Kita sering melihat anak muda yang sering bersuara mengenai suatu isu yang menyangkut harkat martabat seorang individu atau kelompok di media sosial. Melalui harmonisasi tulisan dan nada bacaan yang panjang demi memberikan pengetahuan tentang realita permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di era modern. Saya kagum pada usaha yang dikeluarkan oleh anak muda tersebut yang bisa dikatakan masih menjadi seorang mahasiswa. Saya rasa tidak semua anak muda mampu memiliki kepedulian mengenai suatu isu yang patut meresahkan warga.

Saya sering melihat anak muda yang berani speak-up mengenai isu yang sering sekali terjadi di kehidupan masyarakat. Mereka rela melakukan itu agar keadilan tetap diterapkan. Semenjak masih SMA hingga duduk di bangku kuliah, perjuangan mahasiswa berbagai ragam bentuk, salah satunya yakni demonstrasi. Memang, di masa perkuliahan ini saya pun mendapatkan ajaran mengenai seorang mahasiswa harus bisa menjadi agen perubahan di dalam kehidupan masyarakat. Namun, saya rasa semenjak adanya penangkapan mahasiswa oleh aparat, mereka lebih memilih untuk mengkritik dan membahas isu melalui cara lain yang lebih inovatif menggunakan kreativitas mereka.

Karakter anak muda yang bergelora pun memberikan semangat dan harapan bagi masyarakat. Mereka membutuhkan sesuatu untuk mudah menyampaikan pesan aspirasi kepada masyarakat, contohnya melalui musik. Semua orang pasti mendengarkan musik terutama sebagai sarana hiburan. Biasanya musik-musik banyak berbicara mengenai percintaan. Namun, berkat adanya Youtube dan Spotify, saya menemukan beberapa musik yang berbicara mengenai realita kehidupan, politik, dan kritik mengenai suatu isu.

Inilah alasannya mengapa anak muda sekarang lebih menyukai mendengarkan Spotify dibandingkan menonton televisi karena anak muda menyukai hal-hal yang baru. Selain itu, anak muda akan mencari hal yang berkorelasi dengan pola pemikirannya. Seperti mahasiswa yang memiliki pola pikir yang kritis tentunya menyukai musik yang berbicara mengenai kritis terhadap suatu isu. Inilah alasan beberapa anak muda tidak terlalu menyukai musik yang berbicara mengenai percintaan.

Bagi mereka, soal percintaan itu terlalu membosankan dan jika melihat setiap musisi yang menciptakan sebuah lagu yang berbicara mengenai cinta, sebenarnya isi lirik dari setiap lagu pun sama, hanya cara penyampaiannya berbeda. Oleh karena itu, banyak dari musisi arus samping yang memiliki karyanya berbicara mengenai kritik sosial terhadap suatu isu. Para musisi ini juga memiliki pola pemikiran yang sama dengan mahasiswa terhadap suatu isu sehingga mereka pun seperti ter-triggered dalam melihat isu tersebut.

Kalau melihat ke masa lalu atau lebih tepatnya ke masa orde baru, musisi yang dikenal cukup vokal terhadap isu sosial atau kritik terhadap pemerintah, yakni Iwan Fals. beliau cukup dikenal vokal terhadap penguasa atau pemerintah karena setiap liriknya yang menyinggung pemerintah. Pada zaman orde baru, beliau seringkali berurusan dengan pihak keamanan disebabkan lirik dari lagunya yang menyinggung. Selain itu, beberapa kali konsernya pun dihentikan oleh aparat yang disebabkan lagunya yang berjudul “Oemar Bakri” karena lagu tersebut dapat memancing kerusuhan.

Menurut saya sebagai seorang mahasiswa, salah satu band yang bisa dibilang termasuk sering membahas tentang kritik sosial mengenai suatu isu saat ini adalah .Feast. Band indie rock asal Jakarta ini sering membahas tentang kritik sosial dan mengekspresikan rasa amarah terhadap suatu isu. Band ini punya banyak pendengar dari seluruh daerah di Indonesia karena setiap karyanya atau penulisan liriknya sangat berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat kita, meskipun mayoritas pendengarnya merupakan mahasiswa. Bagi beberapa orang lagunya yang berjudul “Peradaban” pun sangat cocok untuk dikaitkan dengan perjuangan mahasiswa ketika demo.

