Nekat adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan Rotér dalam merilis album perdananya. Memperkenalkan diri sebagai salah satu band yang terpengaruh aliran heavy/psych, Rotér mantap untuk merilis album debutan bertajuk Mötcúlt.

Terbangun dari kata monumental cult yang berarti kultus monumental, sejujurnya membuat saya sukar memahami karya ini pada saat pertama kali mendengarnya. Akan tetapi, segala rasa keraguan itu seketika terbantahkan oleh tujuh lagu yang disuguh.

Menceritakan tentang sebuah siklus, poros dibuka megah dengan Namaste O. Alunan irama psikedelik yang secara bertahap dipercepat, seakan mengajak kita berjalan mengeksplorasi  dimensi baru yang sakral.

Fantasi kemudian berlarut eksplisit ketika Solicїde dan M i s t ǝ k e meramaikan baris kedua dan ketiga. Pada dua trek ini identitas dari Rotér semakin terasa. Ragam pergantian tempo, notasi, lirik-lirik cadas yang dipertebal oleh suara dari Ade Bagus Satriani sedikit mengingatkan saya kepada band seperti Black Sabbath, The Doors, hingga The Sigit.

Membara di dua nomor sebelumnya tak membuat band asal Kota Semarang ini terlena. Hadirnya Echoes 666 menjadi bukti akan kapasitas mereka dalam menjaga taji. Dengan hanya mengandalkan gema bunyi-bunyian repetitif, karya ini lihai untuk meredam segala tensi.

Setelah instrumen minim durasi, band ini kembali melakukan agresi melalui Bidd Elohim. Menyajikan gemuruh penuh emosi dipadu vokal Tendi Svakapvsara di ujung lagu,  memicu sihir baru tak biasa. Tabuhan perkusi yang dipadu corak melodi yang bermacam, seolah mencoba bercerita akan sesuatu peristiwa krusial.

Jelang akhir dari album debutnya, Rotér kembali membawakan instrumental singkat bertitel Death Fuzz. Trek ini penuh dengan gaung bak sebuah peringatan akan sebuah konklusi kelam.

Sebagai persembahan terakhir, Dead SUN dihadirkan gagah dalam tiga fase berbeda. Cerita dimulai antik dengan orkestra klasik sebelum bertransisi kolosal dalam raungan irama supranatural. Kedua fase ini laksana rekapan dari sebuah daur yang akan segera bertemu akhir. Benar saja, ketika memasuki pertengahan kebisingan itu seketika terdiam dan berubah ke dalam tempo perkusi yang tak lagi cekatan. Penambahan suara gamelan oleh Pasak Sudro Ensemble saat fase penghujung dirasa tepat untuk melengkapi sebuah interpretasi akan kehancuran.

Secara menyeluruh karya perdana ini adalah terbitan yang terbilang nekat. Kata ini spesifik saya tujukan karena saya merasa masih ada beberapa bagian dari setiap trek yang masih bisa dipoles lebih matang lagi. Kritik utama saya ada pada ketidakjelasan artikulasi yang sedikit menyulitkan dalam memaknai arti. Di luar dari segala kekurangan itu, Mötcúlt adalah sebuah awal yang baik bagi Rotér sebagai sebuah unit heavy/psych bertalenta. Saya sangat menantikan langkah selanjutnya dari band asal kota Atlas ini.

Bagi anda yang ingin mendengarkan secara langsung, Mötcúlt kini telah tersedia di berbagai platform digital streaming kesayangan anda.