Setelah merilis album fisik Hypnagogic 2015 lalu, duo electronic Bottlesmoker merilis EP barunya dalam peringatan Netlabel Day 2016. EP yang bertajuk Polarity ini merupakan satu dari sedikit album yang mengisi kekosongan Netlabel Day 2016 selain Parasite Lottery dari Frau (Yes No Wave) serta Tribute to ERK (Ripstore.asia). Bertempat di Jatinangor Town Square (Jatos), gilanada.com berkesempatan untuk mewawancarai grup yang dianggotai oleh Angkuy dan Nobie ini.
Halo! Bisa ceritakan sedikit tentang proses kreatif di balik album Polarity?
Polarity sebenarnya merupakan album paling berbeda sekaligus paling singkat dibandingkan album- album sebelumnya. Namun, secara garis besar kita coba menawarkan hal baru yaitu menggunakan take vocal di lagu ini. Proses pembuatannya juga terbilang beda, apabila di album sebelumnya kita selalu ‘nyicil’ materi sekitar 50 persennya. Nah, karena materi sebelumnya dihabiskan dalam album Hypnagogic akhirnya kita memutuskan untuk melakukan jamming. Sebenarnya, materi instrumen sebenarnya sudah terkumpul sejak lama, yang bikin lama itu materi dari vokal.
Berarti album ini murni merupakan hasil improvisasi dari kalian?
Ya, album ini murni jamming dari kita berdua. Kalau dialbum sebelumnya kita bisa dua tahun buat ngumpulin materi karena kalau kita belum puas ya lagunya dirombak lagi. Sedangkan di album ini selama lagunya belum selesai ya kita selesaikan terlebih dulu.
Di album ini kalian meng-cover lagu ‘Mungkin Aku Tiba Esok Lusa (M.A.T.E.L) dari Kubik, bisa diceritakan sedikit prosesnya?
Lagu ini sebenarnya merupakan lagu yang paling lama proses pembuatannya dibanding lagu lainnya soalnya ini merupakan pertama kali kita mencoba untuk memasukkan vokal di dalam lagu tersebut. Sebenarnya lagu ini juga merupakan eksplorasi kita terhadap pemaknaan pesan kalau ternyata ada beberapa pesan yang tidak tersampaikan apabila kita cuma menggunakan sekadar instrumen. Akhirnya ada beberapa orang yang terlibat, maka jadilah lagu ‘M.A.T.E.L’ ini.
Siapa musisi yang memberikan influence terhadap album Polarity?
Nah, di album ini kita tidak ada referensi secara musikalitas. Di album ini kita lebih memainkan di pesan- pesan yang hendak kita sampaikan, misalnya frekuensi suara yang kita gunakan. Kita memilih frekuensi yang lebih ramah dan enak didengar semua orang. Sebenarnya pihak yang hendak melakukan mastering juga sempat bingung karena tidak tahu karakter musik siapa yang harus digunakan. Pokoknya, setelah Hypnagogic bisa dibilang kita blank dan harus kembali lagi dari awal. Kita ambil apa yang ada di kepala kita dan kita tingkatkan lagi kemampuan kita mengolah rasa lewat suara.
Melihat sampul album Polarity, apakah ada pengaruh internetwave terhadap musikalitas di album ini?
Kalau soal sampul, kita tidak memberikan referensi apapun terhadap si pembuatnya. Malah, untuk sampul album ini Ewing (Pemandangan) membuatnya lewat aplikasi ponsel. Waktu itu Ewing lagi di Semarang dan lupa buat sampul album kita. Padahal, hari itu H-3 sebelum kita rilis. Setelah ditagih, Ewing pun memberikan beberapa pilihan akhirnya kita pilih sampul tersebut karena kita rasa sesuai dengan apa yang hendak kita sampaikan.
Adakah rencana untuk melanjutkan EP ini menjadi full- length album?
Sebenarnya EP ini sendiri merupakan jawaban dari tantangan di album- album sebelumnya. Misalnya, untuk take vocal karena ini pertama kalinya kita mengolah lagu dengan vokalis, maka kita lebih berhati- hati oleh karena itu buat saat ini kita mengeluarkan EP. Bisa dibilang album ini juga merupakan pemanasan ke full album kita yang masih proses dan diproduksi akhir tahun ini.
