Satu ruang kamar bisa jadi letak tersempit yang memungkin seseorang untuk menulis tentang musik. Di negara kesatuan berlambang garuda ini rasanya musik jadi hal yang cukup rumit dan pelik. Beribu anggapan tentang lantunan musisi atau sekelompok musisi dapat didefinisikan dengan bermacam aliran. Dari sanalah munculnya beragam anggapan.
Saat ini, yang paling mudah disoroti oleh mata kita sendiri adalah skena musik indie, entah apa itu musik indie. Katanya indie itu diambil dari kata bahasa asing, yaitu independent. Aslina éta téh? Masa sih? Silakan cari sendiri arti kata independent, saya sarankan dari sumber yang kredibel seperti kamus resmi dan lain-lainnya. Masalah tentang siapa dan bagaimana musisi indie ini sebenarnya sudah berlarut-larut cukup lama. Dari beberapa artikel dan pembicaraan soal musik yang dengan niatnya saya pantau entah mengapa, sejak hampir 13 bulan lalu terutama di masyarakat Kota Kembang dan sekitarnya rupanya telah muncul berbagai pertanyaan yang belum terjawab pasti, sejak 2005 lalu. Bahkan perdebatan musik inidie seringkali telah melencengkan arti dari aliran musik indie-pop.
Namun, sebenarnya ada satu alasan pasti mengapa saya mulai menoleh ke ranah musik indie. Rasanya telinga dan mata saya gatal dengan selalu dihampiri bermacam kritik dan opini tentang skena musik satu ini. Selain itu, ada beberapa hal kecil lainnya yang menggelitik saya ketika membaca beberapa artikel di mana masing-masing penulisnya saling mengeritik satu pergelaran musik yang sama, hanya karena terpaut salah satu aliran tertentu beberapa waktu lalu di salah satu website lokal di kampus saya. Lalu, lambat-laun kedua artikel ini saya anggap sebagai informasi yang cukup konyol.
Sekedar selingan saja, di luar negeri beribu pulau yang senang mengelompokan musik ini. Kata ‘indie’ telah bertransisi artinya menjadi sebuah kata yang digunakan di kalangan urban di beberapa negera eropa dan amerika. “(n) an obscure form of rock which you only learn about from someone slightly more hip than yourself. Modest Mouse, Built to Spill, Rilo Kiley, etc.” diambil dari Urban Dictionary. Apakah definisi tersebut saling terkait dengan arti ‘indie’ pada skena musik indie? Saya sendiri masih berharap dan berusaha untuk tidak menganggap seperti itu.
Masa bodoh dari mana masing-masing kritik penggiat di dalamnya, entah dari lamunan atau wangsit. Tanpa sulit disangkal, beberapa dari mereka masih mengeluarkan opini dan membentuk forum diskusi yang jelas tidak bermutu. Belum lagi cepatnya tekonologi membuat informasi yang bermunculan dari lini massa terkesan ‘sampah’. “/sam·pah /n 1 barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya; kotoran seperti daun, kertas: jangan membuang – sembarangan” dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pantaskah sebagian opini tentang musik hari ini disebut ‘sampah’? Menurut saya, tidak. Karena jika ada kata yang lebih buruk dari ‘sampah’, saya jelas akan menggunakan kata tersebut. Tapi, ini hanya sebuah perumpaan saja, tidak lebih.
Lalu, kenapa saya analogikan dengan sampah? Karena berbeda dengan kejayaan musik pada tahun ‘90an, para penggiat dan penikmat musik saya anggap masih memiliki musikalitas hingga filosofi musik yang cenderung lebih orisinil. Berani saya buktikan, musikalitas seseorang akan sangat berpengaruh terhadap kredibilitasnya dalam melontarkan sebuah opini. Sementara pada hari ini, semuanya telah sangat berbeda karena tanggapan sejumlah orang terhadap sebuah musik tertentu dapat berubah-ubah dalam jangka waktu satu hingga dua hari saja cepatnya.
