Suatu malam yang sunyi di Jakarta, secangkir cokelat hangat ditemani alunan lagu terbaru dari Payung Teduh membuat suasana kian sendu. “Renung”, sesuai dengan judulnya, lagu ini membuat saya terhanyut dalam renungan tentang hal-hal bahagia di masa lampau yang kini sulit untuk dirasakan, sebatas kebebasan. Bebas untuk berkumpul dengan keluarga, kerabat, maupun teman dekat.

Sejak bulan Februari lalu, kegiatan yang biasa kita lakukan, entah itu sekolah, kuliah, ataupun bekerja terpaksa terhenti. Pandemi ini membuat semua insan terpisahkan. Kesedihan menjadi tak terelakkan akibat kehilangan yang mendalam bagi orang-orang yang terdampak. Situasi pun kini jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sembahyang di tempat ibadah menjadi sesuatu yang mencemaskan. Tidak mengunjungi orang tua di kampung halaman merupakan bentuk kasih sayang. 

Single yang dirilis pertengahan Mei 2020 ini sengaja diaransemen sederhana agar pendengar dapat dengan mudah memaknainya. Duet antara kedua vokalis Payung Teduh, yaitu Marsya Ditia dan Alejandro Saksakame terdengar sejuk di telinga. Serta iringan petikan gitar dari Ivan Penwyn sang gitaris turut menambah kedamaian suasana.  Menurut saya, lagu yang di mixing and mastering oleh Dimas Martokoesoemo (Als Studio) ini sukses membawa pendengar merasa terbuai dengan nostalgia sebelum pandemi ini melanda. 

“Bagus sih untuk lagu yang dibuat dalam keadaan sekarang yang tentunya dengan proses cepat dan liriknya juga relatable untuk banyak orang” ungkapan itu adalah yang saya dengar dari penggemar setia Payung Teduh ketika mendengarkan lagu ini. Sementara pendengar yang lain berkata bahwa lagu ini mengingatkan kita tentang hal positif dari dampak pandemi corona ini, yaitu kita jadi mengetahui arti kebersamaan dan selama ini kita selalu mengacuhkan hal-hal kecil di sekitar kita.

“Corona menjawab semua kesombongan kita”  

Penggalan lirik di atas merupakan ajakan Payung Teduh kepada pendengarnya untuk kembali merenungkan dan memaknai apa yang terjadi. Di sisi lain, kondisi alam di bumi kita semakin membaik. Air tak lagi keruh karena limbahnya. Langit tak lagi abu dengan polusinya. Tanah pun tak lagi tersumbat dengan sampahnya. 

“Ternyata kita lah virusnya” ungkap Payung Teduh di akhir liriknya sebagai penanda lagu ini telah selesai. Lagu ini juga menjadi harapan Payung Teduh terhadap pandemi ini untuk segera berakhir dan mengamini harapan itu bersama-sama. Ambisis itu menjadi gagasan  agar kita semua dapat beraktivitas seperti sedia kala, bertemu dengan keluarga dan sahabat tanpa ada rasa cemas. Seperti biasa, lagu ini dapat dinikmati di berbagai platform musik digital kesayangan anda.

Malam semakin larut, cokelat hangat telah habis meninggalkan cangkirnya. Memang lagu ini sangat cocok didengarkan untuk menemani kesendirian. Seperti halnya “Renung” yang secara harfiah artinya berdialog dengan diri sendiri, menyamakan persepsi antara hati dan pikiran. Sekarang saatnya bagi saya untuk tidur meninggalkan realita dunia, dengan “Renung” yang siap menghantarkan saya ke alam mimpi. Mimpi agar keadaan ini segera normal kembali. Selamat malam.