Semesta tersenyum kala menciptamu. Rasa sayang berlimpah yang murni menghadirkan nuansa indah, agung, dan memesona. Itulah hal yang bisa mendeskripsikan single baru Memayu, dengan genre karawitan kontemporer Sekar Jagad disenandungkan dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Iya, nggak salah baca: karawitan kontemporer! Memayu datang dengan suara gamelan yang tak asing, namun dikemas dengan keunikan mereka sendiri. Mereka terdiri dari Warunaya Gita (Vokal), para penabuh gamelan; Sekar Bajra (Bonang), Sulistiani dan Dani Irawan (Saron), Dyas Syawal Lukman (Kendang), dan Suko Prayitno (Gender-Rebab); serta Dyah Sihanani (Gitar Akustik), Rafa Maruto (Gitar Elektrik), Asha Zahra (Bass), dan Enrique Christian (Drum).

Seni karawitan, atau yang lebih akrab dikenal dengan gamelan, adalah jenis musik tradisional yang berakar dari Jawa. Karawitan asal katanya adalah ‘rawit’ yang berarti halus dan lembut, dan itu pun terjemah pada pembawaan gamelan. Halus dan lembut.

10 personil ini bersama membuahkan lagu karawitan yang cukup unik. Sekar Jagad dibuka dengan perpaduan rebab dan gitar akustik yang memikat pendengar dengan lantunannya yang cantik.

“Merekah bunga seribu tahun
Membumi aroma surga
Cantik irama alam mengalun
Menjelma suara tawamu”

Kemudian, genjrengan gitar elektrik setelah chorus pertama memberi nuansa fresh dan distingtif. Suara gitar elektrik terasa sedikit asing di antara gamelan, but in a good way. Gitar ini memberi element of surprise yang pleasurable.

“Parasan wajahmu serupa sihir
Menghapus duka dan murka
Kala malam makin melingsir
Hadirmu bawa lentera
Menerka-nerka nanti
Mematri mimpi yang takkan mati”

Lalu– bagian favorit saya– masuknya campuran drum, kendang, dan bass. Ketiga instrumen ritme ini melengkapi satu sama lain, diikuti dengan bridge yang hypnotizing yang menjadi ancang-ancang untuk chorus akhir yang grand.

“…kadya sekar kang arum gandane, andharane ngelabur jagad werni, kapathlah kapesthi memayu marga Gung…”
(seperti bunga yang harum wanginya, semerbak ke seluruh dunia, pasti diberkati oleh tuhan)

Di chorus akhir, seluruh instrumen terpadu menjadi komposisi yang mewah. Suara gender, bonang, dan saron yang terdengar bright memberi kontras yang dramatis namun apik dengan bass dan gitar elektrik yang memberi kesan dark. Keseimbangan ini menghasilkan lagu yang imersif untuk para pendengar. Build up pada chorus akhir sekaligus outro lagu ini yang intens, seperti rasa sayang yang terasa di setiap nyanyian, petikan, dan ketukan lagu ini, diracik dengan indah.

“Kan kuberi kau cinta
Kudekap dalam pelukan
Kan kurapal doa-doa
Serupa lantunan mantra
Semesta tersenyum, kala menciptamu”

Akhir kata, seni yang berkembang di Jawa Tengah hingga Jawa Timur ini patut dipreservasi dan diapresiasi. Meng-quote dari deskripsi Spotify Memayu, “Waktu terus berjalan, tapi tradisi sebagai akar tidak boleh ditinggalkan.”

Memayu memberi hal unik pada permusikan Indonesia, kekhasan alunan karawitan dipadu dengan instrumen modern memberi sound yang menarik dan, menurut saya, sangat relaxing untuk didengar. Genre unik ini, karawitan kontemporer, terdengar cantik, memesona, dan megah. Memayu sendiri berarti memperindah, datang dengan harapan untuk memperindah dunia dengan musik mereka, dan datanglah mereka dengan keindahan harmonisasi modern dan tradisional pada lagu-lagunya.