Warning! Sebelum membaca lebih lanjut, ada baiknya membaca part 1 dulu di media Sibiru.

Dok. Pribadi Dongker (@baladagehel)

Punk Hari Ini!

Bila disimpulkan dari ideologi-ideologinya, punk sejatinya melawan penguasa serta tidak tunduk pada pemerintah dan aturan. Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir semangat musisi punk yang begitu menggelora itu perlahan-lahan mulai kehilangan arah, tergoyahkan oleh berbagai macam ‘godaan’ yang berusaha menutup rapat mulutnya untuk bersuara. Bahkan, mereka yang dulunya begitu menyampahi omong kosong politik, kini justru seperti menunjukkan pesonanya sebagai bestie dari politik itu sendiri.

Belum lama ini dunia punk tanah air diguncang isu politik. Salah satu personil band Dongker yang beraliran punk, Delpi, mencalonkan diri sebagai anggota legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur, pada Pemilihan Umum 2024 mendatang. Terlebih, setelah ditelusuri lebih jauh, Delpi ternyata menjabat sebagai ketua partai di Kota Blitar. Pencalonan ini tentu saja mencederai hati seluruh penggemar Dongker dan pastinya musik punk di Tanah Air. Bahkan, showcase perilisan single baru Dongker bertajuk “Tuhan di Reruntuhan Kota” yang seharusnya digelar 5 Maret 2023 dibatalkan.

Delpi, Dok. Pribadi Dongker (@baladagehel)

Pergerakan Delpi untuk nyebur ke dalam ajang pesta demokrasi lima tahunan tersebut sangat senyap–mungkin Delpi mengimplementasikan ideologi bergerak di bawah tanah. Keputusan yang dibuat Delpi–entah itu sudah final atau masih mikir dua kali–telah melawan apa yang sudah dipegang teguh oleh penganut punk itu sendiri. Ibarat pepatah lama “menelan ludah sendiri”, sikap kritis dan kebebasan yang sudah lama diwariskan secara turun-temurun, bahkan menolak keras bantuan pihak lain (utamanya mengandung unsur politis), nyatanya justru diterima dengan penuh sukacita oleh pihak terkait. Cih, sungguh miris!

Akan tetapi jauh sebelum Delpi “Dongker,” mungkin kita pernah mendengar pengangkatan Abdi Negara Nurdin a.k.a. Abdee “Slank” sebagai Komisaris Independen PT. Telkom Indonesia (Telkom) Tbk, pada Mei 2021 silam. Pengangkatan Abdee menjadi bagian dari keluarga anak usaha BUMN itu jelas menimbulkan kontroversi, sebab Menteri BUMN – Erick Thohir maupun pihak Telkom sekalipun tak membeberkan alasan mengapa Abdee dipilih.

Apakah Punk Telah Mati?

Nyatanya, Sumbu api ‘punk sebagai perlawanan’ masih menyala. Coba lihatlah ke sekitar, bahan bakar kemarahan tak kunjung habis. Selagi penindasan dan ketidakadilan masih ada di muka bumi, mereka akan terus “bertaruh kepada api” dan menjaganya agar tidak padam. Semangat tersebutlah yang menjadikan punk masih ada sampai hari ini.

Selain itu, bilamana ketidakbebasan juga mengikuti penindasan dan ketidakadilan untuk menciptakan sistem, maka punk akan terus hadir melawan. Gairah perlawanan yang dinamakan membebaskan kebebasan akan terus digaungkan oleh para penganut punk. Sekali lagi, “api perlawanan punk masih ada dan akan terus menyala!” karena seorang punk menolak untuk menjadi individu yang dijerat rantai bernama sistem. Seorang punk bergerak mewakili dirinya sendiri secara bebas.

Artikel ini adalah hasil kolaborasi Media Sibiru dan Gilanada.
Penulis: Rizki Ardirachman Fadillah (Gilanada) & David Kristian (Media Sibiru)