Sulit untuk tidak menyalahkan diriku sendiri saat dihadapkan pada suatu masalah. Aku merasa kosong dan tidak ada yang bisa kulakukan. Aku pun membuka platform streaming digital favoritku dan menemukan album pertama dari Puremoon berjudul “Fault” yang dirilis pada 6 Juli 2023 lalu. I guess I fell in love at first listen. Band yang awalnya merupakan solo project dari Naufal Ikhsan ini memperkenalkan formasi baru dari Puremoon yang terdiri dari dirinya sendiri, serta dibantu oleh Bryan Arkan sebagai gitaris, Rafi Azani sebagai bassis, dan Irfan Alhafizh sebagai drummer.
Dalam transisi dari masa remaja ke masa dewasa, aku masih dalam fase mencari jati diri. Track pertama pada album ini yang juga bertajuk “Fault” sangat merepresentasikan perasaan saat aku selalu menyalahkan diriku sendiri. Lagipula, semua hal yang terjadi kepada diriku memang salahku karena diriku ini sudah hancur berkarat. Aku mungkin tidak memiliki siapa-siapa di sisiku saat ini, namun alunan riff gitar yang repetitif dari lagu ini terus berdering dan menemaniku di malam yang sepi ini.
“It was my fault it’s not your fault. I already said it before”
Masih terjebak dengan perasaan yang tersisa dari track pertama, track selanjutnya, “Fool” mengingatkanku akan masa-masa ketika aku merasa paling rentan secara emosional. Tidak jarang aku merasa dibodohi oleh cinta, dan lagu ini benar-benar melambangkan isi hatiku saat berhasil lepas dari hubungan tersebut. I felt like a fool for letting me lose myself for somebody else.
“Look what you’ve done. Grievin’ for something I lost to. This time, there’s nothing in you”
Namun, track ketiga yang diberi judul “Too Late” menyadarkanku bahwa at the end of the day, the only one there for me is myself. Dapat dibilang menyesali perbuatanku tiada artinya dan akulah satu-satunya orang yang memegang kendali akan hal tersebut. Tetapi tetap sulit bagiku untuk mengakui bahwa aku bersalah. Untuk apa menyalahkan diri sendiri apabila dapat menyalahkan orang lain, kan?
“All I can say ‘too late’. Where you when I’m so dead. To feel all this by myself”
Lanjut ke “Dawn” yang merupakan track instrumental pada album ini. “Dawn” berhasil mengajakku untuk berintrospeksi sejenak setelah menikmati ketiga lagu sebelumnya. Meski minimalis, alunan musiknya terdengar sangat jelas di telingaku, memenuhi kekosongan dalam ruangan yang aku tempati saat ini. Dengan nuansa yang dreamy dan melankolis, tak disadari malam telah berganti menjadi pagi.
Setelah berintrospeksi di lagu sebelumnya, sedikit demi sedikit aku pun mulai menerima keadaan. Alunan familiar dari track kelima, “Realize” merupakan lagu yang telah dirilis sebelumnya bersama anggota lama Puremoon—Abdi Imam, Hamzah Rendi, dan Yusuf Rizky—ternyata sudah pernah kudengarkan sebelumnya dalam format single. Dalam lagu ini, aku menyadari bahwa mau bagaimanapun, sebuah masalah itu untuk dihadapi, bukan untuk dihindari.
“And now finally I realize. There’s no way out. There’s no place to hide”
Meskipun demikian, suara-suara dalam kepalaku kerap kali menghantuiku. Sebagaimana lirik dari lagu keenam, “Possessed” mewakilkan segala hal yang terlintas di otakku saat ini. It’s this overthinking mind that slowly eats you alive. Sekalipun aku senantiasa di ruangan ini, aku akan selalu ditemani oleh kericuhan pikiranku yang ramai oleh bisikan-bisikan penghancur dan suara musik yang senantiasa mendampingi.
“It possessed me. Can anybody help me? But I can’t tell why this is killing me slowly”
Manusia memang dilahirkan sendiri dan akan pula berakhir sendiri. Seperti pada lagu “Agony” yang merupakan track ketujuh dalam album ini. Dimulai dengan gitar yang kuat, dilanjut oleh drum yang bright, serta diiringi vokal yang dreamy, membawaku terbang dalam rasa sakit yang ku rasa. Aku tahu orang-orang di sekitarku tidak peduli akan apa yang aku rasa. Mungkin ada baiknya aku memendam deritaku seorang diri.
“Just keep it on your own. Cause nobody will care”
Album “Fault” diakhiri dengan track terakhir berjudul “Rain” yang dibantu pula oleh Bryan Arkan dan Irfan Alhafizh. Lagu ini dengan sempurna menyimpulkan semua perasaan yang ada pada diriku, serta pada album yang tengah kusetel. Fajar ini aku mengintip pada jendela kamarku dan melihat hujan yang deras bergemuruh di luar. Hujan yang sama sekali tidak membantu menghibur piluku, melainkan awan yang turut menangis bersamaku.
“I’m all alone in here I feel the warm inside my tears. It’s nothing but the rain, my agony are heavenly“
Album ini berhasil membawaku dalam sebuah perjalanan melankolis. Syair-syair yang menghanyutkan pikiran dikemas secara manis dalam lagu. Tidak ada satupun yang hadir menemaniku selain alunan gitar yang candu dan drum yang menggebu-gebu. Mengusung tema kesendirian dan nostalgia, urutan lagu-lagu dalam album ini disusun secara cermat untuk menciptakan sebuah cerita yang relatable. “Fault”, album pertama dari Puremoon sudah bisa menemani kalian semua berkontemplasi ria di malam yang sunyi melalui semua streaming platform kesayanganmu.