belas bulan. Mendengar iramanya somehow membuat kepala Saya membayangkan situasi pada bulan Agustus serta hiruk pikuk di dalamnya, terutama gambaran tentang dirinya dengan James dengan summer vibes

“August sipped away like a bottle of wine,
Cause you were never mine"

Menjadi orang ketiga memang selamanya tidak akan benar. Namun Taylor berhasil menunjukkan bahwa orang ketiga pun masih memiliki perasaan. Penggalan lirik ‘Cause you weren’t mine to lose sudah sangat menggambarkan kesedihan seseorang yang tidak sepenuhnya memiliki hati orang lain. august” pada akhirnya hanya  meninggalkan kenangan manis musim panas yang tak terulang, hanya dapat dikenang saja.

  • “cardigan”

Jika sebelumnya merupakan point of view dari The Person James Cheated on Betty, “cardigan” menggambarkan sudut pandang Betty yang diselingkuhi oleh James. Hingga artikel ini dirilis, “cardigan” merupakan satu-satunya lagu dari Folklore yang memiliki music video, menjadikannya sebagai lagu pamungkas. 

“And when you are young, they assume you know nothing”

Betty tidak membenarkan perkataan James yang ditunjukannya pada penggalan lirik, “‘Cause I knew everything when I was young,” membantah, “I’m only seventeen I don’t know anything,” dalam lagu “betty”. Maksudnya, masih muda bukan berarti seseorang tidak dapat mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukan. Seseorang tidak dapat melepaskan diri dari masalah dengan dalih I’m still young

  • “betty”

Lagu terakhir dalam The Teenage Love Triangle ini merupakan point of view dari James. Kesan country sangat terdengar jelas karena sentuhan harmonika pada lagu ini, the old Taylor now can pick up the phone right now because she’s finally resurrected from death LOL!

“I was walking home on broken cobblestones,
Just thinking of you when she pulled up like,
A figment of my worst intentions”

Dikutip dari Genius, Pada lagu “betty”, James menyesali perbuatannya yang telah ia perbuat terhadap Betty dan berharap dirinya dapat diterima kembali. James juga menganggap bahwa kejadian tersebut hanyalah a summer thing dan merupakan hasil dari sikapnya yang masih kanak-kanak.

Lagu ini menjadi lagu yang dapat dibilang ketenarannya setara dengan “cardigan” maupun “exile”, terutama setelah Taylor bawakan secara Live di 2020 The Academy of Country Music Awards

  1. ”epiphany”

Lagu ini menceritakan keinginan untuk hidup dengan damai tanpa mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia saat ini. Memiliki dua sudut pandang yakni seorang tentara yang berperang dan seorang dokter yang berjuang mengobati pasien. Menurut Saya, lagu ini merupakan apresiasi dirinya terhadap seluruh tenaga kesehatan di dunia yang lelah karena pandemi Covid-19. Back again since Folklore is a quarantine album, semoga saja “epiphany” bisa menimbulkan rasa tenang bagi para tenaga kesehatan yang telah bersusah payah sekarang ini, dan tentunya untuk tidak menyerah. 

“With you I serve, with you I fall down, down (Down),
Watch you breathe in, watch you breathing out, out”

Sebetulnya, pada tanggal 11 Desember 2020 lalu, Taylor Swift resmi merilis album lainnya yang berjudul evermore. Namun Saya sendiri lebih menyukai folklore karena menurut saya masih terasa sekali aura quarantine, yang telah menemani hari-hari saya disaat suka maupun duka di tengah pandemi berlangsung. 

Folklore bagi Saya adalah sebuah buku cerita yang terdiri dari berbagai chapters, yang akan Saya baca pada saat yang dibutuhkan. Ketika Saya merasa lelah dan butuh ketenangan, Saya akan memutar “epiphany”, begitu pula ketika saya sedang senang dan butuh semangat dalam menjalani hari, saya akan memutar “the last great american dynasty”. Album ini pula yang memberikan Saya ketenangan batin saat sedang menjalani kuliah daring, bersantai di rumah, bersih-bersih, dalam perjalanan ke luar kota, dan pada saat-saat lainnya. Saya yakin di masa depan, ketika saya kembali memutar album ini kembali, memori Saya kan kembali pada masa-masa pandemi Covid-19, pun juga dengan kenangan yang telah Saya lewati.