Tentang seseorang yang mengharapkan orang lain meskipun dia masih terjebak di bawah bayang-bayang masa lalunya. Mungkin itu alasan mengapa suara lagu ini terdengar outdated dan klise.

Catyn adalah unit alternative rock dari Bandung yang beranggotakan empat orang dari Makassar. Fauzan Arundaya (Gitar/Vokal), Aqirah Achmad (Gitar), Ade Iswandi (Bass), dan Agung Chandra (Drum). Walaupun band ini sudah terbentuk sejak tahun 2022 lalu, single “Sorrow” yang dirilis pada tanggal 6 Juni 2024 adalah single perdana mereka yang diunggah ke digital streaming platform.

Catyn (Dok. Press Release)

“Sorrow” adalah sebuah lagu alternative rock yang kental dengan unsur-unsur pop punk. Drum yang energetik dan membuat pendengarnya ingin berjingkrak-jingkrak penuh semangat, melodi riff yang simpel tapi manis seperti yang ada pada lagu-lagu pendamping film-film coming of age 2000-an, dinding suara oleh rhythm guitar yang memenuhi atmosfer lagu, dan penulisan lirik yang simpel dan bertemakan patah hati remaja. Elemen-elemen serupa bisa ditemukan di lagu-lagu lainnya yang saya enjoy, dan menurut saya Catyn sukses dalam memanfaatkan elemen-elemen tersebut. Saya juga ingin mengapresiasi Yogi Isman atas keahliannya sebagai produser karena dia berhasil mencampurkan semua komponen dari instrumen hingga vokal sehingga mencapai keseimbangan antara bersih dan kotornya sebuah lagu seperti ini.

Sayangnya, elemen-elemen tersebut memang hanya sebatas “dimanfaatkan” saja oleh Catyn. Mereka tidak memainkannya, mereka tidak berusaha untuk menantangnya, mereka hanya meminjam bahan-bahan penyusun sejuta lagu pop punk/alternative rock lainnya dan berusaha untuk menciptakan sesuatu dengan resep yang sama. Apakah mereka berhasil? In a way, iya. Lagunya cukup menghibur. Tapi band kampus #2349 sudah pernah merilis lagu seperti ini.

Lalu kita masuk ke penulisan lirik. Kalau saya tidak diberitahu bahwa “Sorrow” seharusnya bercerita tentang seorang pria pasca dipatahkan hatinya beribu-ribu kali, saya tidak akan mengetahui hal itu. Pertama kali saya membaca liriknya, saya kira orang ini hanya sekadar capek. Dia enggak pernah merasakan yang namanya pacaran saja. Mungkin lebih tepatnya jones, biar sesuai sama era suara lagu ini berasal. Walaupun demikian saya memakluminya. Lagu-lagu seperti ini tidak membutuhkan lirik yang serius. Tapi balik lagi ke karakter, sudah ada berjuta-juta lagu dengan lirik yang kurang lebih sama. Setidaknya kalau penulisannya konsisten dengan maksud seharusnya, di tangan yang tepat cerita itu bisa menjadi keunikan dari lagu ini.

Overall, Catyn terlalu bermain aman dalam pembuatan “Sorrow.” Sebagai single perdana, seharusnya lagu ini bisa memperkenalkan pendengar baru pada band Catyn, bukan sebuah cover band tanpa nama. Tidak adanya inovasi yang membuat keseluruhan lagu terdengar sangat formulaic hanya menambah kejenuhan saya dengan genre pop punk. Sekarang sudah 2024, bukan lagi 2005, kawan.

dengerin ya kawan-kawan