Album yang sempat terhambat ini, akhirnya rampung dan dirilis pada tanggal 30 Agustus 2024. Dengan rasa yang lebih baru, tetap dengan lirik yang berfokus tentang sosio-politik dan juga cerita pribadi dari para anggota band rock yang sudah berkarir selama 10 tahun ini. .Feast yang baru, itulah yang vokalis band rock ini, Baskara Putra bisa simpulkan tentang album baru kali ini. 15 lagu dengan rasa-rasa yang berbeda memang membuat album ini menjadi refresher tapi tetap dengan cita-rasa .Feast yang tetap bisa dikenal. Dari 15 lagu ini, gue akan mengulas beberapa lagu dari album Membangun & Menghancurkan, karya .Feast.
Lagu pertama gak afdol kalau nggak ngomongin opening song dari album ini. Apalagi kalau bukan, “Membangun”. Lagu ini rasanya cukup gelap dan supranatural, tanpa banyak ‘bumbu’ dengan repetisi yang bikin merinding saat blind react. Vibes intro hampir mirip dengan L.O.V.E dari Kendrick Lamar untuk sepersekian detik (maaf ya, penulisnya agak sliwer dikit)
Aku benci keramaian, tapi aku takut sepi
Aku benci kehidupan, tapi aku takut mati
Aku anti kerusakan, tapi ku senang bercermin
Aku anti kemapanan, tapi aku takut miskin”
Track 1: Membangun
Lirik singkat, padat, relatable ini terngiang, menghantui dengan tepat, apalagi untuk para pendengar yang sukanya merenung (sambil moshing tipis), dikasih lirik yang hits too close to home, ini lagu bisa dijadikan bahan untung bengong—lebih ke meratapi hidup sih ya. Lagu ini dilanjuti dengan birama 4/4 yang halus, ‘tak banyak bumbu sampai akhir. Tapi chorus datang dengan perubahan yang signifikan, perubahan birama (menjadi ¾) rhythm yang overall lebih keras, dengan distorsi di bagian chorus, it gives a much more satisfaction, karena memang rasanya jadi lebih ‘melegakan’.
Kutulis kitabku kar’na aku mengulang diri sendiri
Kutulis c’ritaku dan kupastikan kali ini aku
Pengarang dari derita diriku sendiri
Track 1 : Membangun
Lagu ini rasanya ditulis untuk mereka yang baru bangkit dari kubur. Membuat buku baru untuk kehidupan mereka, menulis segalanya sendiri, tanpa rasa takut akan mati—akan hidup yang mungkin, masih abu-abu di depannya.
Lanjut ke lagu selanjutnya, “5” (yak, beneran angka judulnya) yang sengaja gue ulas karena lucky number gue emang 5, hehe. Tapi apakah lagunya ‘lucky’? Tentu tidak, karena lagu ini malahan ngomongin tentang the unlucky 5 years yang bakal terjadi di negeri ini (sorry not sorry, but things will happen). Lagu rock yang kental ini cocok untuk head bang sambil meratapi kondisi kehidupan orang Indonesia karena orang-orang pemerintah yang [redacted] sampe-sampe mention lobotomy….ya kalian bayangin aja ya ges ya (tapi sambil dengerin lagunya yak). (tersenyum seperti logo K*mon)
Lima tahun ke depan ku berharap
Ku belum terlanjur minta lobotomi
Dipaksa bangga dan menyayangi negeri
Dikutuk membiayai rumah menteri
Track 11 : 5
Lagu ini terlalu berbahaya gak sih? Memang, tapi mengingat .Feast merupakan band yang rasanya berani mati, gue udah nggak kaget dengan lagu ini. Tapi entah kenapa, this song is too good to be true, in this chaotic political scene happening in Indonesia, .Feast could offer something so raw, yet so honest that it pains us. Liriknya nggak dibuat puitis, just pure of straighforward facts and bars in the song. Ini lagu pokoknya *chef’s kiss banget buat yang butuh lagu-lagu yang ‘nyentil’ kondisi saat ini.
Nah, yang terakhir, gak afdol kalau enggak mention lagu yang rasa cintanya berlapis-lapis kayak T*ngo alias, “Nina”. Dengerin lagu ini awalnya kaget, “Kok bisa yak, .Feast bikin lagu sesejuk ini? Kemasukan Sal Priadi kah?” Eh ternyata enggak, memang lagu ini dipersembahkan untuk Nina, anak dari Adnan Satyanugraha, gitaris band ini. Walaupun terlihat seperti lagu untuk anak dari POV orang tua, lagu ini juga bisa untuk mereka yang memang dekat dengan kita, orang-orang yang kita cintai, yang pastinya selalu kita doakan untuk menjadi terbaik, lebih baik daripada kita sendiri.
Tumbuh lebih baik, cari panggilanmu
Jadi lebih baik dibanding diriku
Tuk sementara, kita tertawakan berbagai
hal yang lucu dan lara, selepas-lepasnya
Track 8 : Nina
Lagu ini rasanya seperti doa. Sederhana, dalam, tapi dapat diucap setiap kali. Dengan konsep melodi dan komposisi yang lebih sederhana, buat lagu ini jadi khusyuk rasanya. “Nina” jadi lagu yang cukup diberikan kalau kita lagi gengsi ke temen untuk sekedar bilang sayang, maybe, “Nina” is the new way of saying “I love you” to our loved ones, in a way. Jadi, tinggal share lagu ini aja ke mereka yang dicintai, pasti bakalan mengerti juga. Gak bisa review lagu ini kebanyakan, karena nanti gue jadi mewek sendiri yagesyak, kan gak lucu. Intinya, album “Membangun & Menghancurkan” ini punya rasa dan arsik (aransemen asik) yang menggugah selera para pendengarnya. Album ini membawa gue naik rollercoaster, bedanya 80% kayak ngawang sangkin gacor-nya, 20% diisi sama “Nina” yang rasanya bikin napak tanah. This albumis surely an experience dan gue gak sabar buat ngeliat .Feast menampilkan beberapa lagu dari album ini.