Berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua kata yaitu “solusyang berarti “sendiri”, dan “ipseyang berarti “diri”, solipsism berarti kondisi dimana hanya ada satu pemikiran yang ada yaitu didalam “dunia”-nya sendiri. Menganggap bahwa apapun hal yang ada di luar dunianya tidak ada atau tidak nyata. Dalam buku The Omega Point (Hockney, 2013) “Solipsism holds that knowledge of anything outside one’s own mind is unsure; the external world and other mind cannot be known and might not exist outside the mind”. Dalam paham filsafat menurut Immanuel Kant, solipsism mencakup pemahaman individu tentang tiap-tiap konsep psikologis yaitu berperilaku, berpikir, berkeinginan, memahami, dll. Dicapai dengan membuat analogi dengan kondisi mentalnya sendiri yaitu dengan penyamarataan dari pengalaman batin.

Ini menarik untuk dibahas karena solipsism bisa diartikan melalui banyak cara tergantung perspektif setiap orang yang mengalaminya. Bisa diteorikan sebagai kondisi dimana seseorang sangat mencintai dirinya sendiri melebihi apapun, atau tingkat ketidak inginan seseorang berinteraksi dengan orang luar yang sangat tinggi sehingga menciptakan solipsism. Teori yang paling mendalam adalah kondisi dimana seseorang yang sudah terlalu sering mendapatkan beban dalam hidupnya, sudah terlalu sering mengalami hal yang membuatnya sakit hati, kesedihan, kekecewaan, kemarahan, penolakan-penolakan, ketidakadilan hidup, dan banyaknya hal yang tidak berjalan atau berakhir sesuai keinginan. Pada akhirnya, itu semua menciptakan sebuah dunia baru dalam diri—hanya ada dirinya seorang, satu raga, satu pikiran, satu intelijen dan menjadi seorang “solus yang menciptakan sebuah bentuk penolakan terhadap keberadaan eksistensi lain. Semua yang dilakukan, semua yang dipikirkan tidak ada yang bisa memahaminya kecuali dirinya seorang. Keberadaan eksistensi lain hanya dapat diketahui dengan analogi. Menurut saya, ini adalah sebuah tingkatan hidup yang sangat mendalam, diluar batas tertinggi.

Paham solipsisme ini menuntun Pamungkas untuk menjadikannya sebagai tema dan judul untuk album ketiganya, Solipsism. Dalam album ini, Pamungkas mencurahkan sisi solipsismenya kedalam musik, seluruh track yang ada di dalam album ini berisi tentang seluruh pengalaman asli-nya dalam kehidupan yang selama ini disimpan sendiri, yang mana memang menjadi rumusan solipsism itu sendiri, “dicapai dengan membuat analogi dengan kondisi mentalnya sendiri dengan penyamarataan dari pengalaman batin”. Perjalanannya itu kemudian diekspresikan dalam 11 track-nya yang dibuka dengan Queen of The Hearts, lalu Intentions, Be My Friend, Live Forever, Deeper, Be Okay Again Today, Higher Than Ever, Riding The Wave, Still Can’t Call Your Name, I Don’t Wanna Be Alone, dan ditutup dengan Closure.

Official Artwork Album Solipsism (Oleh Alif Fauzan & Pamungkas)

Menurut saya, konsep solipsism dalam album ini merupakan sebuah konsep yang luar biasa karena selain Pamungkas merefleksikan alur kehidupan dan pengalaman hidupnya, album ini juga dapat dirasakan oleh para pendengarnya yang akan menelusuri dunia “solipsisme”nya sendiri. Alhasil para pendengar juga bisa mempunyai pemahaman tersendiri dan dapat mengartikan makna dari setiap lagu yang ada di album ini dengan perspektif masing-masing. Hal tersebut juga menjadi tujuan Pamungkas dalam album ketiga-nya, “album ini bercerita tentang ide saya sendiri terhadap banyak hal. Saya ingin mengeluarkan satu set lagu yang dapat berarti bagi siapapun”, ungkap Pamungkas dalam rilisan pers.

“ I think It’s very Important for the music itself to sort of have it’s own room so then, All of us can stand in our places having our own perspectives and decide what it means (for us) the music or the songs. We get to have our own stories, we get to decide the meaning of the music itself, based on our experiences as a human being,”

—sebut Pamungkas pada monolog dalam unggahan Instagram-nya tentang album Solipsism. 

Disini saya akan mencoba mengulas beberapa track pilihan yang ada di dalam album ini beserta bait-bait lirik yang menjadi highlight di setiap cerita yang disampaikan pada masing-masing lagunya. Track yang akan saya ulas diantaranya; “Queen of The Hearts”, “Intentions”, “Be My Friend”, “Deeper”, “Be Okay Again Today”, “Higher Than Ever”, dan “Closure”.

