Counterparts secara mengejutkan telah merilis EP teranyarnya yang bertajuk “Heaven Let Them Die”. Membawakan kisah kelam dengan alunan yang jauh lebih kacau dibandingkan dengan karya-karya sebelumnya, EP yang berisikan enam track ini dapat menancapkan pijakannya menuju era baru dari band asal Kanada ini.
Meski tetap melabeli dirinya sebagai kelompok penggerak musik Metalcore, nama Counterparts kerap disandang beriringan dengan aliran musik Melodic Hardcore — dan mungkin yang terbesar di alirannya. Tempo yang cepat dibalut dengan lirik emosional yang membawa kisah pahit serta melodi yang menggelegarkan gendang telinga juga menjadi ciri khas mereka. Namun, EP kedua dari band ini membawakan nuansa yang berbeda dari sisi kekelaman dan kesedihannya.
Secara garis besar, “Heaven Let Them Die” merupakan sekuel dari Album terbarunya yang bertajuk “A Eulogy for Those Still Here”, dimana Album tersebut menceritakan duka dari sang vokalis Brendan Murphy atas ketakutan dalam kehilangan. Di EP ini, Brendan kembali melukis kesedihan setelah semua hal yang ia takuti benar-benar menghilang dalam kanvas yang berisikan enam lagu.
Meski tetap membawakan kisah kelam dan lirik penuh kepahitan, “Heaven Let Them Die” dikemas dengan alunan dan produksi yang jauh lebih destruktif dan agresif. Bila dibandingkan dengan klasik-klasik mereka seperti “Whispers of Your Death”, “The Disconnect”, dan “You’re Not You Anymore”, terdapat perbedaan signifikan dari karya terbarunya yang diproduksi oleh Will Putney, produser ternama sekaligus rekan Brendan di supergroup bernama END.
Mengutip dari sesi wawancara bersama Kerrang!, Brendan Murphy menceritakan bagaimana atmosfer dari penonton mendorong mereka untuk menciptakan karya yang semakin mendorong audiens untuk bergerak. Ia juga menambahkan bahwa pergerakan Counterparts berbanding terbalik dengan band-band keras pada umumnya yang memulai karir dengan karya-karya yang keras kemudian beralih dengan membawa esensi melodik seiring perkembangan karirnya.
“Heaven Let Them Die” bukanlah suatu ajang kelahiran kembalinya Counterparts. Lagu-lagu keras dan agresif akan selalu menjadi bagian dari nuansa mereka. Namun, perilisan ini akan menjadi ajang pemutakhiran mereka sebagai pemusik untuk terus merangkul kesedihan dan mengekspresikan diri melalui pembawaan alunan yang jauh lebih keras seperti yang mereka inginkan.