Ketika menginjakan kaki, pertama yang terlihat adalah stand makanan yang berjajar di koridor pelataran parkiran rektorat Unpar. Lalu, menohok berjalan kebawah ada wahana Kora-Kora yang berbinar dikelilingi lampu menyala, wahana Ombak Banyu seperti halilintar, Rumah Hantu yang mencekam, serta sajian musik.

Sebuah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Fisip Unpar, bernama Pasar Malam Kampus Tiga (PMKT)  XX Heritage (4/5) berhasil menyedot animo yang datang pada malam itu. Terlihat lebih intim, pasalnya tahun ini PMKT dihelat di Pelataran Parkiran Rektorat Unpar, setelah tahun lalu mereka menyelengarakan acaranya di Lapang Pusenif. Mengusung tema Heritage yaitu tentang warisan budaya dari tanah Priangan yang sejak dahulu sampai sekarang masih bertahan. Banyak masyarakat pendatang yang masuk ke tanah Priangan, masyarakat asli tanah Priangan membuka diri dan menyambut mereka dengan diadakannya pasar malam.

Acara tahunan yang menjadi sebuah tombak kampus Unpar ini hadir dengan begitu intimnya, mulai dari Food Truck, Wahana Kora-Kora, Ombak Banyu, Rumah Hantu, hingga sajian musik dari Diocreatura, Under The Bright Yellow Sun, Pijar, dan Sigmun yang menjadi penggisi di PMKT. Wahana ombak banyu dan kora-kora pun dipadati para pengunjung yang datang, dengan merogoh kocek Rp 15.000 untuk jatah satu wahana setiap orang, pengujung rela mengantri disepanjang koridor wahana.

Setelah semua band audisi tampil, Diocreatura mengambil alih panggung pukul 21.15 yang membawakan lagu-lagu andalannya. Ekky dkk berhasil memancing penonton untuk bergegas ke barisan terdepan. Diocreatura berhasil memukau para penonton yang datang di Pasar Malam Kampus Tiga Unpar pada malam itu.

Selanjutnya pukul 22.30 ada Under The Big Bright Yellow Sun (UTBBYS) yang berada dipanggung. Alunan musik yang mengawang seolah kita dibuai oleh lantunan dari lagu-lagu Under The Big Bright Yellow Sun, penonton pun terlihat meresapi dan menganggukan kepala dengan beat yang sama dengan hentakan drum.  ‘Threshold’ didaulat menjadi lagu pamungkas, tepuk tangan pun berhamburan ketika ‘Threshold’ di mainkan. Walaupun penonton terlihat tidak terlalu penuh ketika UTBBYS tampil,  mereka berhasil menghantarkan lagu demi lagu yang mereka bawakan. Penampilan yang sangat apik yang dipertunjukkan oleh Under The Big Bright Yellow Sun.

Jam 23.05 Pijar naik keatas panggung, band asal Medan yang hijrah ke Jakarta dan baru saja merilis album bertajuk Exposure ini, tanpa basa-basi langsung memainkan lagu nya. Menghantarkan dengan dance beat musik yang membuat para penonton ingin terus berdendang, seperti mengingatkan kita kepada musik Two Door Cinema Club. Membawakan beberapa lagu seperti ‘Wajah Fana’,‘Selatan’ , hingga ‘Moonriver’  yang di daulat menjadi lagu terakhir.’Moonriver’ sendiri  menceritakan tentang Manusia dan Alien, ujar sang vokalis.

Sigmun menjadi penampil pamungkas pada malam itu, masa yang datang memakai celana cutbray pun sesegera merapatkan barisan depan. Sigmun menyajikan empat buah lagu yang di buka oleh lagu ‘In The Horizon’ dari album terbarunya yaitu Crimson Eyes. ‘Vultures’ didaulat di lagu kedua, mereka tampak kehilangan ‘roh’ nya di lagu ini dan tidak memberikan warna berbeda sama sekali. Ketika ‘Ozymandias’ dikumandangkan di lagu ketiga, penonton pun serentak tepuk tangan. Walaupun separuh dari penonton sing along, namun mereka dirasa tidak memberikan kejutan di penampilannya dan tampak datar-datar saja. Karena rundown acara yang ngaret, Haikal sang vokalis terlihat lesu saat tampil, yang mungkin saja menjadikan Sigmun monoton pada malam itu. Sigmun menutup penampilannya malam itu dengan lagu ‘Devil In Disguise’.

Walaupun penampilan Sigmun monoton, rundown yang cukup molor, dan rute jalur pasar kurang jelas yang membuat pengujung kebingungan saat berkeliling, tapi semua itu tidak membuat sepi penonton. Yang hadir di Pasar Malam Kampus Tiga Unpar pun seperti sebuah pasar, intim dan berdesakan. Ketika pasar tradisional mampu bertahan sampai sekarang karena pengalaman berbeda saat berbelanja, PMKT Unpar hadir layaknya Pasar Tradisional yang terus bertahan tidak termakan waktu karena kekonsistenannya membuat Pasar Malam modern, juga menghadirkan hal-hal baru yang ditampilkan di dalam PMKT unpar 2016 ini.

Foto oleh: Panitia dokumentasi PMKT