Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam waktu tujuh tahun, seperti menyelesaikan bangku sekolah dasar (masih sisa satu tahun bahkan) atau mungkin menikmati masa kuliah hingga hampir menyentuh batas drop out. Bagi The SIGIT, tujuh tahun adalah waktu yang diperlukan untuk menyapa para insan musik dengan rilisan terbarunya. Pada masa tersebut, The SIGIT lebih disibukkan dengan padatnya jadwal panggung, serta salah satu personilnya yang bergelut di band lain. Meski begitu, mereka sudah mulai merampungkan berbagai materi baru dari tahun 2016.
Jika kita perhatikan, jarak antara album pertama The SIGIT, Visible Idea of Perfection, dengan Detourn juga berjumlah tujuh tahun. Tidak ada yang disengaja dengan rentang waktu yang sama lamanya, hanya kebetulan yang menarik. Rekti pun menyatakan bahwa pertimbangan “Another Day” dirilis saat ini karena timing dan energinya dirasa tepat.
Sejak dirilis 31 Juli 2020, “Another Day” memberi jawaban bahwa The SIGIT memang band yang layak untuk ditunggu karyanya. Seolah buku harian yang dibacakan kepada penggemarnya bahwa mereka berkembang dari setiap panggung ke panggung lainnya. Hal ini terlihat (atau terdengar) dari melodinya yang lebih progresif dibandingkan lagu-lagu pada album sebelumnya, Detourn.
Rektivianto Yoewono (vokal, gitar), Farri Icksan (gitar, synthesizer), Aditya Bagja (bas), dan Donar Armando (Drums) dibantu Absar Lebeh (Gitar), tahu bagaimana memberi pengalaman baru namun namun nuansa musik ala THE SIGIT masih kental terdengar. Di album Detourn, kita disuguhkan nuansa karakter stoner ketika melihat sampul albumnya. Sama halnya pada single ini, hanya saja terasa lebih sci-fi. Satu yang tidak lepas, mereka tetap dapat membangun bridge yang ciamik!
Lagu “Another Day” direkam di Elephant Studio oleh Aghan Sudrajat dan Indra Adhikusuma dan di Rebuilt 40124 oleh Richard Mutter. Proses mixing diserahkan ke tangan Indra Adikusuma yang juga melibatkan Rekti. Sementara untuk mastering dipercayakan kepada James Plotkin. Artwork yang digarap oleh Riandy Karuniawan terlihat futuristik dan font nya mengingatkan kita pada style poster film “Clockwork Orange”.
“Another Day” merupakan single pembuka dari proyek album long-play yang sedang dikerjakan. The SIGIT mengatakan album selanjutnya tidak ingin membawa mereka ke dalam pengelompokan genre. Pada dasarnya, mereka hanya menjadikan selera pribadi sebagai penunjuk jalan dalam proses kreatifnya. Ketika arahnya menuju suatu titik, bisa jadi di saat itu, mereka memang sedang ke sana. Menurut saya, ini adalah contoh yang baik dalam penerapan prinsip Taoisme di kehidupan bermusik, hehe.
Oh ya, kabar baik lainnya mengiringi artikel ini. Rekti Yoewono baru saja resmi menjadi gitaris yang mendapatkan endorsement dari salah satu amplifier legendaris asal Inggris, Orange Amplifiers. Semoga dengan ini lebih banyak musisi indonesia lainnya yang memiliki kesempatan serupa, ya!
Tak cukup artwork saja, Riandy Kurniawan juga menjadi kolaborator dalam penggarapan music video. Video klip yang rilis 4 Agustus 2020 kemarin ini secara langsung disutradarai oleh Rekti Yoewono. The SIGIT dalam klip ini seakan membuat sebuah cerita yang akan dilalui. Menyoal bagaimana cara penonton mengilhami arti dari klipnya, biarkan “Another Day” menjadi puzzle seri pertama yang meluncur. Clue-nya didapatkan dari gambar-gambar yang muncul bersilangan.
Di samping versi digital yang sudah meraih 200.000 kali pendengar akumulatif dari berbagai platform digital. Tentu tidaklah lengkap, jika tidak ada versi fisik dari single ini yang rencananya akan dirilis dalam format kaset. Diproduksi secara eksklusif dan dilengkapi dengan merchandise. Selain itu, belum ada kucuran informasi lainnya mengenai album barunya. Tugas kita hanya perlu menunggu untuk dikejutkan lagi oleh band rock asal Bandung ini. Pertanyaannya adalah, masih adakah penonton bercelana cutbray saat menonton The SIGIT?
Penulis: Kelana Ashil Siddhawira
Universitas Padjadjaran