Beberapa waktu belakangan, skena musik Hardcore Salatiga tengah menjadi sorotan publik dalam permusikan bawah tanah Indonesia. Mengawal acara yang diselenggarakan oleh pihak yang menggerakkan, terdapat sebuah tragedi yang mungkin mencoreng citra dari skena musik Hardcore.

Rekaman yang meliput kejadian saat band Jupz HC menampilkan karyanya kini telah tersebar begitu luas di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat adanya pengeroyokan yang bermula dari sang vokalis band menyerang salah satu penonton yang sedang melakukan violent dance. Pukulan yang diberi pun memicu reaksi dari penonton-penonton lainnya, dan acara yang diselenggarakan untuk melepaskan energi untuk bersenang-senang telah berubah menjadi ajang pengeroyokan.

Mengusut dari video yang dijadikan acuan (i dunno maybe bakal ada video dari POV lain), kita dapat melihat bagaimana aksi yang dilakukan oleh vokalis memprovokasi penonton untuk mengincar korban dari pengeroyokan. Vokalis — atau bahkan seluruh personil band dari Jupz HC — yang saat itu sedang menjadi pusat perhatian seharusnya memiliki kuasa untuk menghentikan pengeroyokan tersebut. Akan tetapi, musik terus berjalan ketika pengeroyokan tersebut masih berjalan. 

Menanggapi hal tersebut, pihak Jupz HC mengunggah video klarifikasi atas situasi tersebut dan menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui kejadian tersebut karena fokus mereka tertuju kepada alunan musik yang sedang mereka mainkan serta pelaku dari pengeroyokan bukanlah bagian dari tim Jupz HC maupun bagian dari komunitas hardcore Salatiga. Selain klarifikasi, mereka juga menyebutkan identitas pelaku-pelaku dari pengeroyokan tersebut serta domisilinya untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah bagian dari entourage Jupz HC.

Namun, sangat disayangkan karena siapapun yang berada di dalam acara sebenarnya memiliki kuasa untuk menghentikan pengeroyokan tersebut. Pemain musik yang tengah menjadi atensi dari acara dapat menghentikan penampilannya untuk meredakan kerusuhan, meski akhirnya mereka telah menyatakan klarifikasi. Beberapa orang yang meramaikan acara juga tak langsung mengamankan situasi dan sebagian penonton bahkan menyoraki serta menertawakan pengeroyokan seolah mewajarkan hal tersebut. 

Violent dance dan Moshing yang kental dalam budaya Hardcore memang memiliki risiko yang akan melukai siapapun yang melakukannya. Akan tetapi, aksi yang dilakukan oleh siapapun di dalam kejadian ini sama sekali tidak merepresentasikan apa yang telah menjadi budaya dalam musiknya. Bagi saya sebagai penulis yang juga cukup dekat dengan budaya moshing dan skena musik Hardcore, moshing bukanlah tentang menemukan kesenangan dalam melukai orang lain, melainkan kita (mosher or whatever you wanna call it) menemukan kesenangan di dalam kerumunan ketika kita menyadari bahwa kita akan melukai diri sendiri.

Apapun yang terjadi di dalam pit, semuanya memiliki bentuk konsensual yang diketahui oleh seluruh orang di dalamnya. Ketika melihat tragedi ini, adakah bentuk konsensual yang ditemukan ketika terdapat seseorang yang datang hanya untuk menikmati acara, namun pulang membawa lebam dan luka yang dihasilkan dari pengeroyokan?