Bedchamber merupakan band yang masih sangat segar namun cukup membuat scene indie-pop Jakarta menjadi lebih menarik. Mereka meluncurkan EP yang berjudul “Perennial” pada tanggal 30 September 2014 yang di dalamnya berisi 5 buah lagu. Rilisan ini merupakan keluaran dari Kolibri Rekords yang juga merupakan label baru.
Pertama-tama saya ingin ngomentarin tentang pengemasan album ini yang saya nilai sangat apik dan saya sebagai pembeli cukup puas. Case CD terbuat dari karton biasa namun dibalut dengan artwork yang kece. Gambar-gambar di packaging ini cukup banyak dan itu bukan foto melainkan hasil karya gambar tangan. Selain itu di bagian dalam juga terdapat kertas bahan poster yang ternyata terdapat lirik seluruh lagu mereka di sana, lagi-lagi dibalut dengan artwork dan desain yang indie-pop banget.
Mungkin secara keseluruhan tema dari album ini adalah masa-masa menuju kedewasaan yang sebentar lagi dihadapi oleh para personil Bedchamber. Hal tersebut dapat dilihat di gambar bagian belakang yaitu proses tumbuhnya kecambah (kacang ijo?) menjadi tanaman seperti pada tugas semasa kita SD dulu. Terlihat juga dari single pertama mereka yang berjudul “Youth” yang liriknya lagi ngena banget di diri saya. Seperti kecemasan apakah kita harus hidup dalam keberpura-puraan dan menganggap hal tersebut wajar. Apakah kita akan menjadi orang yang 180 derajat berbeda pada saat menginjak umur 21? Apakah kita akan kehilangan arah? Namun kembali lagi kita harus percaya bahwa semua akan baik-baik saja.
Lalu ada pula “Departure” yang berisikan tentang romantisme kenangan, waktu, dan juga mimpi. Intro pada lagu ini membuat saya hanyut dan ngawang bersama dengan segala efek delay, reverb, modulation-nya. Pada lagu “Petals” dan “Myth” liriknya bersinggungan dengan cinta namun tetap dekat dengan perjalanan waktu. Lalu pada lagu “Perennial” mereka seperti bercerita mengenai perjalanan hidup dengan kiasan yaitu tumbuhan.
Yang menjadi daya tarik utama bagi saya yaitu di album ini musik mereka begitu kental dengan delay yang pasti membuat hati serasa mengawang dan mengangguk secara lemas. Enjoy banget! Mendengar musik mereka membuat saya serasa sedang menikmati grup yang biasa tampil di festival musik indie-pop luar (mungkin karena warna ini masih jarang di Indonesia) yang didatangi oleh orang-orang bule yang berpakaian hipster abis.