Postingan foto, logo, ataupun poster dengan puluhan bahkan ratusan nama musisi, mungkin sudah jadi cara yang lumrah bagi festival untuk mengenalkan para penampil yang akan memeriahkan acara mereka. Tentu pengenalan line-up ini adalah hal yang krusial, terutama karena para guest star ini yang nantinya akan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan acara.
Pada akhir bulan Juli lalu, terjadi perang announcement line-up menarik antara dua festival musik besar di Tanah Air, Pestapora dan Synchronize Festival. Kedua festival tersebut kompak melakukan pengumuman dengan menggunakan media video yang terkonsep di satu waktu yang berdekatan. Pestapora mengumumkan line-up penampilnya terlebih dahulu pada tanggal 24 Juli, yang kemudian disusul oleh Synchronize Festival pada 25 Juli. Sebenarnya hal ini bukan sesuatu yang baru lagi bagi Synchronize Festival, karena pada setahun sebelumnya mereka sudah menyajikan line-up menggunakan media video juga.
Pada pengumuman line-up tahun ini, Pestapora menggandeng aktor papan atas Nicholas Saputra, yang duduk membacakan nama 187 penampil yang akan datang. Video ini dibalut khas dengan konsep ke-absurd-an bertema buah-buahan Pestapora 2023, dibuka dengan Nicholas Saputra mengangkat telepon pisang dan ditutup dengan Mas Adam Suseno bersantai di atas ban angin berbentuk semangka.
Sementara Synchronize Festival menyajikan video stop motion garapan Moses Sihombing yang menggunakan kurang lebih 32 teknik stop motion dengan hampir 20.000 frame gambar. Video ini menampilkan berbagai macam latar belakang, mulai dari Toko demajors kebanggaan mereka, hingga lanskap kota Jakarta. Memadukan banyak elemen grafis dengan berbagai objek realita.
Secara keterbacaan dan kejelasan penyampaian informasi, tentunya menurut saya video Pestapora unggul dibanding dengan video Synchronize Festival. Pestapora memuat informasi secara lebih simpel dan langsung dibacakan, ya walaupun Nicsap ada salah-salah pengucapan juga ketika membacakan nama-nama seperti Prontaxan, Milledenials, Leipzig, Juicy Luicy dan lain-lain. Visual video yang clean dan suara Nicsap yang enak didengar (hehe), membuat rasanya kita nyaman bak sedang didongengi.
Berbeda dengan video Synchronize Festival yang mungkin lebih memerlukan waktu untuk dicerna karena banyak memasukan elemen pendukung, sama seperti yang mereka lakukan di tahun sebelumnya. Tetapi hal inilah yang justru memperkaya sisi artistik dan menambah keseruan dalam menonton. Memunculkan decak “waah” saat nama atau foto penampil muncul dengan cara yang berbeda-beda dan tidak monoton. Terlebih membayangkan membuat stop motion yang berdurasi kurang lebih 13 menit dengan puluhan ribu frame saja sudah membuat saya amat takjub dengan teknisnya.
Dengan segala konsep yang dibawakannya, pada akhirnya kedua video pengumuman line-up ini bukan lagi hanya deretan nama musisi yang menarik penonton, namun juga menjadi karya seni tersendiri yang dikeluarkan oleh penyelenggara festival. Melalui video ini kedua festival juga dapat memperkuat branding yang mereka bangun dan ingin tampilkan.
Misalnya Synchronize Festival nunjukin festival mereka yang “musik banget” dengan menampilkan toko musik, alat musik, merchandise. Mereka juga menampilkan sisi kota Jakarta dan Gambir Expo sebagai lokasi mereka berkembang. Sementara Pestapora tetap konsisten menampilkan branding gimik absurd buah-buahan, videonya juga lebih terkesan komedi, dan juga tentunya menunjukkan “akal-akalan” Kiki Aulia Ucup.
Kedua video ini memberikan pengalaman baru dalam penyajian line-up, menambah kemeriahan festival yang ditawarkan. Kalian bisa menonton video line-up announcement Pestapora 2023 di sini, Synchronize Festival 2023 di sini, serta Synchronize Festival 2022 di sini. Semoga semakin banyak eksplorasi cara penyajian line-up yang dapat menghasilkan karya-karya baru. Siapa tau di tahun-tahun kedepannya hal ini dapat menjadi tren baru yang menyenangkan.