Amin Maalouf, seorang novelis kenamaan asal Aljazair dalam bukunya In The Name of Identity : Violence and The Need to Belong menjelaskan betapa sulitnya masyarakat modern untuk menemukan satu identitas yang terdapat dalam tiap individu. Menurut Maalouf, masyarakat modern bergerak dalam pergerakan ruang dan waktu yang sangat cepat. Dalam hitungan detik, masyarakat modern mampu mendapatkan satu identitas baru yang lantas membentuknya menjadi individu dengan identitas berbeda.

Permasalahannya satu; selalu ada sekelompok orang yang berusaha menemukan identitasnya dalam individu lain. Mencari pembenaran bahwa identitasnya terdapat dalam golongan yang lain hingga melakukan kekerasan untuk ‘mengiyakan’ apa yang mereka anggap benar. Maka jangan aneh apabila kita melihat kenyataan terdapat golongan- golongan yang dicap ‘sesat’ atau setidaknya menjadi ‘Parsi’ berada dalam posisi tertindas. Kebingungan dalam identitasnya, kebingungan mencari harapan akan makan apa besok pagi.

Adalah Grey Filastine dan Nova Ruth, duo elektronika berasal dari antahberantah berhasil menjabarkan tesis dari seorang Amin Maalouf. Lewat album baru yang bertajuk Drapetomania, Filastine dan Nova berusaha menjabarkan keterasingan yang terjadi di dalam raga seorang manusia modern; sebuah usaha pencarian identitas yang terbelenggu pekerjaan penuh kecemasan, kekalapan akan waktu yang semakin dilipat jagat internet, hingga kekerasan yang dialami oleh siapapun. Dari pekerja tambang hingga sekelompok Ahmadiyah yang terpaksa meengungsi ke antahberantah.

Dirilis dalam bentuk keping CD oleh Omuniuum dan vynil oleh Post World Industries, Drapetomania berisi dua belas lagu yang menembus batas- batas antarnegara, antaridentitas, antarprofesi, lalu mencerabutnya hingga ke akar dalam usaha pembebasan jati diri manusia.

Sebelumnya, Filastine dan Nova telah merampungkan seri video klip bertajuk “Abandon” yang melalui proses rekaman di negara- negara berbeda. Selain mengambil sesi di Indonesia, duo elektronika ini juga mengambil latar- latar lain untuk menangkap kondisi identitas individu yang terasing seperti “The Cleaner” yang mengambil kisah seorang Office Girl di Portugal, “The Salarymen” yang mengambil latar pekerja kantoran di New York, Amerika Serikat, dan yang terakhir “Los Chattareros” dengan latar sekelompok pemulung besi yang berada di pinggiran sebuah kota kecil di Spanyol.

Nama Drapetomania diambil dari istilah kelainan mental yang dikembangkan oleh Samuel A Cartwright untuk memertahankan perbudakan di Amerika Serikat. Menurut Cartwright, ketika seorang budak telah memiliki keinginan untuk bebas, maka itu berarti mereka telah melanggar perintah Tuhan yang terdapat dalam Alkitab.

Filsatine dan Nova sendiri menggambarkan kondisi tersebut sebagai sebuah hasrat manusia modern yang menginginkan kebebasan dari modernitas yang kerap menjadikan mereka budak waktu, materi, dan kekayaan yang tak berujung. Ditafsirkan ke dalam dua belas trek, album ini juga diisi oleh musisi- musisi kenamaan seperti Totok Tewel –gitaris Elpamas yang juga ayah dari Nova- pada gitar, Brent Arnold pada Cello, Gondrong Gunarto pada sitar dan perkusi, serta Safril pada suling.

Trek pertama pada album ini dibuka oleh “The Miner” yang merupakan serial pertama dari klip “Abandon”.  Dibuka lewat paduan gendang dari Gondrong dan permainan cello dari Brent Arnold, lagu ini masih memasukkan unsur- unsur yang menjadi karakteristik utama Filastine saat awal berduet dengan Nova di kedua album sebelumnya yakni Loot dan Aphasia –sebuah kolaborasi antar bass dengan vokal sinden Jawa- yang menggambarkan latar tempat dalam lagu ini.

Selain dari serial “Abandon” yang masuk ke dalam trek, salah satu karya yang layak untuk diapresiasi adalah trek berjudul “Perbatasan” yang juga menjadi single terbaik dalam album ini. Selain dari satu- satunya lagu yang menggunakan bahasa Indonesia, permainan rima yang kuat menjadi salah satu keunggulan dari lagu ini. Simak saja reff yang dibawakan oleh Nova :

Kau dan aku berlari /  berlari mencari cari sepi / jauh dari riuh

Permainan pengulangan kata seolah menjadi penegas dari apa yang hendak ia sampaikan. Lirik tersebut lantas dilanjut dengan :

“Salah benar tak tahu / siapa yang salah atau benar / salah atau benar / kau dan aku lari dari perang / -kap harapan yang tak pasti”

Penggambaran kebingungan dipertegas lagi dengan permainan tongue twister dari Nova. Dalam frasa tersebut, Nova mengulang- ngulang apa yang hendak ia katakan lalu mengejutkan kita dengan kata lain yang dibentuk entah dari mana; sebuah jebakan yang muncul di tengah kerancuan harapan masyarakat urban dan kaum minoritas yang tersisihkan dan selalu dianggap parasit oleh kelas menengah ibukota.

Lagu lain yang cukup memukau dari album ini adalah “Halcyon”, sebuah ide gila yang menyulap instrumentasi suling Sunda menjadi sebuah lagu dubstep dengan ketukan 140bpm. Sebuah proses transedensi di mana manusia bisa mengubah wujudnya ke dalam bentuk burung atas dasar kekuatan Tuhan. Filastine menginterpretasi proses transedensi ala Sunda menjadi keriuhan yang tidak terduga dan menjembatani ke trek “Senescene” yang dibuka dengan permainan kecapi.

Selain itu, trek yang perlu diperhitungkan adalah satu trek berjudul “Matamata” yang mungkin akan mengingatkan kita dengan debut awalnya dia dalam kolektif hiphop Twin Sista. Bermain dengan dentuman bass gila yang dipadukan gendang dari Gondrong Gunarto, lagu ini berhasil menjadi trek yang berdiri sendiri dibandingkan ke-11 lagu lainnya.

Album ini sendiri ditutup dengan laguberjudul “Night X”, sebuah penggambaran akan malam yang tak kunjung berakhir disusupi penderitaan. Album ini gelap. Layaknya kamera Sebastiao Salgado, Filastine dan Nova merekam jejak- jejak penderitaan manusia, titik- titik keterasingan ke dalam nada- nada liar yang memukau. Sial, kenapa kemarin aku melewatkan konsernya?

Recommended for fans of : Flying Lotus, The Infernal Noise Brigade, Dubyouth, Le Freak Selector, Clark

Tracklist :

1. Miner

2. Blockchainz

3. Perbatasan

4. Cleaner

5. Fenomena

6. Halcyon

7. Senescene

8. Salarymen

9. Glass Seagulls

10. Matamata

11. Los Chattateros

12. Night X