Sebelum dingin menutup hari dan hangat yang tersisa padam sepenuhnya, mungkinkah kau ‘tuk kembali setelah semuanya?
NORe adalah sebuah band yang sudah memasuki usia remaja (dalam siklus umur band). Awalnya sebuah project bertiga dengan nama Noise Reduction yang beranggotakan Hafidza Ravi (Vokal), Thian Apique (Gitar), dan Aldi Rizki (Bass), setelah dirilisnya single perdananya yang berjudul “Suck Ending”, dua personil baru bergabung yaitu Rico Raihan (Drum) dan Gerin Trevian (Gitar/Bac. Vokal). Mereka telah merilis sebanyak 3 singles dan 1 EP, sebelum akhirnya berganti nama menjadi NORe sejak 2023. Dengan identitas yang baru, mereka telah merilis sebuah maxi-single berjudul “MIDSUMMER” yang berisikan “Memo” dan “Isolated & Abandoned” pada awal 2024, and their latest single, “January Embers” bersama Sasque Alea dari GUU pada tanggal 28 Juni.
“January Embers” memperkenalkan dirinya sebagai orang yang tertutup. Lagu ini dimulai dengan sangat minimalis, hanya dengan sebuah riff melankolis yang gemanya terpantul oleh dinding-dinding es yang mengelilingi protagonis pertama kita yaitu Sasque Alea yang kemudian berkata,
So long, again…
Lock all the tears away
Setiap kata dilantunkan dengan panjang karena mereka mengandung lelah. She sounds hopeless and defeated oleh sesuatu yang pernah dia lalui sebelumnya, judging from that “again.” Sementara dia bernyanyi dengan melodi yang membuatnya seakan-akan sedang “berbicara” pada seseorang, instrumen-instrumen lainnya terus membangun suasana dunia yang dingin, seperti Eropa di bulan Januari, seperti jiwa yang sedang letih.
Verse pertama diakhiri dengan instrumental break yang menyajikan establishing shots, dimana pendengar dibawa dari kamar Sasque Alea menuju kamar Hafidza Ravi, protagonis kedua kita. Walau dengan melodi yang sama, jika di verse satu kita mendengar “So long, again…” ini dengan kesedihan yang tenang dan lapang dada, Hafidza Ravi mengucapkannya dengan penuh kemasygulan. Anguish. Dia jelas tersakiti, tetapi apakah dia menerimanya? Sepertinya tidak jika kita melihat isi pikirannya,
As I lie in my bed with regrets in my head
It’s in my head
Sasque Alea berbicara kepada Hafidza Ravi dari kejauhan, mengenai bagaimana apinya sudah hampir padam, tetapi dia baru menyadari bahwa semua jalannya bermuara di hati yang ditinggalkannya. Di ujung lain percakapan, Hafidza Ravi menyadari bahwa dirinya hancur dan hanya ada satu kata di kepalanya: penyesalan. But it seems like all hope is lost ketika suara mereka bersatu untuk melepaskan, “and so long, again…”
But, wait! Walau apinya hilang, baranya masih tersisa. There’s still a chance, dan klimaks ini divisualisasikan dengan sangat ciamik oleh permainan gitar, bas, dan drum yang dengan rapi mengikuti perubahan rhythm yang lebih upbeat sekaligus intens. Lagi-lagi instrumental dan aransemen yang ngena berhasil membuat saya membayangkan sebuah adegan dimana memories flashes before the man’s eyes dalam setiap beat transisinya, sehingga dia beranjak dan mulai berlari menuju mantan kekasihnya, yang duduk manis menunggu sambil melantunkan kata-kata yang menggambarkan asanya yang tersisa,
And somehow I know that it’ll all turn out
Wonder why I’m always where you are
Ramainya instrumen di akhir “January Embers” memberikannya nuansa terbuka yang terdengar hopeful. Perpaduan instrumen dan vokal serta penulisan lirik yang seperti dialog berhasil mengubah lagu ini menjadi sebuah film pendek yang menceritakan perjalanan yang saya pikir akan relate dengan banyak orang. Sangat direkomendasikan, apalagi bagi mereka yang suka genre midwest emo dimana melodi gitar dan penulisan yang melankolis sangat ditonjolkan.