“Atas nama pasar semuanya begitu banal” secari lirik dari ikon band indie Efek Rumah Kaca, band yang pernah mengatakan bahwa musisi indie yang berarti modalnya kecil. Ya, saya setuju sama akang-akang musisi ini. Semuanya memang begitu banal, serupa dengan opini-opini musik indie pada hari ini. Namun, bagaimana dengan anggapan band indie berarti modal kecil? Tidak ada salahnya, karena jelas band yang masuk industri musik major label disokong dana lebih besar.
Mari kita coba meraba beberapa jenis dari band indie yang telah membedakan langkah musik indie-mu dan indie-nya. Di sini saya tidak akan menganggap mana satu pihak yang benar atau salah. Kalau begitu kita gunakan pengertian musik indie secara luas. Kemunculan band indie ini awalnya tidak jauh muncul dari beberapa aliran yang tidak diterima oleh masyarakat luas, sehingga label yang pada hari ini, disebut dengan kata major mungkin merasa band-band tersebut tidak menguntungkan untuk diproduseri. Mengapa tidak menguntungkan? Karena uang hanya berkutat di masyarakat umum, masyarakat para pendengar musik pop pada masanya, berbeda dengan hari ini. Alih-alih sulitnya masuk label rekaman mayor, kebanyakan dari band ini rekaman dengan dana, alat seadanya, dan memaksa mereka untuk mencetus label rekaman sendiri, bahkan mendistribusikan rilisan fisiknya sendiri. That’s totally independent! Artinya segalanya memang dilakukan sendiri tanpa campur tangan orang lain.
Ada pula band indie yang mulai mempekerjakan orang kepercayaannya sebagai manager. Mempekerjakan orang lain untuk mengurus segala hal di luar penulisan lagu band tersebut, seperti dana, distribusi, dan mencari gigs. Dan untuk beberapa band indie seperti ini beranggapan yang penting musiknya masih orisinil tanpa campur tangan pihak luar masing-masing personil band, tidak seperti band-band di tingkat major yang musiknya mau tidak mau harus disesuaikan dengan khalayak umum. Indie kah mereka? Tergantung kamu menanggapinya.
Hingga hari ini, telah banyak bermunculan berbagai management dan event organizer yang menampung dan bergerak untuk band-band indie. Biasanya berbagai management dan event organizer ini membantu mendistribusikan musik dari band indie dan mencari, bahkan membuatkan jadwal gigs untuk bermacam band indie yang berada di bawah naungannya. Tidak menutup kemungkinan bahwa sebenarnya beberapa management menopang sepenuhnya kehidupan dan kebutuhan band indie di bawahnya. Lalu, indie kah mereka? Tergantung kamu menganggapinya.
Sebenarnya, terserah bagaimana kalian ingin muncul, bergerak dan menganggap se-indie apa bandmu, jika hari ini atau suatu saat kamu punya band. Namun, pada hari di mana kita berpijak ini, terlalu banyak band, penggiat, dan penikmat musik yang cukup angkuh ketika melontarkan sebuah opini. Banyak yang merasa bahwa musik mereka lain dari yang lain, masih jarang di perindustrian musik, merasa cara mereka baru di perindustrian musik. Bagaimana menurut kalian? Menurut saya, ada yang salah dari hidup mereka. Ini gila, jauh sebelum kita muncul bahkan ratusan tahun lalu, saya rasa sudah terlalu banyak yang pernah melakukan dan mengutarakan hal semacam itu. Plisss, euy…
Jika kamu ingin berbicara tentang musik, tidak perlu menyombongkan siapa yang paling baru dan berbeda. Musik itu bagaimana masing-masing dari kita menikmati untuk memainkan dan mendengarkannya. Tanggapan bagaimana musikalitas kita bergantung ketika setelah kalian membuat karya, bukan hanya dengan melihat dan mendengar saja. Masa bodoh ketika seseorang angkat bicara tentang musik lewat pengetahuan dari apa yang mereka baca dan dengar. Karena musik hanya memiliki nilai ketika seorang pelaku dan penikmatnya saling memiliki karya berbentuk musik itu sendiri. “There’s nothing new under the sun,” Mycroft Holmes.
Oleh Bani Hakiki