Malam Jum’at (07/07) kemarin rasanya jauh dengan keidentikan kata “horor”. Pasalnya, Raum 1.0 menjadi perhelatan yang memikat di malam itu. Diadakan di Grun Sport Bar, Raum 1.0 tidak hanya memanjakan pengunjungnya dengan pertunjukan musik saja, melainkan bersamaan dengan pameran poster dari Boredoom, seakan ingin mengolaborasikan kedua hal tersebut.

Suasana Raum 1.0 (Sumber: Dok. Pribadi).

Dibuka oleh penampilan ciamik dari grup band rock asal Bandung, Muchos Libre. Sejak awal panggung sudah dibuatnya menjadi liar. Namun, yang menarik adalah Sang vokalis, Korongmentah, merangkap tugas menjadi pembawa acara dalam perhelatan tersebut. Tidak hanya ketika menembangkan lirik-liriknya saja, ketika membawa jalannya acara pun penonton dibuat liar dan penuh tawa dengan celotehan-celotehan khas-nya.

Pertunjukan dilanjutkan oleh band latin asal Jatinangor, El Karmoya. Lagi-lagi, penonton dibuat seakan tidak bisa menolak untuk berdansa ria dengan diiringi lantunan musik Spanyol khas El Karmoya. El Karmoya sendiri hadir dengan formasi barunya, yaitu Sang vokalis baru keturunan Ekuador, Santiago, yang memanjakan para pengunjung wanita dengan ketampanan khas latin-nya.

Penampil ketiga, Taruk, band hardcore asal Bandung, membuat panggung menjadi lebih gila dan panas lagi. Amarah yang terkandung di dalam lirik-liriknya diiringi alunan suara distorsi seakan membakar semangat penonton untuk melakukan moshpit. Seakan mengajak penontonnya untuk ikut bersama menguasai panggung malam itu. Kemudian, Haze, band rock asal kampus Itenas ini dengan penuh gairah naik ke atas panggung membuat suasana lebih panas dan ganas lagi. Penampilannya yang gahar seakan memberikan energi dan mencuri atensi semua orang yang ada di dalam venue.

Lalu, band post-punk asal Bandung, Asylum Uniform, naik ke atas panggung dengan nuansa musik industrial-nya sehingga menarik para penonton yang serentak berkerumun dan mengayunkan kepala mengikuti dentuman drum elektrik dari sang drummer. Hingga lagu terakhir pun, penonton seakan tidak rela pertunjukan dari Asylum Uniform harus berakhir, dibuktikan dengan seruan kata “we want more” yang terus menggema di dalam venue malam itu.

Penampilan terakhir dipersembahkan oleh grup orkes dangdut, Symphoni Polyphonic. Berbeda dari para penampil sebelumnya yang cenderung ‘keras’, Symphoni Polyphonic membawa genre dangdut sebagai akhir yang mengasyikkan. Sebuah penutupan yang manis dari Symphoni Polyphonic, penampilannya seperti menghipnotis penonton untuk bergoyang bersama, seperti saat sang vokalis katakan di atas panggung “Lalaki sangar make baju hideung, tatoan ge, ai ku dangdut mah oyag”.

Raum 1.0 seakan menjadi pelipur lara di kesibukkan tengah pekan, khususnya bagi penikmat musik. Meskipun, venue tidak dibuat berdesakan oleh penonton yang hadir, mungkin karena diselenggarakan di tengah pekan. Rasanya, Raum 1.0 tetap berakhir manis dari berbagai line up yang disuguhkannya. Belum lagi, keindahan visual yang diberikan oleh Convert semakin memanjakan mata penonton.