#1 Queen of The Hearts

Track yang menempati posisi pertama dalam album ini menjadi pembuka untuk album ketiga Pamungkas. Masih dengan nuansa elektronik musiknya yang khas, lagu ini berisi tentang pujian terhadap wanita yang disukainya. Pamungkas terinspirasi dari kartu “Queen Hati” dalam kartu poker karena queen hati adalah satu-satunya wanita dalam sebuah deck kartu. Menandakan juga bahwa wanita ini adalah satu-satunya yang ada dalam kartu (hidup) nya. “Queen of The Hearts” juga membawa pesan bagi para perempuan agar tetap percaya diri dan tidak merasa rendah.

“Don’t you know? Don’t you know you’re better than you think you are.”

“Queen of The Hearts, you won me over, you’re The Queen of The Hearts” 

#2 Intentions

Merupakan lagu pertama yang direkam pada album Solipsism, “Intentions” menjadi salah satu perhatian para pendengarnya karena liriknya yang sangat menyentuh. Menceritakan tentang perjuangan seseorang untuk mencintai apa adanya walaupun banyak hal yang menghalangi. Fun fact, “Intentions” menjadi lagu pertama dalam ketiga album Pamungkas yang diawali dengan chord D dan juga lagu pertamanya yang menggunakan kata-kata  “I love you” secara murni.

“All my feeling speaks, in the way that you don’t.”

“Then there comes the silence, it gets in the way between us.” 

“I just need to let you know that I just wanna love you right, Free you so you shine your lights.” 

“Intentions, attention, seen.” 

 #3 Be My Friend

“Merelakan” adalah pesan yang Pamungkas coba sampaikan dalam “Be My Friend”. Bercerita tentang seseorang yang menginginkan hubungan yang lebih dari sekadar teman, ingin diperlakukan dan dikenal lebih mendalam, juga menerimanya sepenuh hati. Namun pada akhirnya tersadar bahwa apa yang diinginkannya sulit untuk terwujud dan berakhir merelakan dan menerima. Intisari dari lagu ini adalah tidak apa keinginannya tidak terwujud asalkan tetap bisa berhubungan dekat sebagai teman terbaik selamanya. Untuk menimbulkan kesan relaxing dari lagu ini, Pamungkas membawakannya dengan alunan piano akustik yang menjadi key point dari “Be My Friend”.

“You can win again and that’s alright”

“After we’re friends, I want you to know me, I want you to take me for who I am and what I’m not”

“Now that we’re back home, The city of egos”

#5 Deeper

Jatuh cinta yang amat mendalam menjadi sebuah cerita yang dituangkan dalam “Deeper”. Sebuah perjalanan yang sampai pada pemahaman tentang apa itu cinta dalam kasus “jatuh cinta”, tentang apa saja yang terjadi ketika proses jatuh cinta yang berlangsung cepat hingga “falling so hard into you”. Berlanjut dengan selalu mengharapkan yang terbaik untuk pasangan sampai ada di posisi dimana seseorang dapat kehilangan kontrol ketika sudah terlalu dalam pada hubungan.

All ideas about love, mistakes I made ’cause of it, it’s all make sense now that I’ve met you” 

I wish you sunshine in the sky and all the bluebirds in your eyes, may it light up wherever, may it shine on forever”

“Coincidences connected, two hearts denying the truth, that we both are falling hard in love, quicker and deeper”

#6 Be Okay Again Today

Pamungkas tidak pernah gagal menghanyutkan para pendengarnya dengan alunan gitar akustik khasnya, perpaduan yang pas dengan sedikit sentuhan elektronik yang dibawakan dalam “Be Okay Again Today”. Disini, Pamungkas mengajak para pendengarnya untuk selalu stay positive dan selalu optimis dalam menghadapi setiap masalah dalam hidup, termasuk omongan-omongan orang yang menyakitkan. Dalam lagu ini, Pamungkas mengatakan bahwa cukup tanggapi omongan-omongan itu dengan pembuktian, kemampuan, dan prestasi karena jika membalas omongan-omongan tersebut maka kita tidak ada bedanya dengan orang yang melontarkan omongan tersebut— Words can kill, it’s real”.

I’d do it with the anger you caused me, but what for? Since you only listen to yourself. Go figure, the rest out 

So run if you need, grab your hat, fetch your camera, film the world, be free, be the bird’s eye. Maybe you’ll see, Maybe you’ll say it back to me”

“In the end it’s you. You are your own home, and by the way, no one can save you but yourself, so I hope, honey you choose to be okay again today”

#7 Higher Than Ever

Hasrat untuk melakukan apapun menjadi bertambah/lebih tinggi dari sebelumnya ketika merindukan seseorang adalah cerita yang coba Pamungkas sampaikan dalam track ketujuh album Solipsism. Dengan suasana romantisme yang sangat kental, lagu ini diawali dengan mengingat kenangan masa lalu dan  menciptakan suasana yang tidak biasa; dingin dan berangan-angan tentang “apakah engkau merasakan rindu yang sama?” Itu semua membuatnya kembali mengingat hal-hal romantis yang sering dilakukannya dahulu bersama orang terkasihnya, dan menghasilkan peningkatan hasrat untuk melakukannya ‘lebih tinggi’ dari biasanya, namun tidak bisa terwujudkan.