Selain itu, Feast pun merilis sebuah lagu yang berjudul “Kami Belum Tentu”, tentunya lagu ini tidak jauh beda dengan “Peradaban”. Menurut saya, lagu ini yang paling related dengan perjuangan anak muda ketika melihat situasi sekarang yang belum menentu. Apalagi, lagu ini pernah dinyanyikan di acara aksi kamisan 600 mengingat suara orang tua korban mahasiswa ‘98 yang tidak mendapatkan kepastian dari pemerintah.

Lagu lainnya yang paling saya sukai berjudul “Padang Lumpuh”. Karena menggambarkan realita bangsa ini. Sebagai mahasiswa, saya pun geram melihat tingkah laku dari pemerintah. Dan rasanya bukan hanya saya saja, para mahasiwa dari berbagai macam latar belakang pun merasakan hal yang sama. Terlebih ketika para mahasiswa berkoar-koar, para politisi tersebut hanya bisa bilang “kamu tahu apa” atau “kamu hanyalah seorang mahasiswa yang masih di bawah ketek orang tua”. Bagi mereka, kritik dari mahasiswa atau masyarakat hanyalah hembusan angin saja.

Selain Feast, ada juga band yang membahas isu sosial dan kritik sosial, yakni Tashoora. Band rock asal Jogjakarta yang mengawali karirnya sebagai band instrumental dan band tribute Efek Rumah Kaca. band ini juga menciptakan lagu-lagu yang berisikan mengenai kritik sosial mengenai suatu isu yang terjadi. Menariknya, band ini juga sama seperti aktivis kampus, tidak hanya berbicara lewat lagu namun  juga berbicara melalui media sosial. Bahkan, salah satu personilnya, Gusti Arirang, mengajak para pendengar dari Tashoora untuk bersama-sama melawan kebijakan yang merugikan masyarakat.

Menurut saya, setiap lirik dari lagu Tashoora menggambarkan semangat dan keberanian atas perjuangan. Saya rasa lagu Tashoora pun sangat cocok untuk semangat perjuangan anak muda saat menuntut keadilan. Lagunya yang berjudul “Nista”, berbicara mengenai keberanian melawan pembungkaman terhadap membela kebenaran. Berbicara mengenai pembungkaman, ketika Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI telah mengeluarkan kajian mengenai presiden kita, pembungkaman pun terjadi terhadap para anggota BEM UI dengan cara membobol aplikasi Whatsapp dan Telegram dari salah satu anggotanya.

Memang di era media sosial, kawula muda dan media sosial rasanya tidak bisa terpisahkan. Anak muda ini memang membutuhkan media untuk mencurahkan isi pemikirannya yang kritis dan generasi sebelumnya (baby boomers) terkadang tidak mengerti isi dari pemikiran anak muda. Saya pun turut bersyukur begitu banyak anak muda yang masih concern terhadap isu sosial yang begitu meresahkan masyarakat, bahkan para musisi pun juga sama. Menurut saya, tidak usah takut dalam mengeluarkan suara selama kita berbicara berdasarkan fakta.

Musisi tersebut telah menciptakan sebuah karya yang mampu mengajak para anak muda maupun masyarakat untuk bersuara demi keadilan. Karya tersebut bisa disebut sebagai alat perlawanan terhadap penguasa. Menurut saya, alasan anak muda menyukai musik yang berbicara soal isu sosial karena adanya kesinambungan terhadap pemahaman terhadap isu tersebut. Makanya program di televisi jarang sekali mengundang musisi yang berbicara soal isu sosial kecuali Tonightshow di NET.

Di kampus kita akan dianggap keren jika mengikuti atau menyukai band yang membicarakan soal isu sosial. Karena selera kita pun dianggap berbeda dari kebanyakan orang dan pastinya dianggap mengikuti perkembangan isu tersebut. Oleh karena itu, sebagai seorang mahasiswa pun kita harus memiliki keberanian untuk berpikir kritis dan berani untuk speak-up terhadap segala sesuatu. Sebagai anak muda yang mudah mengikuti perkembangan zaman, kita pun bisa mengekritisi melalui kreativitas yang kita punya, asalkan tidak menyinggung. Karena di dunia ini kita punya yang namanya Freedom of Speech. Hak mendasar yang dimiliki oleh seorang individu. Oleh karena itu, mari kita pergunakanlah Freedom of Speech sebaik-baiknya.