Jatinangor menjadi saksi kedua dari keseruan acara perayaan seni yang diselenggarakan oleh DCDC dengan tajuk DCDC: IYES IN ABSURDUM. Sebelumnya, Yogyakarta–dengan tajuk DCDC: YOGYES IN ABSURDUM–menjadi saksi pertama gelaran yang memadukan seni musik dan seni rupa. Gelaran ini melibatkan 18 seniman serta 10 musisi, bertempat di IKOPIN, Jatinangor.
Perayaan seni yang diselenggarakan selama 17-19 Maret 2023 ini merupakan hasil kolaborasi ide dari dua seniman berbeda, yaitu Pidi Baiq dan Farid Stevy. Terwujudnya ide ini menguatkan poros penggiat dunia kreatif antara Bandung – Yogyakarta. 18 seniman yang memamerkan karyanya ialah: Pidi Baiq, Farid Stevy, Tisna Sanjaya, Nasirun, Lara Marino, Satria Nurbambang, Sir Dandy, Arian13, Erwin Koboy, Etza Meisyara, Alga Indria, Ahmad Oka, Ajeng Pratiwi, Hendra ‘Blangkon’ Priyadhani, Soni Irawan, Riono Tanggul Nusantara, Tegar Aji Wibowo, Antino Restu Aji.
Di hari pertama, acara dibuka dengan live performance music & art dari seniman kontemporer senior asal Bandung, Tisna Sanjaya, yang berkolaborasi dengan sang putri tercintanya Etza Meisyara. Sungguh prosesi yang sangat khidmat melihat Kang Tisna mencurahkan ide-ide liar dalam pikirannya ke dalam kanvas diiringi alunan-alunan misterius dari sang anak. Kolaborasi tersebut berhasil membuat merinding para penonton yang hadir.







Masih di hari pertama, pada malam harinya Sarah N Soul berhasil merubah mood pengunjung–setelah hujan membuat turun mood. Sarah N Soul mengajak penonton ber-sing a long. Penampilan dilanjut oleh Sangkakala, band beraliran metal asal Yogyakarta. Stage performance Sangkakala menyihir para penonton melalui pesta kembang apinya. Mereka sukses membuat penonton headbang bersama. Hari pertama ditutup oleh Iksan Skuter, yang dengan syahdu menciptakan nuansa rindu, galau, dan bingung akan kehidupan yang dijalani.
Di hari kedua, acara dibuka dengan sesi creative sharing dari Pidi Baiq dan Farid Stevy. Creative sharing ini merupakan sesi berbagi cerita bagaimana proses Pidi Baiq dan Farid Stevy dalam berkarya. Acara dilanjut dengan music performance dari band IKOPIN, SS 12 Juli X EASTERNSVM. Disusul band absurd latin namun lokal bernama El karmoya. Penonton diajak berdansa ala tarian Spanyol sambil bersenandung ria kala El Karmoya tampil.







Acara hari kedua ditutup secara buas oleh Teenage Death Star. Bagaimana tidak buas, baru lagu pertama gitar Alvin Yunanta sudah melayang ke barisan depan penonton. Band yang hampir mitos–namun prasastinya berupa baju dipakai dimana-mana–ini mujur menciptakan circle pit, kaki di kepala, serta siku meninju muka di penghujung malam hari kedua. Walau dengan skill yang terbatas, Teenage Death Star sukses menutup hari kedua dan membuat penonton menjadi manusia liar. Sesuai dengan motto band ini “Fuck Skill, Skill Is Dead, Lets Rock!”









Di hari ketiga, KMF Unpad membuka acara dengan memukau. Disusul dengan FSTVLST yang mampu “membangkitkan jiwa orang-orang serupa di kerumunan untuk terbang menantang rasi bintang bersama-sama”. Band dengan embrio Jenny ini membawa pesan penting bagi penikmat musik. Pesan yang disampaikan di sela-sela perform tersebut membuat takjub, isi dari pesan tersebut intinya mengenai “gigs bisa dinikmati oleh siapa saja, tak terkecuali perempuan sekalipun”. Dikomandoi oleh sang vokalis, Farid Stevy, menyuruh para lelaki membuka jalan untuk perempuan agar bisa menuju front row demi bisa merasakan juga crowd surf dan ber-sing a long secara bebas tanpa rasa takut akan adanya tindak kejahatan.








The Panasdalam menjadi penampil terakhir sebagai penutup dari rangkaian DCDC: IYES IN ABSURDUM. Band penuh humor ini menjadi penutup yang sukses. Walau humor, di tengah-tengah setlist Ayah Pidi naik ke atas panggung dengan mengajak kawannya, Lara Marino, untuk menyanyikan lagu “Dan Bandung”. Prosesi yang sangat sakral bagi para penonton yang sangat mencintai Bandung, terlebih mereka yang memang lahir di sana. The Panasdalam kembali membuat nuansa syahdu saat “Sudah Jangan ke Jatinangor” dibawakan. Para penonton dibuat patah hati, entah itu karena gagal dalam urusan cinta ataupun pendidikan.
Perayaan seni yang sungguh emosional. Nuansa hangat, haru, senang, dan damai hadir selama gelaran DCDC: BDG IYES IN ABSURDUM berlangsung. Hormat setinggi-tingginya kepada para panitia dari DCDC, telah menghadirkan perayaan seni yang intim antara pelaku dan penikmat seni musik dan seni rupa.
Foto: Rizki AF & Syahrul