Avhath merilis single terbarunya berjudul “Return to Sender”. Lagu ini merupakan yang terpanjang bagi Avhath sendiri. Tak tanggung-tanggung komposisi “Return to Sender” berdurasi kurang lebih 10 menit.
Proses Pembuatan
Tidak hanya lagunya sendiri yang panjang, proses dari pembuatan lagunya pun terhitung panjang, berlangsung selama 2 tahun. Proses ini berlangsung lama, karena Avhath sendiri ingin menampilkan yang berbeda dibandingkan dengan rilisan-rilisan mereka sebelumnya. Sebuah pendekatan baru dari segi struktur, tekstur suara, metode rekaman, dan hal-hal lain dilakukan oleh Avhath.
Avhath menggaet Remedy Waloni dari The Trees & The Wild untuk memproduksi materi “Return to Sender”. Ekrig, sang vokalis, pernah menyatakan dalam sebuah interview dengan NME bahwa ia mengagumi approach dari Remedy yang diterapkannya dalam menulis maupun memproduseri sebuah lagu. Sepanjang pertengahan 2021 hingga akhir 2022, Avhath dan Remedy terus melakukan eksperimen. Workshop, rekaman demo, eksplorasi, serta peninjauan kembali gubahan dilakukan bersama oleh Avhath dan Remedy. “Setelah Avhath pertama kali memperdengarkan draft ‘Return to Sender’, gue hanya mencoba untuk membantu mereka memproduksi lagu tersebut sealami mungkin,” Remedy bercerita saat draft “Return to Sender” diputar pertama kali di depannya.
Selain Remedy, Reynir Fauzan ikut membantu sebagai co-producer. Reynir menilai “Return to Sender” merupakan sebuah babak baru dari Avhath. “Sangat senang bisa bekerja sama dengan Remedy sebagai co-producer. ‘Return to Sender’ cukup menggambarkan pendewasaan Avhath selama 10 tahun dari segi musikalitas maupun chemistry. Secara pribadi, gue pun melihat momentum ini sebagai awal dari babak baru Avhath,” tutur Reynir.
Seperti Apa “Return to Sender”?
Avhath mengajak untuk merenungi eksistensi manusia dan menengok kembali ke masa lalu dalam “Return to Sender”. Renungan mengenai adakah kemungkinan yang lebih baik jika manusia tidak mengikuti hasrat pribadi maupun konstruksi sosial. Lirik “Return to Sender” mencerminkan wujud nyata dari 5 stages of grief dalam memandang realita dan eksistensi. Sebuah perasaan penolakan terhadap kehidupan secara natural yang diikuti oleh kepasrahan dan penerimaan atas takdir yang menjadikan hidup tak sepenuhnya dikuasai oleh hasrat manusia.
“What choice do we have? Did we ask to be alive, to endure all these sorrows?”
“Return to Sender” bukan hanya keras dalam hal yang tampak, tetapi juga keras dalam hal yang tak tampak secara eksplisit. Konstruksi pesan dan apa yang ingin disampaikan oleh Avhath melalui single ini cukup keras sehingga mampu membuat diri terdiam sejenak dan berpikir setelah lagu ini mencapai detik akhirnya. “Return to Sender” seakan meng-iya-kan bahwa hal terbesar yang menyebabkan manusia menyesali hidupnya adalah hasrat dan ego, karena pada hakekatnya, manusia merupakan makhluk yang tidak pernah puas. Saat menelaah liriknya kalimat demi kalimat, “Return to Sender” ini unik banget. Lagu yang ngebahas hubungan manusia dengan Sang Pencipta ini, dikemas begitu implisit dan dengan pendekatan yang berbeda. Kalo dibilang lagu religi udah tentu bukan, tapi isinya cukup untuk merenung mengenai hidup dan makna hidup itu sendiri. Berat tapi asik pokoknya!
Artwork yang Superior
Sedikit membahas mengenai artwork dari single terbarunya, waktu pertama kali liat – atau bisa dibilang first impression-lah – langsung terasa bahwa “sosok” di dalam artwork tersebut sangat superior, entah melambangkan apa. Namun, bisa diasumsikan bahwa “sosok” tersebut melambangkan “Yang Maha Esa” karena kesan superior nan tunggal yang di dapati saat pertama kali artwork tersebut terdeteksi langsung oleh indera penglihatan. Artwork yang sangat merepresentasikan single barunya Avhath kali ini, “Return to Sender”. Sebuah POV yang merasa kita sebagai insan hanyalah makhluk yang tak berkuasa, memiliki batas, mengemban tanggung jawab, hidup untuk mati, dan mati untuk hidup.
Ditulis oleh: Rizki AF & Irvan M.