Shewn, band beraliran post-hardcore/alternative rock yang namanya tidak asing lagi di telinga pemuda Kota Malang. Pada tahun 2015 nama mereka cukup dikenal dengan rilisan album mereka yang bertajuk At Home, Drowning. Setelah perilisan tersebut, di tahun 2017 terdengar kabar bahwa Shewn akan meluncurkan EP terbaru namun karena kesibukan dari masing-masing personel menyebabkan mereka memasuki masa hiatus. Secara mengejutkan, pada tahun 2020 Shewn kembali hadir dengan EP terbaru yang berjudul Moar, materi lama yang akhirnya muncul. Perilisan EP ini ditenggarai karena mereka tampil di acara Emo Night Malang di mana momen ini akhirnya menjadi reuni antar personel.

Dalam rilisan persnya disampaikan bahwa Moar sendiri merupakan sinonim dari kata more yang memiliki arti permintaan yang yang tak pernah terpuaskan, yang dimaksud dalam permintaan tersebut adalah waktu. Dirilis pada awal maret 2020, band yang digaungi oleh Eki Darmawan pada vokal, Rizky Endar dan Raveizal pada gitar, Afif Amirullah pada bass, serta Raditya Rio pada drum meluncurkan EP yang berisikan tiga buah trek.

“Climatesnomor pertama dari Shewn ini berisi wejangan terhadap seseorang yang sedang berada di titik terendah dalam hidupnya. Masalah akan segara berlalu dan berubah seiring dengan kita melupakan masa kelam. Layaknya cuaca atau iklim yang senantiasa berubah setiap saat. Lagu ini langsung mengingatkan saya kepada lagu-lagu emo tahun 2000-an. Dengan petikan gitar yang sederhana dan gampang diingat nadanya oleh pikiran kita, menjadi lagu pembuka yang cukup mengesankan.

Selanjutnya adalah “Detached”. Dengan tempo yang lebih lambat serta aransemen lagu yang sederhana namun lugas. Secara isi saya pun masih menerka-nerka apa yang ingin siampaikan oleh Shewn. Meskipun sulit ditelaah secara harfiah, garis besarnya lagu ini bercerita tentang trauma mendalam sehingga seseorang pada lagu tersebut pergi begitu saja meninggalkan realita. Pada akhirnya, Shewn hanya menyuruh kita untuk  menikmati lagu ini dikala sedang marah atau kesal.

Masuk ke nomor ketiga “Alongside Me”, pendengar seperti tidak dikasih jeda dari nomor sebelumnya. Irama hit-hat yang cepat langsung mengawali lagu ini. “Alongside Me” langsung mengingatkan saya dengan lagu-lagu Shewn di album sebelumnya. Lagu ini sendiri bercerita tentang waktu yang terus berjalan dan orang-orang di sekitar kita pun juga akan berganti. Tercermin dari lirik pembukanya, “I wonder how the time could move so fast. When everything just go away”. Menjadi penutup yang tegas dengan gaya vokal screamo membuat para pendengarnya pun dapat larut dalam suasana lagu ini, serta menjadi lagu favorit saya pada EP ini.

Untuk artwork pada EP ini khusus dibuat oleh Rizky Endar, gambar utamanya adalah cawan lebar yang berisikan barang-barang untuk menafsirkan konsep ini. Ada sebuah jam di atas sebuah cawan untuk menunjukan rentang waktu yang kita miliki dalam hidup. Kemudian bunga sebagai gambaran orang-orang telah menghabiskan waktu bersama. Tumpukan buku yang berisikan cerita-cerita yang telah dilalui serta didominasi oleh warna merah yang merefleksikan keberanian dan amarah. Melalui Moar ini, Shewn ingin kembali membuktikan eksistensinya setelah kurang lebih hiatus selama tiga tahun. Terdapat kemarahan serta kekecewaan yang terdengar pada setiap lagunya. Menurut saya EP ini juga menjadi batu loncatan pendewasaan Shewn setelah masa-masa sulitnya telah berlalu. Bagi kalian yang rindu dengan nuansa-nuansa lagu emo, rasanya menjadi wajib untuk mendengarkan EP ini. Moar sudah bisa didengarkan digital streaming kesayangan anda!