Jakarta (31/08/2019) – band indie-pop Reality Club telah merilis album kedua mereka yang berjudul What Do You Really Know? Album ini menunjukkan sisi lain dari Reality Club yang memiliki vibes berbeda dengan album perdananya. Album yang seluruhnya berbahasa Inggris tentu tidak menghentikan mereka untuk membuat 11 lagu dengan warna baru.

What Do You Really Know? bercerita tentang diri mereka saat ini dan merefleksikan di mana mereka sekarang. Meski berbeda dari album perdananya, Reality Club menambahkan sedikit rasa rock ke dalam album mereka. Pasalnya, mereka ingin menceritakan sebuah kisah kepada pendengar mereka tentang bagaimana mereka tumbuh dan berada di tempat yang berbeda seperti sebelumnya. Karya seni mereka juga menekankan bagaimana mereka telah bergeser sebagai band ke tema yang cukup dark untuk album baru ini.  

Fathia Izzati ketika tampil di SKY AVENUE 2019 silam

Gilanada berkesempatan untuk mewawancarai Reality Club di acara SKY AVENUE 2019 pada penghujung bulan Agustus lalu, bertepatan dengan rilisnya album baru mereka. Kami membahas dari album baru sampai perasaan mereka sebagai musisi indie manggung di luar negeri. Yuk simak pembicaraan kami!

Boleh cerita sedikit tentang album baru kalian? Apa sih pesan yang ingin disampaikan dari album What Do You Really Know?

Fathia: “We based everything from the title, What Do You Really Know itu ada tentang dua hal, yaitu what do you really know about life; apalagi yang album yang pertama (Never Get Better) everything is really positive and we thought we knew a lot of things and now were maturing with age dan ternyata there’s a lot of things we don’t know about and there’s a lot of things we need to learn.”

Fathia: “Kedua, what do you really know about Reality Club; dalam album ini, it’s kinda different and there’s like rock songs and even though there are some mellow songs tapi kalau dilihat dari liriknya itu jauh lebih kompleks dan lebih ngomongin masalah hidup yang enggak diomongin di album pertama. Jadi, yang kedua itu buat our listeners; what they really know about Reality Club, and we needed a title like that biar orang-orang enggak kaget dengerin lagu yang kayak gitu. Pesannya lebih ke life is a journey.”

Nugi: “Intinya pengen membahas apa yang tidak dibahas di lagu pertama, diangkat dari situ seperti state-nya kita lebih tua daripada dua tahun lalu, perjalanan hidup juga berubah. Jadi, berdasarkan apa yang kita alami sekarang, kita tuang di album yang sekarang.”

Faiz: “Iya, because if you want to stay true to ourselves, we wouldn’t stay true if we did the same thing dan album sekarang ini the truest self right now.”

Era: “Tapi album kemarin juga the truest self kita pas saat itu dan itu apa yang kita rasain, kan sekarang udah makin tambah umurnya.”

Sebelum album keluar, kalian udah lebih dulu ngerilis tiga lagu; “Telenovia”, “SSR”, dan “Alexandra”. Kenapa tiga lagu itu yang dirilis duluan?

Era: “Marketing! Haha”

Fathia: “Kita ngeluarin “Telenovia” duluan sebagai bridging karena masih ada the sounds yang unsur dari album Never Get Better tapi the sounds juga yang very dramatic and very complex. Pas posting “Telenovia”, color tone-nya juga masih cokelat-orange dan lama lama jadi gelap pas “SSR”. Selanjutnya kenapa tiba-tiba “Alexandra”, karena kita mau bikin orang-orang bingung dengan lagu-lagu yang enggak ketebak. Kita mau nunjukin kalau di album ini banyak macam warna.”

Kalau ada satu lagu dari album ini yang bisa dijadiin soundtrack sebuah film, kira-kira lagu apa dan untuk film apa?

Nugi: “Semuanya dong! Hehe”

Faiz: “Sebenernya yang kita harapkan itu “2112”. When I wrote the ending, my vision is I want everybody to cry.”

Fathia: “Kalau sekarang mungkin “Telenovia”.“

Faiz: “Buat film apa dulu nih? Kalau sinetron pasti “Telenovia” hahaha. Kalau romance-indie paling “Alexandra”.”

Fathia: “Pengen banget sih di action movie karena cocok banget sama “SSR”.”

Nugi: “Kayak James Bond gitu bisa.”

Fathia: “Tadinya bahkan one of our concept for the album itu berbentuk film/short movie, because we feel every song has its own soul.

Nugi: “Pengen sih dibikin buat film.”

Sekarang kebanyakan orang mendengar lagu dari platform online. Apakah kalian berniat untuk merilis album fisik? Kalau iya, konsepnya seperti apa? Boleh dijelaskan?

Fathia: “We do have physical copies dan kali ini we have special editions, tapi belum di-announce di mana-mana. So we have two editions, satu normal tapi gak normal-normal banget juga, inside (the album) everyone gets a CD and collectible cards, yaitu foto muka salah satu dari kita. Sedangkan special editions, you get all the cards.”

Faiz: “Di album special editions juga, you get more stickers.”

Fathia: “Pouch juga. Kalau untuk merch,  kita belum bisa disclose. Tapi bakalan ada.”

Di album ini kan kalian tidak ada collab dengan penyanyi/musisi lain, apakah ke depannya ada rencana/impian untuk kolaborasi dengan musisi tertentu (lokal/internasional)?

