Duduk di tepi pantai sembari menikmati hangatnya sunset, kira-kira begitulah suasana yang coba dibangun oleh Beranda Rumah dalam kolaborasinya dengan Mr. and Mrs. Muffins yang bertajuk “Forkman In The Soup World”. Dalam mewujudkan hal itu, segala unsur yang menyusun single ini disajikan begitu hidup dan saling melengkapi. ‘Sup racikan’, demikian analogi yang mereka katakan. Setiap instrumen yang dibunyikan, lirik dan pelafalan, hingga artwork, melebur menjadi kesatuan karya utuh, yang kupercaya dapat dengan mudah dipahami siapa saja (atau setidaknya penikmat musik).
Kedua unit musik yang hadir dalam single ini cukup asing di telingaku yang memang jauh dengan ranah musik folk pop. Single ini menjadi fase berkenalanku dengan Beranda Rumah sekaligus Mr. and Mrs. Muffins, alias untuk pertama kalinya mendengarkan karya mereka.
Beranda Rumah, kuartet asal Rangkasbitung ini beranggotakan Rendy (Vokal dan Gitar), Mahfud (Suling), Fajrin (Gitar), dan Alfan (Cajon dan Perkusi). Mereka terbentuk pada tahun 2016, tiga tahun setelahnya mereka meluncurkan single perdana yang bertajuk “Jual Mahal”.
Semenjak mulai menghasilkan karya, unit folk pop ini sangat khas membunyikan alunan suling yang hingga kini masih dipertahankan. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan karya-karya sebelumnya yang lebih akustik atau “Sirna Rana” (single yang juga diluncurkan pada tahun ini) yang lebih rock, karya terbaru mereka terasa mendapatkan pembaruan dengan reverb yang sedikit menonjol hingga menyentuh nuansa yang lebih dreamy.
Melihat dua karya terakhir yang perbedaan nuansanya cukup signifikan, unit folk pop ini akhirnya cukup berani untuk mengeksplor nuansa bunyi yang baru, setelah EP Sabarima diluncurkan pada tahun 2020 silam. Meski begitu, telingaku masih dapat mendengar ciri khas yang sama dan memang seharusnya perlu dipertahankan, hingga kedepannya.
“Forkman In The Soup World” menjadi karya pertama mereka yang menyampaikan pesannya melalui lirik berbahasa Inggris. Favian Hiroshi Yokachda, atau akrab disapa Fiyo adalah orang di balik lirik single ini. Seorang ilustrator asal Lombok ini telah memberikan liriknya kepada Beranda Rumah beberapa tahun lalu.
So please don’t feel bad
If I’m gone, darling
Crack a smile and beat me
When a starlight look so pretty
It’s because the sunset
Lost it shiny
Suara Rendy dan Noah terdengar mendapatkan reverb, diiringi dengan suara latar dari Fajrin, Rijal, dan Alfan yang menambah nuansa dreamy, membuat bagian chorus single ini terasa pas dalam menyampaikan pesan utama dari keseluruhan rangkaian liriknya. Hingga akhir, single yang berdurasi 3 menit 50 detik ini terdengar konstan. Dengan pengulangan verse dan chorus dua kali, perubahannya hanya terdapat pada vokal yang lebih tinggi pada verse dan chorus kedua.
Selama memutar single ini — sempat disinggung di awal — mereka berhasil membawaku masuk ke dalam skenario lirik dan membuatku berimajinasi akan suasana sunset yang coba mereka sajikan. Pada kasus ini, kurasa hal tersebut diperkuat oleh artwork karya Alvian Cahya Baskara yang dengan jelas menggambarkan skenario itu.Sebagai penutup, kolaborasi ini berhasil menghasilkan single yang pas. Unit folk pop asal Rangkasbitung ini tidak salah pilih mengajak unit jazzy pop asal Seattle untuk berkolaborasi. Melalui kolaborasi ini pula, Beranda Rumah dapat membawakan pembaruan karya yang lebih berani dalam segi eksplorasi, tetapi tetap mempertahankan ciri khas mereka. Karya ini menjadi temuan yang baru kutemui. Kuharap Beranda Rumah dan Mr. and Mrs. Muffins akan selalu menghadirkan pembaruan yang segar, tanpa membuang ciri khas suara yang dimiliki.