Sebenarnya saya merasa bersalah baru bisa menulis ini sekarang, namun semesta nampaknya masih mendukung untuk itu, karena rentetan konser ini masih jelas ada di kepala saya.

 

12 Agustus 2014, Downtown Seattle, Washington.

image004

Suasana Paramount Theatre cukup ramai siang itu. Cukup ramai, hingga orang-orang yang lalu lalang di pusat kota Seattle ini terus menanyakan hal yang sama,“What’s this line for?”. “ARCTIC MONKEYS!!!!” , jawab para calon penonton konser antusias. Antusiasme yang tetap terlihat di hari kedua Arctic Monkeys menyambangi Seattle dalam tur Amerika mereka. Pertunjukan selama dua hari di Paramout Theatre, dimana tiketnya habis tak lama setelah tiket mulai dijual.

Antusiasme tak hanya berhenti disana, para penonton berusaha mencari spot terbaik untuk dapat melihat idola mereka. Namun sayangnya, banyak penonton yang berada di barisan terdepan memilih mundur sebelum mereka mulai naik ke panggung, dikarenakan kekurangan udara. Lucunya, beberapa di antara mereka adalah sekumpulan perempuan yang telah mempersiapkan underwear untuk dilemparkan ke panggung. Ah namun beruntung, itu yang membuat saya akhirnya bisa berada di baris ketiga untuk menonton mereka!

Penantian panjang selesai sudah saat akhirnya mereka mulai naik ke atas panggung sekitar pukul 9 malam. Layar gelap serta beberapa lampu sorot membuat empat lelaki asal Sheffield muncul dalam siluet, yang semakin mendramatisir suasana malam itu. Lampu panggung baru menyala saat Alex Turner mulai menyanyikan “Do I Wanna Know?” dengan suara baritonnya yang khas. Tidak banyak kata-kata yang keluar dari Turner, Jamie Cook, Nick O’Malley maupun Matt Helders, namun itu tak masalah, karena bisa menonton mereka dari jarak dekat pun merupakan sebuah keberuntungan.

Satu kata, atraktif! Saya tak tahu sihir apa yang mereka gunakan, namun yang pasti apapun yang mereka lakukan diatas panggung membuat penonton histeris. Meskipun Turner secara gamblang menyatakan “I wanna grab both your shoulders and shake baby, snap out of it!” lewat lagu kedua yang mereka nyanyikan, “Snap Out of It”, sihir mereka benar-benar tak hilang malam itu.

Tak bisa dielakkaimage006n pesona Turner benar-benar menjadi primadona malam itu, mulai dari gerakan dan goyangan yang tak bisa saya sebutkan apa nama gerakannya, serta solo gitar yang ia lakukan pada lagu “Arabella” yang sontak membuat penonton berteriak. Oh, dan jangan lupa gaya membenarkan rambutnya yang flamboyan itu. Hal itu dilakukan Turner sekitar 3 kali.

Tidak melupakan personel lainnya, menurut saya Nick O’Malley maupun Matt Helders, bermain secara stabil dan bekerjasama dalam menyeimbangi Turner. Hal ini terutama terlihat pada lagu “Why’d You Only Call Me When You’re High?”. Begitu pula gitaris mereka, Jamie Cook yang membuat nada-nada gitar nampak sangat khas.

Sebagian besar lagu yang dimainkan berasal dari album “AM”. Namun mereka juga memainkan “I Bet You Look Good on the Dancefloor” dan “Dancing Shoes” dari album Whatever People Say I Am, That’s What I’m Not”. Saya pribadi sangat berterimakasih pada mereka yang tak pernah bosan memainkan lagu ini dan membuat penonton melompat-melompat pada saat lagu ini dinyanyikan.        “505” dari album “Favourite Worst Nightmare” menjadi penutup konser malam itu. Tak lupa tiga encore yaitu “One for the Road”, “I Wanna Be Yours” dan “R U Mine”. “I Wanna Be Yours” menjadi penutup yang manis dengan tampilan band dalam siluet, lampu sorot yang bergerak-gerak selayaknya lampu pesta dansa dan tentu saja efek lirik manis lagu ini.

Oleh: Theodora Luna