“Alex Turner lah! Hehe, sebenernya pas mau ngerjain album niatnya mau ngajak temen-temen musisi untuk workshop dan collab. Tapi at the end, kita keasikan sendiri dan akhirnya albumnya udah jadi. Mungkin di album ketiga atau kalau kita ngeluarin singles akan collab dengan musisi lain.“

Iqbal, Gitaris Reality Club

Beberapa waktu yang lalu kan kalian baru aja manggung di Malaysia & Singapura. Boleh tolong ceritain enggak gimana kalian bisa sampe di tahap itu (tour ke LN)? Lalu apa bedanya manggung di Indonesia dan manggung di luar negeri?

Faiz: “Sebenernya tahun lalu diundang untuk manggung di acara Rocking the Region in Singapore. Cuma pas banget udah booked & DP sama acara di Malang.”

Nugi:Dengan sangat terpaksa dan agar tetap professional kita menolak yang ajakan acara di Singapura.””

Faiz: “Akhirnya, kami bilang ke pihak Singapura nya untuk keep in touch. Karena kita tahu yang ngurusin itu Baybeats, tahun ini ditawarin lagi untuk manggung dan akhirnya kita iya-in. Kita request ke our manager untuk sekalian aja manggung di Malaysia. Berhubung Malaysian listeners kita di Spotify dari album pertama sudah banyak.”

Cerita lain dari tour kemarin adalah we miss the flight & Fathia kena eye infection.

Fathia: “That was horrible

Faiz: “Oh and one cool thing about “Alexandra”, kita pertama kalinya bawain “Alexandra” secara live. Pas bagian ‘If I was a fool for you’, it was so loud dan gue diem aja and let the crowd sang. Padahal lagunya baru banget keluar. That was really touching.

Respon orang orang luar negri terhadap lagu kalian tuh gimana?

All: “Mereka antusias, danced to our songs. It’s just crazy that our song dinyanyiin sama orang luar (negeri). Sampe-sampe waktu show di Kuala Lumpur (Malaysia) ada yang crowd surf.

Nugi: “Kalau di Singapura memang lebih tertib, sih. Gaada yang crowd surf. Beberapa orang  bahkan ada yang heran dan comment  ‘Hah lagu Reality Club apa yang bisa dibikin crowd surf sih?’ but we do condone moshing and crowd surfing. But stay safe!

Bedanya manggung di Indonesia & luar Indonesia?

Era: “Lo enggak perlu tahu lagunya untuk bisa goyang”

Intinya, kalau main di Indonesia, orangnya lebih banyak. Kalau main di luar, orangnya sedikit tapi lebih ‘rame’.

Sekarang kan sedang marak banget nih isu-isu mulai dari isu sosial sampe isu lingkungan. Kira kira kalian ada niatan untuk bikin lagu mengenai social issues seperti women empowerment? Atau climate change?

All: “Bisa dipastikan kita enggak akan ke arah politik. Untuk saat ini belum kepikiran. Tapi kita mengekspresikan kepedulian kita lewat cara lain, bukan lewat musik.”

Berhubung sebentar lagi kita akan merayakan Hari Radio Nasional tanggal 11 September, seberapa impactful-nya kah peran radio bagi karya kalian?

Faiz: “Yang pasti lagu kita diputerin & beberapa kali pernah talkshow di radio to promote our songs. “I just hoped that it doesn’t die.” Udah jarang orang yang denger radio, sekalinya denger pasti di mobil. Sepengalaman gue kalau di luar negri, enggak ada orang yang denger radio karena they travel using public transportation instead of car. Mau denger musik tinggal buka YouTube, Spotify, etc, jadi semoga masih ada aja sih radio untuk ke depannya coz it’s very precious.”

Fathia: “Pesannya untuk radio, semoga mereka semakin berani lagi – some radios  memang seharusnya hanya memainkan pop songs. Tapi radio yang boleh explore: please play our songs. Don’t be afraid because all the pop songs you hear mostly are in English. Jadi kalo masalahnya lagu Reality Club enggak diputar karena berbahasa Inggris, kurang valid aja alasannya.”

Nugi: “Setidaknya di Indo bisa adaptasi mengikuti perkembangan zaman biar enggak mati karena sayang banget. Warisan yang udah dikasih melalui radio cukup besar pengaruhnya.”

Berhubung kalian baru aja manggung di sebuah pentas seni SMA, kita pengen nanya nih. Ada enggak sih perbedaan manggung di pensi sama festival? (Synchronize, Hodge Podge, dsb)

All: “Kalau di festival yang pasti the scale is bigger. Usually, the sound system, lighting, etc is more proper. Tapi tidak menutup kemungkinan pensi enggak bisa sebaik festival. Vibes-nya pun sama-sama seru.”

Satu kata untuk SKY AVENUE?

Nugi: “Wow!”

Fathia: “Line up-nya keren bisa dapet Phum”

Era: “Veteran”

Perbincangan dengan Reality Club terasa sangat cepat. Suasana yang timbul selama wawancara terasa nyaman dan menyenangkan, layaknya mengobrol dengan teman pada umumnya. Anyway, congratulations for your latest album! What Do You Really Know? sudah bisa diakses melalui platform musik online favorit kamu!

Ditulis oleh Nada Emerenthia dan Hannafatiha Rahmani