Musik merupakan salah satu elemen penting dalam membangun emosi pada adegan-adegan film. Esensialisme musik pada film menjadi begitu krusial dalam menyampaikan cerita dan menghubungkan suasana hati karakter pada penontonnya. Berbeda dengan musik biasa, musik latar atau scoring dibuat khusus untuk mengiringi visual pada film. Tidak heran, banyak sineas bekerjasama dengan komponis untuk membuat original scoring bagi film mereka. Banyak scoring yang begitu dikenang oleh penonton. Bagi Anda penikmat film “La La Land”, pasti dapat mengenang adegan pertemuan Mia dan Sebastian ketika mendengar alunan piano berjudul “Mia & Sebastian’s Theme” yang menjadi salah satu scoring paling esensial dari film tersebut.  

Tidak hanya pada film, scoring juga dapat Anda temukan di series favorit Anda atau bahkan drama Korea, seperti scoring “The Season of Us” pada drama “Crash Landing On You” yang sering digunakan untuk menggambarkan suasana tentram dan hangat wilayah tempat tinggal Kapten Ri, Korea Utara. Hanya dengan mendengarkannya saja, scoring mampu membangkitkan begitu banyak memori adegan dan emosi yang dibangun dalam sebuah film/drama.

Shigeru Umebayashi merupakan salah satu komponis film scoring dengan karya yang dapat dikatakan cukup berpengaruh dalam dunia film. Komponis asal Jepang tersebut mulai aktif sebagai komponis film scoring pada tahun 1985. Sebelum terjun ke dunia tersebut, Shigeru Umebayashi sudah memulai karirnya di dunia musik sebagai pemain bass untuk sebuah band rock gelombang baru asal Jepang pada awal tahun 1980. Hingga saat ini, ia telah menemani lebih dari lima puluh film dengan alunan musiknya.

Salah satu adegan film “In The Mood for Love” (2000)

Dari sekian banyak scoring yang ia buat, “Yumeji’s Theme” (1991) merupakan salah satu scoring karya Shigeru Umebayashi yang paling legendaris. Meskipun “Yumeji’s Theme” secara original dibuat sebagai musik latar untuk film berjudul “Yumeji” karya sutradara Seijun Suzuki, lagu ini lebih banyak dikenal sebagai icon dari film Hong Kong berjudul “In The Mood for Love” karya sutradara Wong Kar Wai. Film bergenre drama romantis ini bercerita mengenai Mr. Chow (diperankan oleh Tony Leung)  dan Mrs. Chan (Maggie Chung) yang mengetahui bahwa pasangan mereka saling berselingkuh. Tanpa disangka, mereka justru menumbuhkan perasaan untuk satu sama lain dalam patah hati yang mereka rasakan. Nadi pada film ini tidak terletak pada dialognya, melainkan pada hal-hal non-verbal seperti ekspresi, sinematografi, adegan-adegan simbolik, dan musik. Hal tersebutlah yang membuat “Yumeji’s Theme” memiliki peran yang begitu krusial dalam menghidupkan atmosfir film serta membantu penonton meresapi “In The Mood for Love” secara lebih mendalam.

IN THE MOOD FOR LOVE
Poster film “In The Mood for Love” (2000)

“Yumeji’s Theme” dialunkan pada adegan-adegan simbolik di “In The Mood For Love”, seakan menjadi penanda akan fase-fase krusial dalam perkembangan koneksi dari dua tokoh dalam film ini. Salah satu yang paling ikonik terletak pada adegan pertemuan antara Mr. Chow dan Mrs. Chan di koridor pembelian makanan. Dentingan instrumen biola “Yumeji’s Theme” berhasil melambangkan rasa lara dan kesepian yang dialami dua tokoh tersebut tanpa dialog apapun pada adegan simbolik nan krusial berdurasi dua menit tersebut. Bagi saya, perpaduan “Yumeji’s Theme” yang bernada melankolis dengan visual-visual sudut kota Hong Kong dengan tone gelap mampu menyiratkan kerentanan perasaan dua tokoh yang sedang patah hati ini. Musik ini terus diulang pada adegan-adegan implisit yang menunjukkan bahwa dua tokoh tersebut diselingkuhi oleh pasangan mereka dan mulai mengembangkan hubungan yang mendalam antar satu sama lain.

Jonathan Tranter on Twitter: "Steam and Rain In the Mood for Love ...
Adegan pertemuan antara Mr. Chow dan Mrs. Chan dalam film “In The Mood for Love” (2000)

Kompleksitas harmoni alunan cello dan biola-nya selalu berhasil membangkitkan pilu yang mendalam dan mencampur aduk perasaan setiap pendengarnya. Kemampuan musik ini untuk bermain dengan rasa membuat “Yumeji’s Theme” tidak lekang oleh waktu. Dengan berbagai jenis visual yang menjadi pasangannya, musik ini dapat memperdalam pengalaman penonton dalam meresapi perasaan dalam tiap adegannya. Tidak heran, setelah sukses membawa warna pada “In The Mood For Love”, mahakarya Shigeru Umebayashi ini banyak digunakan di berbagai judul film lainnya.

Bagi saya pribadi, “Yumeji’s Theme” adalah salah satu film scoring yang berhasil menancapkan begitu banyak perasaan dan nostalgia. Apa film scoring yang paling berkesan bagi Anda?

Ditulis oleh Rahma Meldi