Belakangan ini Bottlesmoker selalu mem-posting beragam jenis suara ke akun media sosial, apakah hal tersebut masuk juga materi album yang akan datang?
Sebenarnya yang kita posting itu konsep di luar album kita, tapi karakter- karakternya kita masukkan di sana sebagai arsip kita. Jadi awalnya, kita sempat ikut project audio series judulnya Drawing Cities Decoding Chords yaitu menggambarkan keadaan sebuah kota lewat nada- nada yang ada di kota itu. Nah, proses menuju proyek itu maka kita melakukan eksplorasi dengan latihan menggunakan benda- benda yang ada di sekitar kita. Sebenarnya, kita juga beberapa kali tampil di panggung- panggung yang mungkin konsepnya sama dengan kita.
Apakah EP Polarity ini akan dirilis secara fisik?
Nah, EP ini sih tidak akan dibuat fisik tapi untuk full length. EP ini hanya merupakan jawaban dari tantangan agar Bottlesmoker bisa tampil dengan vokalis. Kita sebenarnya enggak terlalu berharap buat dirlis fisik, tapi kalau secara online kita pasti rilis via iTunes atau Spotify. Pokoknya bikin album itu pasti.
Bisa ceritakan pengalaman Bottlesmoker sebagai musisi yang sering bekerja sama dengan netlabel dan bagaimana kesan kalian terhadap peringatan Netlabel Day tahun ini?
Sebenarnya hampir setiap netlabel di kota- kota memiliki semangat yang sama, mereka mengumpulkan berbagai artis di daerahnya masing- masing dan berpatokan pada Yes No Wave (Yogyakarta). Netlabel Day tahun ini sendiri menurut kami atmosfernya lebih menurun dibandingkan tahun 2014 lalu. Bagi musisi, pilihan netlabel (yang mengakomodasi) juga lebih sedikit. Pas kita kontak pihak Netlabel Day yang di Chili itu, hanya empat netlabel yang berkontribusi dari Indonesia yaitu Ripstore, Yes No Wave, Barokah Records, dan Rumah Teman Records. Karena secara materi kita kurang melakukan persiapan, maka kita kontak Ripstore yang sudah kita kenal orang di dalamnya. Tahun ini sendiri, yang kami tahu hanya Tribute ERK, sama Frau saja. Kemarin kita sudah ngobrol sama anak- anak Indenosia Netlabel Festival (INF), pokoknya tahun depan kita harus bikin sesuatu lagi.
Dengan hype-nya musik Internetwave, apakah Bottlesmoker akan mengambil arah ke sana sebagai bahan rujukan?
Mungkin karena faktor usia juga, kita sudah jarang memerhatikan musik- musik yang lagi hype. Soal referensi musik, kita paling pakai yang kita kenal saja dan justru dengan kesibukan kita, kita bisa mengeksplorasi musik kita lebih jauh. Sebenarnya bukan kita bermaksud anti dengan hal yang sedang hype, misalnya waktu itu sedang hype Electronic Dance Music (EDM), kita coba bikin, tapi enggak ada kenikmatannya.
Bicara tentang EDM, bagaimana soal proyek kompilasi EDM bersama Uprising yang dipartisipasi Bottlesmoker beberapa bulan lalu?
Awalnya, kami sangat antusias dengan kompilasi tersebut apalagi dengan niatnya yang ingin mengenalkan berbagai sub- genre EDM, tapi karena ada perbincangan yang enggak nyambung dengan mereka akhirnya Angkuy keluar tapi saya (Nobie) masih aktif. Meski demikian, kita tetap dukung mereka juga soal anti pembajakan, dan lain- lain. Meski berbeda, banyak hal yang bisa diobrolkan dengan mereka, kok.
Rencana ke depan untuk Bottlesmoker sendiri?
Rencana ke depan selain pembuatan album, kita saat ini sedang scoring untuk film layar lebar berjudul ‘Wonderful Life’ yang menceritakan tentang perjalan seorang ibu bersama anaknya. Seru sih, soalnya ini pengalaman pertama kita untuk scoring film. Terus, kita juga masih ‘nabung’ materi untuk album ke depan dan masih banyak agenda untuk cari sponsor, nabung untuk promo tur, dan banyak hal lain ke depannya.