Ada saatnya ketika ku bersiap-siap menjalani hari, hal pertama yang kulakukan adalah menyalakan lagu-lagu britpop seperti The Cure, Morissey, The Killers. Ada saatnya pula aku menyalakan lagu-lagu new wave seperti Cocteau Twins, Billy Idol, The Police. Ada pula kalanya aku ingin menyalakan lagu-lagu bossa nova seperti Joao Gilberto, Antonio Carlos Jobim dan kawan-kawan. Namun kali ini, sebelum menyalakan lagu-lagu tersebut, aku menemukan sebuah rilisan baru dari sebuah band jazz Dua Empat di laman utama Spotify-ku. Kunyalakan saja, dengan penuh keyakinan bahwa Dua Empat tidak akan mengecewakan dalam memenuhi hasratku mengonsumsi jazz sehari-hari.
Betul saja. Lagi-lagi Dua Empat membuatku seakan sedang berada di sebuah restoran bintang lima yang menyajikan hidangan permainan band jazz kelas kakap, karena rasanya sangat menenangkan dan (seperti biasa) penuh dengan improvisasi-improvisasi yang progresi nada nya cocok didendangkan. Apalagi dalam rilisan baru ini banyak musisi-musisi jazz yang ikut berkolaborasi di antaranya drummer Hansen Arief, pemain contrabass Joshua Alexander, dan seorang vokalis juga penulis lagu Ifi Alyssa. Ketika melihat rentetan nama mereka di bawah judul lagu, aku tau bahwa single ini akan memberikan “sesuatu” yang pastinya tidak kalah istimewa dari single-single Dua Empat terdahulu seperti “Piccadilly” atau “Siladen“.
Style musik swing yang syahdu dalam single “Like Someone in Love” ini akan menjadi salah satu track dalam album “Some Of My Best Friends Are Jazzcats” yang akan rilis di tanggal 16 Juni 2023 mendatang. Hal ini menjawab mengapa cover dari lagu “Like Someone In Love” memperlihatkan gambar kucing-kucing berpakaian rapih, sedang memainkan alat musiknya masing-masing dengan mahir di atas sebuah panggung. Sebagai seorang pencinta kucing, hal ini merupakan sesuatu yang menarik bagiku. Rasanya Dua Empat memang selalu menampilkan persona yang menyenangkan dan penuh dengan kehangatan, lekat dengan penampilan grafik-grafik gemas seperti dalam buku cerita anak-anak.
Sepertinya tidak banyak pula musisi yang memilih genre jazz di scene music Indonesia hari ini, tentu tidak sebanyak indie rock, punk rock, melodic punk, alternative dan yang semacamnya. Kebanyakan yang ada di ekosistem sekarang adalah jazz fusion, jazz yang diramu secara berbeda, contohnya seperti yang dilakukan Kunto Aji ataupun Tulus. Melihat musik jazz yang memang memerlukan level skill-nya tersendiri, penuh dengan ketepatan dan perhitungan. Tengok saja film “Whiplash”, Andrew (pemeran utama Whiplash) menempelkan tulisan di dinding kamarnya yang berisi “if you can’t do it right, you’ll end up joining a rock band.” Kalimat tersebut mewakilkan sebuah asumsi bahwasannya jazz merupakan genre musik yang “elite”, perlu ketekunan dalam mempelajarinya dan memiliki teori-teori nya tersendiri. Salah sedikit akan merusak simfoni yang berusaha dibangun. Kalimat tersebut juga menimbulkan asumsi seakan musik rock merupakan musik yang “se-kena-nya” tidak memerlukan teori-teori rumit nan memekakan otak, teu kudu mikir sing penting ngeunaheun (tidak usah berpikir, yang penting enak didengar).
Entahlah itu hanya asumsi. Yang terpenting sekarang adalah kita nikmati saja lagu-lagu jazz lokal selagi ada, salah satunya “Like Someone In Love” yang sudah rilis di platform musik kesukaan kalian. Segera dengarkan untuk menunaikan hasrat mengonsumsi jazz sehari-hari.