Awal tahun ini, bisa dibilang kita dibanjiri dengan rilisan-rilisan lokal yang mayoritas bagus. Pertama, ada kompilasi keren dari record label yang sempat hiatus yaitu Leeds Record dengan judul “Supersub”. Kita juga mendapatkan EP berisikan 3 lagu baru dari band post-hardcore/emo asal Jakarta yaitu Rekah dengan judul “Kiamat, Babak Pertama”.
Pada awal 2021 ini juga, kita disuguhkan dengan most anticipated album versi saya pribadi dari band yang beranggotakan Alghifari Agrapana (vokal, gitar), Agung Firdaus (drum, vokal), Reyhan Gyanie (gitar, vokal, harmonika), dan Alief Agustiana (bass, vokal) dengan nama Erratic Moody. Band satu ini telah menghiasi beberapa gigs di Kota Bandung dalam beberapa tahun ke belakang. Single pertama dari Erratic Moody yang berjudul “Necis” juga cukup sering diputar di beberapa coffee shop yang saya aktif kunjungi. Kali ini mereka baru saja merilis album utuh pertamanya, “Safari Semi” yang menurut saya berhasil memenuhi ekspektasi dan worth it ditunggu selama ini.
Album diawali dengan track “Pembuka” yang berisikan lantunan piano yang tak saya sangka akan hadir di lagu-lagu milik Erratic Moody. Kemudian dilanjutkan dengan “Preambule” yang notabene adalah lagu instrumental yang dirasa bisa disebut sebagai moodboard untuk “Safari Semi”.
Track-3 berjudul “Selancar” yang sudah pernah dirilis sebelumnya sebagai single telah sukses membawakan suasana pantai tanpa perlu membawa unsur surf rock berlebihan di dalamnya. Cara bercerita di lagu ini juga dituliskan dalam lirik dengan sangat baik dan jelas oleh Agra dan Agung (penulis lirik lagu tersebut) sehingga menciptakan visual di dalam pikiran seakan saya sedang bersiap-bersiap untuk terjun menerjang ombak di Kuta.
Setelah basah-basahan dengan “Selancar”, kita disuguhkan lagi 2 lagu yang sebelumnya juga pernah dirilis sebagai single dengan judul “Mr. James” dan “Cynthia”. Tapi, ada hal yang sangat mencolok dari lagu “Mr. James” versi album, yaitu mereka menambahkan beberapa lirik baru yang sebelumnya tidak ada pada versi single. Ini adalah hal yang sangat baik, karena menurut saya versi single dari lagu tersebut sedikit membosankan dengan lirik yang diulang-ulang.
Pada track-6, kita diberi kejutan dengan hadirnya vokalis perempuan yang sedang ramai dibicarakan di lingkungan musik yaitu Farisha Aqilah atau biasa dikenal sebagai vokalis band indie rock asal Bekasi, Puff Punch. Lagu dengan judul “Pearl” ini dengan mudah menjadi track favorit saya. Dengan intro gitar yang panjang dan memiliki tempo cukup cepat, cukup mudah lagu ini untuk nyantol di kepala. Karena menggunakan Bahasa Inggris dalam penulisan liriknya, kalau saya tidak tahu ini lagu milik Erratic, saya akan menebak bahwa ini adalah lagu-lagu dari band alternative rock asal UK seperti The Vaccines.
Track selanjutnya yang bertajuk “Kosong” ini teramat sangat ‘bangsat’ karena berhasil membuat mata saya berkaca-kaca. “Gelap malam tak terasa saat semua menghilang” adalah penggalan lirik dari lagu tersebut yang menurut saya sangat baik dalam menggambarkan perasaan seseorang yang harapannya pupus. Saya sangat berterima kasih dengan Agra dan Alief selaku penulis lirik dalam track ini, kalian membuat hari saya menjadi lebih utuh setelah membaca lirik “Kosong”.
Saat album telah memasuki intro dari track “Further”, saya langsung terbayang skenario di mana terdapat Tommy Shelby sedang menghisap rokoknya secara perlahan seakan-akan lagu ini menjadi soundtrack dari series The Peaky Blinders. Saya jadi berharap bahwa Erratic Moody akan mengadakan showcase dengan tema ala-ala Tranquility Base Hotel & Casino seperti milik Arctic Monkeys, tentunya setelah pandemi ini reda.
“Gold Digger” dan “Van der Wijck” adalah judul untuk track ke-9 dan ke-10 pada album “Safari Semi”. Saya tidak menemukan sesuatu yang spesial dari “Gold Digger”, tapi hal tersebut tidak berlaku untuk “Van der Wijck”. Tembang ini bisa dibilang menjadi sebuah lagu yang unik dengan hadirnya Rasukma yang bercengkrama memerankan karakter dari cerita Van der Wijck sendiri yaitu Eson sebagai Zainudin dan Adel sebagai Hayati. Saya sudah cukup lama penasaran dengan bagaimana kalau Erratic Moody dan Rasukma berkolaborasi, mengingat bahwa beberapa personel dari Erratic seringkali membantu Eson dan Adel saat Rasukma sedang tampil live. Syukur, rasa penasaran itu dibayar tuntas dengan hadirnya “Van der Wijck”
Track selanjutnya yang memiliki judul terlalu panjang yaitu “I Go Where You Go so You Don’t Get Lonely” cukup berbeda dengan track-track sebelumnya. Musiknya sangat lambat dan hangat. Lagu ini pun sangat mudah untuk diterima di kuping saya dan sepertinya bisa didengar hati dalam keadaan apapun.
Album ini pun ditutup dengan sangat cantik oleh lagu yang berjudul “Akhir Semi”. Mood yang bahagia ditawarkan dengan lirik yang secara gamblang mengajak kita untuk bersenang-senang di hari ini. Happy ending yang saya terima saat album ini berakhir pun menghasilkan senyum yang lebar dan sedikit harapan bahwa suatu saat nanti dunia akan kembali girang.
Intinya, “Safari Semi” adalah sebuah perjalanan bagi saya. Berisikan musik yang cocok didengar saat kalian sedang bergaya di depan cermin kamar atau bahkan sedang melakukan roadtrip bersama teman-teman. Album ini bagus dan utuh. Membuat saya semakin penasaran akan kemanakah perjalanan Erratic Moody setelah ini. Mungkin saja tahun depan nama mereka mulai tercantum di line-up festival-festival besar di Jakarta. Sukses selalu untuk Erratic Moody. Terima kasih telah menciptakan “Safari Semi”.
“Safari Semi” bisa didengarkan dengan cara membeli CD-nya di Citaroom Space atau via streaming platform pada tanggal 26 Februari 2021.