Di atas panggung utama 7th Music Gallery itu Ia muncul. Sosok itu ialah Haikal Azizi, sosok yang juga berada dibalik Sigmun dan Bin Idris. Tampil solo dengan mengenakan kemeja dan boots coklat, ia memulai penampilannya dengan menciptakan nada gitar layer demi layer sebagai outro dengan bantuan efek yang terletak di dekat kakinya. Dilanjut dengan delapan lagu yang terdiri dari lagu-lagu album Bin Idris dan membawakan beberapa cover lagu seperti “House of the Rising Sun” dari The Animals, dan lagu yang pernah dibawakan oleh Nirvana di konser MTV Unplugged pada 1994, “Where Did You Sleep Last Night” oleh Leadbelly.

Setelah merilis album debut Sigmun dua tahun lalu, Crimson Eyes, Haikal mengeluarkan projek solo nya bernama Bin Idris. Kedua-nya, antara Crimson Eyes dengan Bin Idris, memiliki karakteristik musik yang berbeda. Apabila Crimson Eyes dipadati dengan distorsi dan riff-riff yang keras, kali ini banyak yang mencap Bin Idris adalah album folk karena gitar akustik dan vokalnya yang tebal. “Kadang, gue ngerasanya kita terlalu mudah untuk menilai suatu musik. Seperti ada band pake gitar akustik langsung dianggapnya folk, padahal folk kan lebih complex dari itu”, tutur Haikal.

Seusai penampilannya di Music Gallery ke-tujuh, Gilanada.com berkesempatan mewawancarai Haikal untuk membahas musik yang sedang ia gawangi, Sigmun dan Bin Idris. Tidak lupa, kami juga sempat membahas inspirasi Haikal dalam membuat musik dari film Pulp Fiction sampai game Harvest Moon.

Genre musik Bin Indris menurut Haikal sendiri?

soal genre terserah media-lah mau anggap genre-nya apa, mau eksperimental atau yang lain. Kalau dari gue sendiri intensinya ga terlalu folk, mungkin gara-gara tadi di panggung gue pake gitar akustik langsung dibilang folk kali ya? Padahal di lagu Rebahan, itu kan pop banget sebenarnya. Walau ada juga yang folk kaya di lagu “Dalam Wangi”. kalau soal genre, gue serahkan kepada pendengar aja sih.

Lagu-lagu Bin Idris seperti “Calm Water menceritakan tentang Pedophilia, sebenernya darimana datangnya inspirasl Haikal dalam membuat lagu-lagu?

Inspirasi… selalu susah menjawab persoalan seputar ini. Datangnya bisa darimana saja, ada yang dari nonton film atau denger lagu musisi lain. Inspirasi datang dari semua yang ada di sekitar gue aja sih.

Kalau musisi yang menginspirasi Haikal?

Bob Dylan. Terus dari delta blues ada Robert Johnson, Son House, Skip James.

Apakah ada projek lain setelah Sigmun dan Bin Idris?

Sebenarnya rencana paling idealnya sih tiap tahun ada rilisan, jadi selang seling antara Sigmun atau Bin Idris. Berarti, selanjutnya itu Sigmun. Sigmun emang rencananya merilis album dan rekamannya mulai pertengahan tahun ini dan mudah-mudahan bisa langsung rilis di akhir tahun ini.

Bagaimana pembagian waktu fokus antara Bin Idris dan Sigmun?

Yaah.. ga gimana-gimana sih, karena si Bin Idris cuman sendiri juga dan sangat fleksibel, jadi sebelum tidur gue juga bisa rekaman! Seperti di album Bin Idris kemarin, gue rekamananya di rumah semua jadi jauh lebih mudah. Gue lebih ngalah aja kalau ada urusan Sigmun, jadi Bin Idrisnya di dahulukan karena proses pembuatannya lebih santai. Sejauh ini jadwal (pembuatannya) belum pernah tabrakan sih.

Apa yang membedakan dari musik Sigmun dengan Bin Idris?

Ini mungkin terlalu bermetafora, tapi kalau di Sigmun lagu-lagunya lebih ‘berkabut’. Orang denger liriknya bakal ngomong “ini ngomong apaan sih?”, emang niatnya buat pendengarnya pusing aja dan tidak dapat kisah yang jelas. Kalau Bin Idris memang kebutuhannya untuk bercerita dan orang-orang bisa dapet kisah yang memang mau gue sampaikan. Memang sengaja, karena di lagu-lagu Sigmund liriknya sangat intuitif. Setelah ada musiknya, baru sikat saja sama liriknya dan langsung jadi, tidak perlu berlama-lama. Di Sigmun, fokusnya lebih ke bagaimana menciptakan ‘tekstur’ dalam menyampaikan kisahnya. Beda dengan Bin Idris, dari awalnya gue sudah merencanakan mau buat lagu seperti apa.

Menurut Haikal, seberapa besar internet mempengaruhi musik?

Sangat besar. Referensi musik gue semua dari internet. Entah itu download illegal atau sekedar nonton dari Youtube. Bin Idris juga mulainya dari Soundcloud dan menurut gua Soundcloud adalah platform yang liberating. Bayangkan saja gue bisa buat lagu di pagi hari dan malamnya semua orang bisa denger lagu gue. Itu adalah hal yang sangat menyenangkan.

Bin Idris; apakah itu sebagai seni, entertainment atau media ekspresi?

Media ekspresi. Tujuan gue buat lagu bukan untuk hiburan sih, kalau sebagai hiburan berarti gue buat lagu agar orang lain lebih menikmati lagu yang gue buat itu, kalau media ekspresi lebih fullfiling buat gue sendiri. Yaaa.. jadi lebih egois sih.

Tapi di Bin Idris sendiri lagu-lagunya sudah mulai mengarah ke pop. Apakah musik-musik Bin Idris merupakan hasil eksplorasi dan evolusi dari Sigmun?

Mungkin ada faktor seperti itu juga. Tetapi, salah satu trigger (pembuatan album) seperti di Soundcloud ada “Mahabharata” atau “Rebahan”, jadi di kepala gue udah ada pemikiran “oh, gue mau buat album yang bertemakan dari ‘Rebahan’ dulu deh”. Nanti selanjutnya ada juga album yang ngambil dari ide lagu “Mahabharata” juga.

Pernah ada keinginan untuk membahas politik di karya-karya selanjutnya?

Gue masih belum cukup pinter buat membahas politik sih jadi takut salah, Gue lebih suka ambil tema perspektif pribadi karena ya ini perspektif gue aja, gamungkin salah. Kalau bahas politik, gue tau apa?

Sebelumnya Haikal bilang kalau inspirasi datang dari buku dan film. Bisa sebutin tidak buku atau film yang dimaksud itu apa saja?

Kalau film… Pulp Fiction deh! terus kalau Anime gue baru baca Berserk, gila itu background-nya sedih banget! Kalau buku gue pilih Musashi yang Eiji Yoshikawa yang tebel banget, itu kayaknya vibe-vibe (lagu) berdurasi panjang ada yang masuk dari situ. Dari game ada Harvest Moon untuk membangun suasana. (tertawa)

Foto: Farhan Ramadhan