Ambil handphone, buka aplikasi streaming musik, klik play. Segampang itu, dan musik tersebut akan nemenin lo ngejalanin hari sesuai suasana hati. Biar lebih gampang, dibuatlah sebuah playlist. Playlist adalah daftar lagu yang sengaja digabung dalam satu folder. Kalau kita balik ke zaman 90-an, istilah playlist mungkin lebih dikenal dengan mixtape— kumpulan lagu yang sengaja direkam dan dimasukkan ke dalam kaset tape. Membuat mixtape di zaman sekarang tentunya gak mudah. Udah jarang yang punya cassette player karena sekarang rilisan fisik semakin ditinggalkan. Adanya platform musik online mempermudah kita mengakses musik hanya dengan sentuhan jari, makanya sekarang lebih banyak yang membuat playlist.

Terdapat banyak pilihan platform yang memudahkan kita untuk mendengar lagu dimanapun dan kapanpun, seperti Spotify, Joox, Apple Music, dan Youtube Music. Beragam platform ini juga menyediakan playlist yang dibuat berdasarkan chart, mood, atau genre. Selain itu juga terdapat fitur untuk membuat playlist sendiri, bahkan kita dapat saling bertukar playlist dengan pengguna lain. Banyak orang di sekeliling gue yang membuat playlist di platform musik digital dengan cerita masing-masing pada tiap playlist-nya. Salah satu platform yang gue pakai saat ini adalah Spotify. Jadi, gue akan sedikit banyak bercerita berdasarkan pengalaman gue dengan Spotify ya! Tapi, gue rasa di platform lain juga gak jauh beda kok.

Kenapa Orang Bikin Playlist?

Beberapa waktu lalu, gue ngadain riset kecil-kecilan lewat question box di Instagram Story tentang alasan orang-orang bikin playlist. Jawabannya beragam mulai dari buat playlist untuk ngelompokkin berdasarkan lagu yang disuka, lagu yang lagi sering didengerin, atau berdasarkan mood yang lagi dirasain biar kalau lagi galau gak tiba-tiba ke play musik rock. Bahkan, ada yang punya arti tersendiri di setiap playlist yang mereka buat. 

Ternyata, ada orang yang membuat playlist untuk menggambarkan perasaan terhadap crush yang dicintainya, menyakitinya, atau bahkan meninggalkannya (gue salah satunya, hehe). Sekarang, playlist dijadikan media untuk mencurahkan perasaan banyak orang. Selain itu, ada juga yang buat playlist dengan menyusun judul lagu menjadi serangkaian kalimat yang memiliki pesan langsung. Ini bisa jadi media yang pas buat kalian yang mau nembak gebetan, ngucapin ulang tahun, atau buat ngirim ucapan apapun dengan cara yang anti mainstream. Atau mungkin kalian udah pernah bikin playlist kayak gini?

Rangkaian Kata dari Judul Lagu yang Dijadikan Playlist

Bersosialisasi hingga Stalking lewat Aplikasi Streaming Musik

Kalau dulu orang follow-followan cuman di Instagram atau Twitter, sekarang aplikasi streaming musik juga jadi salah satu media sosial buat saling follow. Sistemnya gak jauh beda sama media sosial lain, lo tinggal cari username-nya terus klik follow deh. Terus bedanya dengan media sosial lain apa? Kita gak bisa minta follow back dengan nge-DM atau comment. Biasanya tunggu beberapa hari juga di follow back, tapi itu kalau temen lo rajin cek followers. Gue pribadi sih bakal nyadar kalau followers nambah, secara jumlahnya gak sebanyak followers media sosial lain, hehehe.

Beberapa tahun lalu, saling follow di aplikasi streaming musik online masih terbilang jarang. Bahkan, temen gue (inisial AD) bilang, “kalau mau liat orang itu pernah deket sama siapa, cek aja mutual Spotify-nya!”. Ternyata bagi beberapa orang (termasuk gue), aplikasi streaming musik online juga bisa jadi ajang stalking hubungan seseorang loh. Selain dari alasan yang udah gue sebutin sebelumnya, kita bahkan bisa stalk seseorang lewat susunan playlist beserta isinya. Siapa tau, lo bisa nemu ‘informasi’ baru dari hasil nge-stalk profil streaming musik online temen atau calon gebetan, kan? Gak cuma itu, kita juga bisa lihat orang yang kita follow lagi dengerin lagu apa lewat fitur ‘Friend Activity’, termasuk jadi tahu kalau temen kita lagi dengerin playlist yang kita bikin.

Sarana Bangun Personal Branding

Gak kalah sama Instagram, sekarang banyak yang ngatur feed playlist sebagus mungkin dengan mengganti cover playlist-nya. Playlist yang rapi tentunya bakal lebih eye pleasing buat kita sendiri maupun orang lain. Lo suka nebak-nebak personality orang berdasarkan musik yang didengernya gak sih? Nah, public playlist bisa jadi sarana yang tepat buat ngasih tau ke followers jenis musik apa yang lo denger, syukur-syukur kalau selera musik lo dibilang keren, ditambah susunan cover playlist yang aesthetic. Anggap aja itu semua jadi personal branding kecil-kecilan dengan effort yang minim. Seru kan?

Public playlist Spotify dengan Susunan Feed yang Aesthetic

Butuh Referensi Musik Baru? Buat Collaborative Playlist Aja!

Selain bikin playlist sendirian, kalian juga bisa bikin playlist bareng dengan fitur collaborative playlist! Dengan fitur ini, kalian bisa dapet rekomendasi lagu baru dari orang lain. Contohnya, waktu Valentine’s Day lalu Gilanada bikin collaborative playlist tentang lagu patah hati untuk para pengguna aplikasi online dating. Dengan antusiasme yang tinggi, akhirnya banyak yang ikutan submit lagu patah hati lintas genre bahkan lintas bahasa! Buat kalian para korban yang tersakiti gara-gara online dating, cocok banget nih dengerin playlist ini sekalian nambah referensi musik baru. 

Collaborative Playlist “Lagu Patah Hati Online Dating” oleh Spotify Gilanada

Pada aplikasi streaming musik online, playlist yang keliatannya cuma sekadar kumpulan lagu ternyata bisa punya makna dan manfaat tersendiri bagi penggunanya. Mulai dari nge-stalk, curhat, dapet informasi baru, bahkan personal branding. Walaupun apa yang ada di sosial media belum tentu sama dengan yang ada di dunia nyata, tapi pada kenyataannya sosial media memang jadi salah satu sarana buat menebak atau menilai seseorang. Dengan adanya playlist juga ngebantu banget buat dengerin kumpulan lagu yang sesuai dengan aktivitas atau suasana hati lo.

Nah, karena dari tadi gue ngebahas tentang playlist, sekarang gue mau ngajak kalian nih untuk join collaborative playlist Gilanada. Ayo masukin lagu paling atas di playlist “On Repeat” lo. We’ll see lagu apa yang paling sering lo dengerin selama di rumah aja. Gue tunggu partisipasinya!

Editor: Hannafatiha Rahmani