Feels like a long time, since we both got together, feels like a long day, Since we talked to each other”

*“It’s been a cold night, Made me think a lot about you, I wonder that you might, think of me like I do”

 “The need to see you, the urge to kiss you, the feeling of wanting to hold. Or maybe just a talk is crazy highHigher than ever”

#11 Closure

Track penutup dalam Solipsism yang mana “Closure” sendiri berarti penutup, menjadi salah satu sorotan dalam album ini karena makna lagunya yang amat mendalam. Bercerita tentang seseorang yang sudah berada di titik terlelahnya dan menyerah akan cinta yang selama ini diperjuangkan karena kebohongan-kebohongan yang terus dilakukan. Pada akhirnya merelakan hubungannya meskipun dirinya akan bersedih. Berbanding terbalik dengan “I Love You But I’m Letting Go” yang merelakan seseorang karena mencintai, “Closure” bercerita tentang merelakan diri sendiri karena kemarahan dan penerimaan akan kehilangan.

“Lying still lying I’ll make it okay, bend it all you want and hide it all you can” 

“But I give up fighting for you” 

“And though I’ll be sad” 

“I am better off without you, I’m so angry towards you”.

Saya mencoba menyimpulkan sebuah “alur kehidupan” yang saya dapatkan dalam album ini, dimulai dengan “Queen of The Hearts” yang mewakilkan Self Love, “Intentions” mewakili Struggle, lalu “Live Forever” dan “Riding the Wave” sebagai Hope, kemudian “Be Okay Again Today” tentang Optimism, “Deeper” yang mewakilkan Be Enamored, “Be My Friend” tentang Acceptance, “Higher Than Ever” dan “Still Can’t Call Your Name” melambangkan Passion in Love, “I Don’t Wanna Be Alone” yang mewakili penyerahan diri yang takut akan ditinggalkan dan diakhiri “Closure” tentang penyerahan diri dan penerimaan. Namun bagi Pamungkas, ini semua disimpulkan menjadi sebuah proses pendewasaan-nya dari berbagai pandangan.

Pamungkas. (dok. Raden Rohan)

Walaupun album Solipsism ini dibuat dan dikerjakan sepenuhnya dalam masa karantina, Pamungkas sudah menemukan frasa “solipsism” ini jauh sebelum debut album pertamanya. Ia mengatakan dalam unggahan Insta Story-nya pada 1 Juni 2020 bahwa ia sangat menyukai kata tersebut karena mempunyai relasi yang kuat dengan diri nya. Pada album ketiga ini, Pamungkas menguak lebih dalam makna dari solipsism itu sendiri dan akhirnya menjadikan solipsism sebagai judul album. Ia menambahkan, “there’s no better album title than solipsism”.

Jawaban Pamungkas dalam fitur QnA Instagram-nya tentang album “Solipsism” pada 1 Juni 2020.

Perilisan album ketiga ini juga menjadi bentuk terima kasih Pamungkas untuk semua dukungan dari semua orang yang ada di belakang kesuksesannya dan tentunya para fans. “This is my souvenir. This is a form of gratitude from me to you, in a way I am so thankful for your never ending support for the last three years, it’s been fantastic. I learned so much. This is my way of giving back. this is me saying… Thank you,” sebut Pamungkas dalam unggahan Instagram-nya. 

Untuk menutup era dari kedua album pendahulunya Walk The Talk dan Flying Solo, Pamungkas menggelar konser virtual “The End of Flying Solo Era” yang dilaksanakan pada 31 Mei 2020 lalu, sekaligus menjadi era baru bagi perjalanan Pamungkas dan mengawalinya dengan perilisan album Solipsism pada tanggal 26 Juni 2020. Dalam kurun waktu kurang dari 24 jam perilisannya di Spotify, Solipsism sukses mendapat sebanyak 505.974 pendengar dan akhirnya mencapai 1 juta pendengar di hari kedua. Ini jauh melebihi ekspektasi Pamungkas sendiri yang pada awalnya merasa bahwa album ini mungkin tidak banyak menarik perhatian para pendengarnya karena konsep solipsisme ini sendiri, tetapi pada akhirnya ekspektasi itu berhasil dipatahkan olehnya.

Agar kamu dapat meresapi dinamika dan makna kehidupan yang dituangkan dalam 11 track, album Solipsism sudah tersedia di seluruh platform musik digital seperti Spotify, Apple Music, Joox, dll.