The Melting Minds, sebuah grup musikal yang bermula dari hasil eksperimen imajinasi yang dimulai dari Slinky Bones dan diinisiasi oleh teman lamanya, Dhandy Satria, melalui hubungan jarak jauh antara dua kota besar di Indonesia. Tercipta dari fractal-chaotic dan sonic-sinergi pada pertengahan apokaliptik 2020, kini mereka mulai mencoba merambah ke dunia industri musik Indonesia dengan perilisan album debutnya yang bertajuk Alternate Universe.
Terdiri dari Slinky Bones (vokal/gitar), Ahmad Tubagus (gitar), Dhandy Satria (multi-instrumentalist), Marcellinus Yoga (bass), Yafet Yerubyan (synth/singer), dan Christian Gratia serta Wawa Kzk (dual drummer), mereka mencoba mengumpulkan imajinasinya dalam sebuah karya yang terimplementasi pada rilisan album debutnya. Melalui label independen yang menaungi mereka, Boneless Records, mereka mencoba mengonsepkan album ini dari pendekatan perjalanan leluhur mereka yang berasal dari daerah-daerah di sekitaran pulau Jawa.
Jauh sebelum perilisan album debutnya, The Melting Minds sempat merilis dua single pertama mereka yang berjudul “The Snake” dan “Possessing The Witch” hingga pada akhirnya mereka mengumumkan albumnya yang bertajuk “Alternate Universe” pada 9 Juli 2022 mendatang. Rencananya, album ini akan berisikan 10 lagu yang masing-masing merupakan bagian dari cerita utuh yang dituntun oleh Lois N. Fathiarini sebagai narator dengan sudut pandang orang ketiganya.
Album ini mengisahkan sebuah desa dengan hutan lebat yang dipercayai memiliki penunggu yang sangat kuat. Kemudian, leluhurnya meminta kepada astral yang menjaga tempat itu, bahwa ia akan membangun sebuah desa untuk kaum-kaum yang termarjinalkan. Akan tetapi, astral tersebut tidak setuju dengan permintaan tersebut sehingga menimbulkan perpecahan antara para leluhur dan astral. Singkatnya, para leluhur memenangkannya dan dibangunlah sebuah desa tersebut yang disebut dengan Branjang.
Menurut mereka, Alternate Universe merupakan sebuah pendekatan kepada manusia-manusia yang tersesat untuk kembali menggunakan pikirannya secara mendalam. Representasi dari album ini membawa unsur psychedelic rock dengan nuansa yang dinamis dan progresif yang absurd dengan sound design vintage nan eargasmic. Diimbangi dengan harmoni vokal yang membius, mereka pun menggambarkan album ini dalam sebuah dunia indah yang sesungguhnya sudah hancur berantakan, dengan mencoba menyampaikan makna bahwa lagu terakhir merupakan ujung cerita dan mengajak pendengarnya untuk kembali kepada realitas dunia setelah tenggelam dalam imajinasi yang dalam.
Dengan konsep penggabungan mitologi jawa dan yunani kuno, kemudian dikombinasikan dengan influence dari gelombang musik psychedelic rock dan experimental dekade 60-70-an, lalu disampaikan dengan attitude “chaos and order”, The Melting Minds cukup yakin bahwa rilisan album Alternate Universe akan menjadi pembeda mereka dengan rata-rata band indie yang ada di Yogyakarta.